Apa benar bahwa segala sesuatu yang sudah menjadi kenangan tidak akan terhapus sepanjang sejarah?

Semalam serasa aku tidak sedang bermimpi. Entah mengapa saat pagi aku bangung dari tidur tiba-tiba saja terkejut saat mata melihat notifikasi status Whats Appku.

Hmmm satu nomor yang mewakili nama someone tiba-tiba terselip di balik notifikasi itu. Ah bukanya udah hampir empat tahun ia memblok nomorku? Terus kenapa tiba-tiba saja nama itu kembali hadir dalam notifikasi statusku? tanya Sexy dalam hati. Namaku Sexy itu adalah sebutan beberapa tahun yang lalu oleh pemilik nomor yang hadir lagi, bibirmu sexy Art, gua suka ucapan yang tidak bisa aku lupakan sepanjang sejarah.

Seorang pria asing dengan tatapan mata yang tajam, sering peduli sama aku di balik layar kaca HPku selama berjam-jam yang menurutnya bibirku sexy, sampai membuatnya terobsesi sepanjang waktu.

Masih ada beberapa kalimat yang aku simpan dalam kalbuku dan masih ku genggam erat di antara otak dan pundakku yang berbunyi, “Hy bibirmu sexy aku suka kamu, sumpah!”.

Komentar yang tidak terselubung di balik selimut melainkan terselubung di balik senyuman manis yang tak mampu aku pungkiri kala itu. Sampai akhirnya aku sadar bahwa pujian adalah doa bukan untuk mengangkat derajat cintaku, melainkan mungkin bisa saja membuatku terjebak dan akhirnya terjatuh pada moment itu.

Tiap hari ketika aku terbangun dari tidur rasanya hatiku sedang terbang menjelma menjadi peri menuju angkasa. Suatu hari aku mencoba menegur agar mengurungkan ego dengan terus berkolaborasi dengan sukma, hingga mengurangi kadar komentar karena aku tak ingin pasangannya atau pasanganku tersakiti oleh kata-kata, yang sengaja ia lontarkan dari kolom komentar di setiap timelineku kala itu.

Tapi harapan justru mengubar rasa yang terus menjadi jadi, akhirnya porsi komentar makin bertambah sampai ada yang inbox, “hy coba lihat itu di kolom komentar yang ada pada Timelinemu, sepertinya begitu berisik, namun berisi Arts”, ujar salah seorang teman atau sahabat karibku.

Hmm ya sudah hampir setahun sobatku, tapi itu hanya komentarkan? Tanyaku pada sahabatku. Hmm sangat berisi Arts.

Aku akhirnya inbox secara langsung pada pemilik akun yang terus menerus, agar kurangi kadar komentarnya pada setiap postingan Timeline, justru berdampak terbalik dari yang aku harapkan.

Ia justru membalas chatku, sambil berbagai rasa atas apa yang dia komentar itu sebuah kenyataan dari hatinya. Salahkah jika aku mengatakan bahwa aku suka kamu?

Buset justru emosi meledak tiba-tiba, aku bilang jangan terus berkomentar seperti itu di fotoku, bukan mau chat sama kamu, ujarku dengan rangkaian kata marah.

Ya aku justru menjawab kenyataan bahwa aku suka sama kamu, habis benar bibirmu sexy dah aku suka Art, ujar Dom.

Hmm bukan saling marah akan tetapi justru kami obrolan itu membuat kami saling berbagi pengalaman manis dan menjadi akrab selama berjam-jam semenjak chat awal.

Tak terasa terus menerus kami chat, akhirnya kami jadi nyambung sampai lupa status kami masing-masing karena terlalu asyik kala itu.

Di titik komentar bermula mulai chat, akhirnya saling bercanda gurau selama berjam-jam di balik layar kaca handphone, itu yang terjadi pada kesempatan awal dalam kisah kami.

Mungkin karena jenuh atau mungkin juga karena sudah waktunya target takdir, akhirnya komunikasi yang berlangsung antara kami membuat kami menjadi akrab.

Saat masa pandemia covid 19 aku justru tidak menyangka kalau itu adalah bagian naskah Tuhan. mengubah pola pikirku pada Dom. Hari demi hari aku justru merasa nyaman, bersamaan dengan waktu yang kami la lalui.

Tidak pernah saling mengenal satu sama lain, melalui dunia nyata pada akhirnya tibalah waktu bukan atas kehendakku atau Dom. Semua terasa dari hari-hari sebelumnya. Terkadang Dom menyapa aku bukan lagi melalui chat melainkan voice atau call secata langsung.

Kata-kata awal ketika Dom berkomentar melalui postingan di timeline justru membuat banyak pengikutku menjadi takut. Mengapa Dom seberani itu memberikan komentar tanpa berpikir ada kombinasi antara pikiran dan perasaan bahwa, bibirmu sexy aku menyukainya. Bukankah kami semua sudah berkeluarga, terus siapa gerangan Dom?

Akhirnya Tuhan benar-benar ikut campur dalam urusan persahabatan kami. Dom jujur Kalau ia menyukai diriku, akan tetapi aku justru mengalihkan semua kata-katanya, bahkan memberitahukan agar kami hanya sebatas teman.

Akan tetapi justru berbeda dengan yang kami inginkan, di mana bermula dari komentar, chat akhirnya bermuara pada perasaan yang sulit kami hindari satu dengan yang lain.

Yakni Tuhan berkendak hingga tepatnya 12/12/2021 kamipun bertemu di dunia nyata, di bawah mentari pagi di sudut kota Dili, di mana aku menggunakan caraku, bagaimana Dom akan merindukan aku jika waktunya tiba?

Yakni kami mencoba bertemu di dunia real, di jembatan dekat rumah hingga bejalan dengan motor mengelilingi bumi yang menyatukan kami, pada akhirnya muncul di Lahane tempat yang membuatku mengenal Dom secara nyata.

bersambung….

by Dev.Seixas’1125

(Visited 5 times, 1 visits today)
Avatar photo

By Devinarti Seixas

Penulis dan Pendiri KPKers Timor Leste, dengan mottonya: "Kebijaksanaan bukan untuk mencari kehidupan melainkan untuk memberi kehidupan dan menghidupkan". Telah menyumbangkan lebih dari 100 tulisan berupa; berita, cerpen, novel, puisi dan artikel ke BN sejak 2021 hingga sekarang.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.