Di sini, ada dua ibu asrama. Yang pertama bertugas mengatur perbelanjaan untuk memenuhi kebutuhan makan calon tenaga kerja di asrama dan juga para staf yang ada di kantor. Paruh baya, judes, dan suka ngomong.

Dia yang setiap hari atau beberapa hari sekali, berbelanja di pasar membeli segala kebutuhan dapur. Dan dia juga yang mengatur menu makanan untuk para calon tenaga kerja di asrama dan para staf.

Menu makanan untuk para calon tenaga kerja di asrama dan para staf kantor berbeda. Jadi, yang piket dapur harus memasak dua menu. Menu untuk para staf kantor dan menu untuk para calon tenaga kerja di asrama.

Menu yang menurutku paling istimewa untuk para calon tenaga kerja di asrama adalah pada hari minggu. Menunya lumayan enak dibanding hari-hari biasanya. Yang paling sering sih daging ayam, tetapi kadang-kadang ikan.Tidak ketinggalan juga pencuci mulutnya: semangka, melon, pisang, atau pepaya.

Kalau mereka merasa bosan dengan masakan di asrama, boleh sesekali minta izin kepada ibu asrama untuk keluar membeli makanan yang mereka inginkan. Waktunya pun terbatas dan tidak boleh keluar terlalu lama.

Ibu asrama yang satunya lagi bertugas mendampingi mereka yang piket di dapur. Paruh baya, berperawakan kurus, dan penyabar.

Di asrama, tidak semua pandai memasak. Apalagi memasak dalam jumlah yang sangat banyak. Biasanya ibu inilah yang mengarahkan bagaimana caranya memasak.

Mau masak lodeh, mau masak sayur asem atau pun masak yang lainnya, dari bumbu dan bahan sudah disiapkan takarannya.

Dari membersihkan bahan makanan, mengolah, menyajikan, dan beberes peralatan dapur adalah tugas mereka yang piket di dapur.

Penyajian makan untuk para staf kantor adalah tugas mereka yang piket di kantor. Setelah selesai dimasak, makanan yang sudah matang kemudian di bawa ke kantor yang nantinya disajikan untuk makan siang.

Cara meletakkan peralatan makan dan cara menata makanan harus diperhatikan betul. Kalau menaruh dan menatanya berantakan, siap-siap dipanggil dan disemprot oleh staf kantor. Mending kalau staf kantor yang nyemprot, coba kalau yang nyemprot atasan kantor. Hmmmmm…..rempong urusan.

Untuk yang piket kantor, biasanya akrab dengan yang namanya minyak urut. Minyak urut untuk memijit kaki yang seharian sibuk mondar-mandir seperti setrikaan yang error. Siang tidak begitu terasa pegelnya. Tetapi kalau malam, badan terasa sakit semua. Selesai makan malam, biasanya langsung tidur, karena besoknya masih piket di kantor.

Apalagi kalau suasana di kantor sedang sibuk,si piket tidak bisa duduk manis.

“Piketttttt…!!”panggil salah satu staf kantor.

“Iyaaa, saya Bu!!” jawab si piket.

“Tolong dong panggilkan si A di asrama, anak yang baru datang tadi pagi, suruh ke kantor dan membawa dokumen-dokumen untuk persyaratan kerja. Jangan lupa suruh dia makan terlebih dahulu, soalnya nanti siang mau ada cek kesehatan,dan itu membutuhkan waktu lama, soalnya ngantri!”perintahnya lagi.

“Baik, Bu!” jawab si piket.

Jarak antara kantor ke asrama sekitar 200 meter. Dan jarak antara kantor ke balai latihan kerja atau BLK juga sekitar 200 meteran.

Kalau staf kantor butuh sesuatu, entah itu memanggil si A di asrama atau si B di BLK, si piket bisa bolak-balik ke kantor, ke asrama dan ke BLK. Jalan kaki, sesekali lari karena cuaca yang panas.

Sehari bisa bolak-balik beberapa kali, tetapi itu tidak dilakukan sendirian, karena di kantor ada beberapa anak yang piket, jadi bisa dilakukan bergantian.

Tetapi kalau sedang banyak kerjaan, yang piket di kantor bisa sibuk semua, tidak ada pergantian. Telat makan dan kurang minum sudah biasa. Bahkan, makan dan minum selalu terburu-buru.

Jam tujuh pagi harus sudah rapi, on time, tidak boleh telat. Menempatkan diri sesuai posisi, yeahhhh…..

Mereka yang bertugas di depan pintu, membukakan pintu untuk para staf ataupun tamu yang datang. Tidak boleh lupa mengucapkan salam dan harus tersenyum setiap ada staf atau tamu yang datang.Tidak boleh cemberut,manyun ataupun sebangsanya.

Pernah aku menyapa salah satu staf kantor, kuucapkan salam dengan senyum dan ramah. Tetapi dia melihatku dengan tatapan sinis, membalas dengan senyuman tidak ikhlas sambil memandangku dari atas sampai bawah. Melihat cara dia menatapku, aku merasa direndahkan.

