Oleh: aldo Jlm

Apa sih persyaratan untuk jadi guru yang professional?
Guru professional adalah orang yang terdidik dan terlatih dengan baik serta memiliki pengalaman yang kaya dalam bidangnya. Pemegang profesi ini memiliki otonomi khusus dalam menjalankan profesinya.
Guru profesional adalah seorang pendidik yang telah mencapai tingkat keahlian dan kompetensi yang tinggi dalam bidang pengajaran. Mereka memiliki pengetahuan yang mendalam tentang metode pengajaran, teori pendidikan, serta pemahaman yang kuat tentang mata pelajaran yang mereka ajarkan.
Secara detail berikut adalah beberapa ciri-ciri guru profesional:

  1. Pendidikan dan kualifikasi: Guru profesional biasanya memiliki pendidikan formal dan kualifikasi yang relevan dalam bidang pendidikan. Mereka dapat memiliki gelar sarjana atau pascasarjana dalam pendidikan atau mata pelajaran spesifik yang mereka ajarkan.
  2. Pengetahuan dan keahlian: Guru profesional memiliki pengetahuan yang mendalam tentang metode pengajaran yang efektif, strategi pembelajaran, dan perkembangan anak. Mereka terus meningkatkan keahlian mereka melalui pelatihan dan pengembangan profesional.
  3. Dedikasi dan komitmen: Guru profesional berkomitmen untuk memberikan pendidikan berkualitas tinggi kepada siswa mereka. Mereka mengabdikan waktu dan usaha mereka untuk mempersiapkan materi pelajaran, merancang pembelajaran yang relevan, dan memberikan umpan balik konstruktif kepada siswa.
  4. Etika profesional: Guru profesional beroperasi dengan standar etika yang tinggi. Mereka menghormati kebutuhan dan keberagaman siswa, menjaga kerahasiaan informasi pribadi, dan menjunjung tinggi integritas dalam hubungan dengan siswa, orang tua, dan rekan kerja.
  5. Pengembangan diri: Guru profesional terus mengembangkan diri melalui pelatihan, seminar, dan membaca materi terbaru tentang pendidikan. Mereka berusaha untuk tetap update dengan perubahan dan perkembangan terkini dalam pendidikan.

Guru profesional memiliki peran penting dalam membentuk masa depan siswa. Mereka berperan sebagai fasilitator pembelajaran, pemimpin, dan sumber inspirasi bagi siswa mereka. Melalui dedikasi dan kompetensi mereka, guru profesional berupaya menciptakan lingkungan pembelajaran yang positif dan memberikan pengalaman pendidikan yang bermakna bagi siswa.

Seorang guru harus memiliki sifat professional dengan ciri-ciri yang telah disebutkan di atas selain itu itu juga memiliki ciri-ciri utama seperti, memiliki komitmen untuk bekerja keras, memiliki rasa percaya diri yang baik, bisa dipercaya dan menghargai orang lain. Misalnya berkomitmen untuk bekerja keras demi kemajuan sekolahnya.

Sebuah lembaga pendidikan kalau ingin maju, maka ia harus memiliki empat (4) unsur utama: sarana dan prasarana, sumber daya daya manusia, kurikulum (materi yang diajarkan) dan memiliki murid.
Untuk mendukung guru professional, empat hal utama di atas harus diperhatikan. Pertama pemerintah harus mempunyai perencanaan yang matang dalam mendirikan sebuah sekolah. Sekolah yang didirikan harus memiliki fasilitas yang lengkap, baru merekrut sumber daya manusia (guru, tata usaha, dsb…), memiliki murid yang cukup tidak berlebihan, sehingga akan mencetak sumber daya manusia yang berkualitas di akhir tahun dan masa depan.

Dari Keempat hal diatas kita hanya membahas tentang guru professional saja, ketiga unsur lainnya akan kita bahas di segmen selanjutnya.

