Kata-kata Bung Karno yang disajikan dalam beberapa kalimat sebagai motivasi bebangsa, bahwa :          1. “Indonesia lahir sebagai negara, bukanlah hadiah melainkan lahir dari godam palu peperangan”, 2. “Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa para pahlawannya”, 3. Perjuanganku lebih mudah karena mengusir  penjajah, tapi perjuanganmu akan lebih sulit karena melawan bangsamu sendiri”, 4. Negeri ini bukan milik suatu golongan, bukan milik suatu agama, bukan milik suatu suku, bukan milik suatu golongan adat, tetapi milik kita semua dari Sabang sampai Merauke.”

17 agustus 2025 – 17 Agustus 1945, menurut hitungan angka, usia kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia telah mencapai 80 tahun. Kurun waktu yang sudah lama, jika dikonversi di usia manusia, maka ia sudah sepuh tapi ini adalah usia suatu negara yang berdaulat yang seharusnya dari tahun ke tahun menunjukkan perbaikan yang signifikan sesuai perjalanan usianya. Namun bagi bangsa Indonesia sebagai bangsa yang besar yang tergabung dalam Negara kesatuan Repoblik Indonesia (NKRI), yang memiliki suku sekitar 1.340 yang tersebar di sekitar 18.306 pulau besar dan kecil yang memiliki luas wialayah sekitar 5.193.250 km, di mana Indonesia merupakan negara Kepulauan tentu tidak mudah mengelolanya.  Sejak kemerdekaannya selalu dihadang oleh berbagai rintangan dan tantangan, baik rintangan dan tantanga dari luar, juga pula dari dalam negeri sendiri yang membuat kita tercengang. Sebagaimana ungkapan Bung Karno di atas, poin 3. 

80 tahun telah merdeka, namun bukan soal lepas dari penjajahan semata, melainkan bagaimana membangun bangsa yang besar ini agar bermakna dan bermanfaat bagi seluruh rakyatnya yang berasal dari berbagai suku bangsa yang dulu berbentuk kerajaan-kerajaan yang berbeda latar adat, budaya, sosial dan ekonomi. Namun satu hal yang sangat disyukuri bahwa pendiri Bangsa kita mampu menyatukan dalam satu negara berdaulat dengan semboyan “Bhinneka Tunggal Ika,” juga karena semangat “Sumpah Pemuda” diperkuat oleh Konstitusi yang tertuang dalam Pembukaan dan UUD 1945 yang disusun berhari-hari secara alot namun tetap dengan hati yang lapang dibalut oleh pikiran yang jernih oleh  BPUPKI yang dilanjutkan dengan PPKI hingga ahirnya pembacaan Proklamasi dilaksanakan di lapangan Ikada Jakarta pada tanggal 17 Agustus 1945, 80 tahun yang lalu.

Negara Indonesia adalah negara yang sangat kaya selain adat dan budayanya, tetapi  sumber daya alamnya juga sangat melimpah, hampir semua macam sumber daya alam ada di Indonesia, begitupun dengan sumber daya manusianya. Tepatnya, 30 tahan yang lalu, di saat Indonesia merayakan kemerdekaannya yang ke 50 tahun. Seorang putra terbaik bangsa mendedikasikan dirinya agar Indonesia dikagumi dan disegani di mata dunia, Prof.Dr. B.J Habibi menghadaihi karyanya yang luar biasa, yakni pesawat terbang  tercanggih di masanya, sehingga membuat mata dunia terbuka lebar berdecak kagum. Tepatnya tanggal 10 agustus 1995, langit Jakarta yang cerah saat itu, dengan persiapan yang matang, rasa haru, bahagia, dan bangga menyatu,  meski juga terselip rasa kwatir menyelimuti hati para petinggi negeri juga seluruh rakyat, sekaligus rasa kagum dan syukur yang tiada tara. Mata mereka memandang langit Jakarta tanpa berkedip, menunggu detik-detik burung besi terbang mengangkasa melintas meliuk menjawab tantangan dunia bahwa dalam keterbatasan, Indonesia juga “bisa”. Namun apalah daya, industri pesawat canggih tidak dapat diproduksi lagi setelahnya, entah karena sebab apa, lagi-lagi tantangan dan rintangan menghadang dan menghantam.