“Dasar orang sombong, sok penting, apa susahnya sih tersenyum!”

“Ehhh… luhhhh… !!!!”

“Tahu gak sihhhh?”

“Kalau tidak ada kita-kita, kamu juga gak ada artinya, gak bakalan kerja di sini kaleee!”

“Biasanya cuma complain, ini salah itu salah, iihhh kepingin nglempar botol ke mukamu tauuu!”
Batinku dalam hati.

Kesel banget ngliatnya, tetapi aku tidak boleh menunjukkan sikap kekesalan itu. Harus menahan diri, karena ini adalah latihan kesabaran juga.

Ada beberapa staf kantor yang belagu, sok jadi orang penting .Mentang-mentang kita adalah calon tenaga kerja yang kerjaannya mau jadi pembantu, mereka kadang seenak jidatnya memerintah yang piket kantor. Salah sedikit aja dapat omelan.

Mereka yang bertugas jaga dapur di kantor, harus menyiapkan minum untuk atasan dan juga para staf. Entah itu teh hangat atau pun air putih.

Tidak boleh salah gelas, gelas untuk atasan, staf kantor, dan tamu itu berbeda. Jadi, sebelum mereka datang, semua gelas yang diperlukan harus disiapkan terlebih dahulu biar tidak keliru.

Yang posisinya di lantai dua, biasanya banyak berdirinya, tidak ada kursi. Ada sih kursi, tetapi untuk para staf yang bekerja di lantai dua dan kursi meja makan para staf. Untuk si piket tidak ada kursi. Paling kalau kakinya pegel, bisa duduk di tangga. Emang dirancang demikian soalnya.

Di lantai dua ini tugasnya adalah berjaga-jaga kalau ada salah satu staf yang memanggil dan memerlukan bantuan.

Dulu, aku sering mendapat jatah piket kantor. Karena terlalu lama berdiri dan mondar-mandir lari sana-sini, kedua jempol kakiku terasa nyeri. Bahkan, rasa nyeri itu kadang muncul dan masih terasa sampai sekarang.

Karena meja makan untuk atasan kantor dan para staf berada di lantai dua, kalau mendekati waktu makan siang yang piket kian sibuk saja. Harus mengangkut semua masakan yang berada di bawah yang kemudian dibawa menuju ke lantai dua. Kaki sering terasa kram karena capek naik turun tangga.

*

Aku yang sedang sarapan di asrama, tiba-tiba dipanggil oleh salah satu temankku yang sedang piket kantor.

“Mbak, hari ini kamu disuruh PKL. Setelah selesai sarapan dan menyiapkan segalanya, kamu disuruh ke kantor dulu, katanya nanti ada yang menjemputmu di sana!” kata temanku

“Ohhh begitu ya? Baik, nanti kalau aku sudah siap semuanya, aku ke kantor. Terimak asih!” jawabku.

Sebelum berangkat PKL, terlebih dahulu aku berpamitan dengan guru bahasa kantonis dan teman-temanku di BLK. Berapa lamanya PKL aku tidak tahu, tergantung kabar dari kantor. Kalau visa kerjanya turun, pasti disuruh balik ke asrama.

PKL atau praktik kerja lapangan hukumnya wajib bagi para calon tenaga kerja yang belum punya pengalaman kerja, seperti aku. Belajar kerja jadi pembantu, iya jadi pembantu bukan jadi direktur, hiiii.

Bukan kuliah saja yang ada PKL-nya, tetapi mau kerja jadi pembantu pun ada PKL-nya,cuma beda jurusan. Ini kuliah jurusan perpembantuan, mata kuliahnya antara lain bagaimana caranya menyapu dan mengepel lantai yang benar, bagaimana cara memasak dan segala tetek bengek tentang pekerjaan rumah tangga lainnya.

Dengan membawa tas ransel berisi segala kebutuhan, aku kemudian di antar ke tempat PKL. Aku dijemput oleh seorang perempuan, seperti keturunan Cina. Melihat dari penampilannnya, aku tahu dia adalah orang kaya.

Aku dijemput menggunakan mobil berwarna putih. Kira-kira satu jam kemudian sampailah aku di tempat tujuan. Ternyata aku tidak PKL di rumah dia yang menjemputku, tetapi aku diantar ke rumah temannya dia, keturunan Cina juga.

Sesampainya di tempat PKL, aku diperkenalkan kepada si tuan rumah. Semua keturunan Cina,raut wajahnya tidak ada yang menggambarkan bahwa mereka adalah orang jawa asli.

Pembantunya banyak, kira-kira ada empat orang. Ada satu pembantu yang tugasnya khusus mengurus anak majikan, dan tidak memegang pekerjaan rumah tangga lainnya. Tiga pembantu lainnya, ditambah aku, jadi empat orang.Tugasnya mengerjakan semua pekerjaan rumah tangga.

Aku tidak tahu majikan yang aku PKL in ini bekerja sebagai apa. Banyak karyawan laki-laki sering datang ke rumah mengantar atau mengambil barang.

