Oleh : Muh. Fadzan Riski*

Cinta biasanya dikatikan dengan hal-hal yang menyenangkan, berbau kebahagiaan, kenangan masa lalu yang indah, dan hal-hal yang berkaitan dengan hidup. Cinta adalah sesuatu yang membuat kita semakin betah hidup, yang membuat kita semakin mengapresiasi dan mensyukuri kehidupan kita ini dan seterusnya.

Cinta juga seringkali dialami dan dimaknai sebagai suatu pengalaman positif, orang-orang akan menganggap itu sebagai suatu berkah, tetapi cinta yang ingin saya jelaskan di sini adalah suatu bentuk cinta yang tidak universal, artinya ini bukan berkenaan dengan cinta yang tersampaikan dan dapat diutarakan, tapi di sini saya ingin menyajikan suatu sekmen atau bagian lain dari cinta yang berbeda dari itu.

Ketika cinta tersebut tidak tersampaikan atau tidak dapat diutarakan, hal-hal semacam inilah yang menambah dimensi ruang lain dari pengalaman cinta, yang bukan menghubungkannya dengan hidup tetapi justru sering kali dengan pengalaman-pengalaman negatif, termasuk pengalaman akan maut. Suatu cinta yang membuat kita sakit.

Ada sebuah puisi yang ditulis oleh seorang penyair yang berasal dari inggris namanya T. S. Eliot. Ia pernah menulis suatu puisi yang berjudul The Love Song of J.Alfred Prufrock. Puisi ini berisi tentang kisah cinta dari si tokoh rekaan dalam puisi tersebut yaitu Prufrock. Prufrock sebetulnya gagal dalam mengapai cintanya dalam puisi tersebut. Gagal dalam mendapatkan wanita pujaannya seolah-olah ada yang menghambat dirinya untuk mendapatkan hal tersebut.

Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering kali melewati pengalaman-pengalaman cinta yang pada dasarnya memang berbeda-beda. Ada yang memaknai cintanya adalah sebuah hal yang membahagiakan lalu ada juga yang menganggap cintanya adalah suatu hal yang membebani bagi hidupnya, misalnya ketika cinta seorang pria tidak tersampaikan justru itu akan membuat kehidupan pria tersebut akan terganggu. Dia akan selalu mengingat wangi rambut, bulu tangan, mata yang indah dan hal-hal lain dari wanita yang dia cintai, padahal pria tersebut tidak kesampaian dalam mengungkapkan cintanya.

Dari sisi lain, kita seringkali melihat di media massa tentang kisah seorang wanita yang bunuh diri karena putus cinta atau putus dengan orang yang ia cintai. Fenomena seperti ini justru sudah bukan lagi merupakan perasaan akan nuansa maut tetapi mereka sudah masuk ke dalam maut itu sendiri secara langsung.

*Mahasiswa Jurusan Ilmu Pemerintahan Unes

(Visited 121 times, 1 visits today)
One thought on “Kenapa Cinta Seperti Maut”

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.