80 tahun Indonesia merdeka , tepatnya tahun 2025 ini, jika mendengar dari pidato kenegaraan dan pidato ketua DPR RI, semua memaparkan suasana yang sangat ideal agar Indonesia tetap menjadi negara yang maju, hal itu sejalan dengan cita-cita bangsa yang tertuang di dalam konstitusi, pembukaan dan UUD 1945 yang seharusnya menjadi pedoman bernegara, meski sebagian  UUD 1945 sudah diamandemen tetapi masih mengambarkan sesuai naskah awal  termasuk Pasal 33 tentang kekayaan alam dikelola oleh negara untuk kemakmuran rakyanya. Tetapi beberapa tahun terahir, kita disajikan oleh pemberitaan yang  didominasi oleh pelaku korupsi yang lebih parah dari sebelumnya oleh sebagian pelakunya dari petinggi negeri ini, terutama yang bergelut di BUMN yang kebanyakan tidak ada pesaingnya (Pertamina,PLN, perusahaan yang bergerak di pertambangan, dll) yang jumlah hasil korupsinya sangat fantastis. Jika perilaku korup berlebihan masih terjadi pada pejabat  tinggi yang diamanahi oleh negara tidak tersentuh hukum yang setimpal, begitupun juga perilaku buruk lainnya yang dapat merusak generasi muda kita, seperti peredaran narkoba, judi, dll, bila dibiarkan, maka bisa jadi nama Indonesia sebagai negara, hanya tinggal nama di peta dunia.

Momentum 80 tahun Indonesia merdeka, bukan hanya soal upacara dengan meriah beserta lomba-lombanya, pun juga dengan bendera merah putih yaang berkibarb-kibar di mana-mana,di setiap rumah beserta umbul-umbul, cat-cat rumah atau kantor, lampu-lampu hias dan pernak pernik lainnya yang bernuansa merah putih, tetapi bagaimana  kemerdekaan kita semua memaknai arti kemerdekaan yang sudah 80 tahun diraih dan menjadikan konstitusi menjadi pedoman bernegara dan juga  kalimat moivasi Bung Karno, terutama petunjuk agama, agama apapun karena semua agama mengajarkan kebaikan dalam kehidupan, termasuk mengatur dan mengelolah negara yang tujuan utamanya adalah untuk menyejahterakan rakyatnya dapat diterapkan.  Kami sebagai rakyat sangat berharap agar  cita-cita bangsa yang sejalan dengan tema perayaan kali ini dapat diwujudkan yakni : “Bersatu, Berdaulat, Rakyat Sejahtera, Indonesia maju.” Meskipun ada juga masyarakat yang hanya berharap penuh pada uluran tangan dari negara tanpa pernah mau berupaya keras untuk bersama-sama bangkit dan bangkit dari kejatuhan karena hampir semua manusia pernah mengalami kejatuhan sebagai ujian dari Allah. Terkadang hanya menyalahkan dan menyalahkan kondisi termasuk pada perilaku korup sebagian petinggi. Yang salah mari kita perbaiki bersama, yang baik mari kita sama-sama mendukung dan menjalankannya bersama pula. Bukankah dulu sebelum Indonesia merdeka tidak ada dana perjalanan atau tunjangan lainnya untuk pergerakan setiap perjuangan melainkan para pejuanglah yang berkorban bukan hanya harta dan tenaganya bahkankan nyawanya demi kita semua anak cucunya agar tidak lagi terjajah seperti yang mereka alami, terbelakang dan  tertindas hidupnya. Hari ini kita hanya dituntut mengisi kemerdekaan dengan karya nyata yang bermanfaat meski hanya karya kecil. Jayalah Negara Indonesia selamanya,  

(Visited 39 times, 2 visits today)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.