Majikan selalu sibuk dengan pekerjaannya. Setiap hari yang menjaga dan menjadi tuan rumah adalah seorang nenek. Umur sekitar 60 tahun lebih, masih sehat dan tenaganya juga masih terlihat bugar.

Pertama kali melihat si nenek, raut wajahnya dingin, susah senyum, dan terlihat jutek. Membuatku merasa tidak nyaman.

*

Hari-hari aku lalui seperti biasanya, mengerjakan semua pekerjaan rumah tangga bersama dengan pembantu lainnya. Karena pembantunya banyak, ada dari mereka yang sok rajin dan suka mencuri hati majikan. Merasa paling penting dari pembantu lainnya. Aku yang hanya anak PKL, hanya diam dan tidak mau ikut campur dengan urusan pembantu tetap di situ. Aku hanya nurut apa kata majikan dan melakukan apa yang diperintahkan dan apa yang harus dikerjakan.

Hari berganti hari, hampir dua bulan aku PKL, semuanya berjalan dengan lancar dan tidak ada masalah apa pun.

Suatu ketika, aku yang sedang berada di dapur, dihampiri oleh si nenek.

“Kamu visa kerjanya sudah turun, tadi ada pihak kantor yang telepon kesini. Aku disuruh ngabarin ke kamu!” kata si nenek.

Mendengar kabar itu, sontak saja hatiku sangat senang. Berarti, sebentar lagi aku berangkat ke Hongkong!

“Terima kasih, Nek!” balasku.

Karena saking senangnya, aku balik bertanya kepada si nenek.

“Nek, berarti sebentar lagi aku akan balik ke asrama ya?” tanyaku.

Nenek hanya diam dan memandangku dingin. Aku pun tidak berani bertanya lagi.

Pagi harinya, ada tamu yang datang. Aku berlari ke arah depan, membukakan pintu gerbang. Ternyata perempuan yang membawaku PKL ke rumah ini.

Kuucapkan salam,tetapi dia tidak membalasnya. Raut mukanya seperti sedang marah. Tiba-tiba datang sambil ngomel-ngomel pula, entah ditunjukan ke siapa.

“Kamu kalau mau kerja, bekerjalah dengan sungguh-sungguh, jangan malas!” gerutu dia.

Di depan tidak ada siapa-siapa, hanya aku dan dia. Lantas dia marah sama siapa? Apakah sama aku? Tetapi marah kenapa, batinku.

Di ruang tamu terlihat dia sedang berbincang-bincang dengan si nenek. Entah apa yang dibicarakan, aku tidak tahu. Raut mukanya terlihat serius.

Selesai berbincang-bincang, dia pun pamit pulang. Aku bukakan gerbang, dia tetap dengan muka marahnya. Aku merasa jadi tidak enak, ada apa sebenarnya.

“Hey kamu, sini!”si nenek memanggilku.

“Iyyya, Nek!” jawabku.

“Sekarang juga kamu kemasin barang-barangmu. Malam ini, kamu balik ke asrama. Nanti ada pegawai yang datang mengantarmu!”kata nenek lagi.

“Alhamdulilah. Terima kasih, Nek!”

Si nenek pun berlalu meninggalkanku. Saat itu juga, aku kemasi semua barang-barangku.

Malamnya, aku diantar oleh salah satu pegawai majikan. Orang jawa, baik dan sopan.

Di dalam mobil, dia mengajakku ngobrol.

“Mbak mau kerja ke luar negeri yah?” kata dia membuka obrolan.

“Iya, mau ke Hong Kong!” jawabku singkat.

“Hebat ya, berani pergi merantau ke luar negeri. Semoga sukses ya di sana!” kata dia lagi.

“Aamiin ,terima kasih Mas do’nya!”

“Keadaan yang membuatku harus ke luar negeri, Mas hee heee!” jawabku santai.

Tidak terasa aku sudah sampai ke asrama,. Suasananya sedikit terasa asing meskipun hanya dua bulan aku PKL.

“Ya udah, aku pamit. Maafin jika aku ada salah ya”! ucap dia yang mengantarku.

“Iya, maafin aku juga ya, terima kasih sudah mengantarkan aku ke sini!” balasku.

Dia pun berlalu.

Sesampainya di asrama, aku berjumpa lagi dengan teman-teman lamaku, tetapi banyak juga dari mereka yang sudah berangkat ke negara tujuan.

Karena lama PKL, jadi aku tidak tahu kabar di asrama. Belum mengenal handphone soalnya.

Paginya aku disuruh ke kantor, ngabarin kalau aku sudah balik ke asrama. Aku langkahkan kaki dengan ringan, senang rasanya hati ini karena sebentar lagi aku akan berangkat ke Hong Kong.

Tetapi apa yang terjadi, sesampainya di kantor aku diomelin habis-habisan oleh salah satu staf kantor. Aku jadi bingung sebenarnya ada apa ini? Apakah ada masalah denganku? Aku sama sekali tidak tahu. [bersambung]

(Visited 134 times, 1 visits today)
Avatar photo

By Sarmini

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.