Oleh: Yusriani Nuruse, S.Sos

Di sebuah perkampungan kecil di sudut kota Watansoppeng, hidup seorang kakek yang dalam keadaan buta. Ia bernama kakek Latang berusia 68 tahun. Di tengah kebutaan yang ia alami, ia pun harus merawat ibunya yang sudah pikun dan sakit-sakitan. Ibunya tak bisa bangun lagi. Untuk bertahan hidup ditengah himpitan ekonomi, dulu kakek Latang berburu ayam hutan dengan dikawal dan diarahkan oleh anjing peliharaannya menangkap ayam hutan atau membuat perangkap di dalam hutan.

Namun kini ia pun sudah sakit-sakitan dan harus menemani pula ibunya yang hanya bisa terbaring.Kini ia hanya mengharapkan bantuan pemerintah dan uluran tangan dari orang-orang baik lewat organisasi-organisasi sosial yang ada di kotanya dan juga memelihara ayam kampung agar bisa ia jual untuk memenuhi kebutuhannya dan juga kebutuhan ibunya bila bantuan belum ada lagi.

Di tengah keterbatasan dan ujian hidup yang harus ia hadapi, kakek Latang tak.pernah berputus asa mengharap ridho Ilahi dalam merawat ibunya dengan selalu menjalankan salat 5 waktu juga puasa sunah dan wajib.

Begitu pun dengan nenek Saleha yang sudah berumur 89 tahun, hidup seorang diri di sebuah gubuk kecil di pinggir perkampungan warga. Ia mengungsikan diri dari perkampungan warga karena menderita penyakit kusta dan kebutaan. Ia tak ingin penyakit kustanya menular ke orang lain. Nenek Saleha dengan kesehariannya hanya menggunakan sarung membungkus tubuhnya dan hanya sesekali memakai baju.

Konon, suatu waktu nenek Saleha mengalami kebakaran akibat obat nyamuk bakar yang tanpa sengaja ia senggol dan menyentuh kasurnya dan mengakibatkan kebakaran. Lengan Nenek Saleha ikut terbakar dan lambat mendapat perawatan medis hingga lengan dan badan nenek Saleha lengket dan menyatu.
Untuk bertahan hidup, nenek Saleha hanya menunggu saudaranya mengantarkan makanan untuknya sekedar untuk mengganjal perutnya. Saudara Nenek Saleha ,bernama Nenek Hanisa, ia pun sudah rentah. Ia berumur 79 Tahun.

Meski di tengah kondisi sudah sepuh, ia tetap ikhlas mengurusi saudaranya yang menderita penyakit kusta dan kebutaan yang tinggal di samping rumahnya. Setiap hari ia mengantarkan makanan ke saudaranya itu walaupun harus berjalan bungkuk dan meraba-raba karena penglihatannya pun sudah tak jelas lagi.

Di tengah kondisi yang sudah sepuh, ia berusaha bertahan hidup dan mengurusi saudaranya dengan mengharapkan bantuan pangan dari pemerintah dan organisasi-organisasi sosial. Dan terkadang ia pun harus menahan lapar ketika bantuan tersebut sudah habis atau belum ada lagi bantuan untuknya.
Untuk itu, wahai orang-orang baik,mari kita ulurkan tangan untuk mereka agar bisa tetap bertahan hidup dan bisa mengurusi ibunya atau pun saudaranya.

Jangan biarkan mereka harus menahan lapar di usianya yang sudah sepuh. Bahagiakanlah mereka. Sesungguhnya membahagiakan mereka sama dengan membahagiakan diri kita sendiri.
Rasulullah SAW. Dari Abu Darda, Rasulullah SAW pernah bersabda,

عَنْ أَبِي الدَّرْدَاءِ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: أَبْغُوْنِي الضُّعَفَاءَ، فَإِنَّمَا تُرْزَقُوْنَ وَتُنْصَرُوْنَ بِضُعَفَائِكُمْ (رواه أبو داود)

Artinya: “Carilah keridhaanku dengan berbuat baik kepada orang-orang lemah, karena kalian diberi rezeki dan ditolong disebabkan orang-orang lemah di antara kalian,” (HR Abu Dawud).

Watansoppeng, 17 April 2022

(Visited 89 times, 1 visits today)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.