Sepengetahuan penulis, penulis telah menempuh kelima persyaratan di atas, namun karena keterbatasan biaya sehingga sampai saat ini belum mencapai tingkat tertinggi sebagaimana disebutkan di bagian pertama. Namun penulis telah berusaha mengikut berbagai pelatihan apa saja yang ditawarkan untuk mengembangkan diri sebagai seorang guru yang professional.

Selama tiga dekade aku telah mengajar, dari tingkat bawah hingga tingkat atas, namun masih ada kendala yang menghalangi jalanku menjadi guru yang professional, sebagaimana telah disebutkan dalam lembaga pendidikan bahwa kita telah berjuang semaksimal mungkin sesuai dengan kemampuan kita, tetapi sarana dan prasarana atau fasilitas yang tidak memadai tidak akan mendukung profesionalisme kita. Seperti sebuah pepatah yang mengatakan bahwa, “tiada rotan akar pun jadi”, sudah lama kami terapkan dalam metode pengajaran kami. Namun dari hasil output yang kami didik selama ini, tidak perlu diragukan dan dipertanyakan lagi.

Secuil pengalamanku.
Sebagaimana telah disebutkan di atas bahwa kelima persyaratan di atas sudah kulalui dan mengimplementasikannya di lapangan. Namun bagian nomor satu yang belum aku raih karena keterbatasan ekonomi, untuk melangkah ke jenjang yang lebih tinggi. Hal pertama yang harus kita lakukan adalah harus mempersiapkan diri sebaik mungkin dengan membaca banyak referensi dari materi yang kita bawakan atau ajarkan pada anak didik kita. Berbagai materi kita akan mempelajarinya dengan cara dan gaya kita masing-masing. Kita bisa merangkum materi yang akan kita bawa, lalu menjelaskan kepada anak didik kita dengan bahasa yang sederhana agar mereka mengerti dan memahaminya dengan cepat, memberi contoh konkrit dalam kehidupan sehari-hari.

Penulis mengajar di salah satu SMP Katolik João Paulo II, di Kecamatan Iliomar, Kabupaten Lautém, Timor Leste, sejak tahun 1992, dengan membawa dua materi. Pada tahun pertama mengajar di kelas III SMP yaitu materi Fisika dan Biologi yang digabung menjadi IPA. Fisika dengan teori, rumus dan hitungan. Lain halnya dengan Biologi yang hanya mengandalkan hafalan dari teori dan analisis yang kuat.

Tahun berikutnya saya dipercayakan untuk mengajar lagi materi Matematika, bertukar tempat dengan kawan yang mengajar matematika. Ketika dia pergi ke Dili mengikuti training, maka materinya saya yang merangkap dan mengajari murid-muridnya. Begitu juga sebaliknya, jika saya yang mengikuti training ke Dili, maka dia yang mengajar materi Fisika pada anak didik saya.
Selanjutnya pada tahun-tahun berikutnya, saya juga dipercayakan untuk mengajari bahasa Inggris, karena kebetulan tahu sedikit-sedikit, maka mau mengajar murid-murid supaya tidak lupa materi ini. Ketika salah seorang teman guru bahasa Inggris, berhalangan maka ia menitipkan materinya, dan saya membawanya ke kelas untuk mengajar murid-muridku.

Lalu tahun berikutnya, karena kekurangan guru dan kebetulan saya bisa main piano dan guitar maka saya dipercayakan untuk mengajar juga materi Kesenian di kelas saya, sekaligus wali kelas. Karena waktu itu kelas dan guru semuanya terbatas, maka saya mampu membawanya dan mengajari murid-murid saya dengan lihai. Begitu pula teman-teman dari materi yang lain seperti, sejarah, ekonomi dan geografi kalau berhalangan, materi mereka saya membawakannya semua ke dalam kelas dan menjelaskannya kepada murid-muridnya. Begitu pula pekerjaan perkantoran, kalau ada tamu yang datang dari Dili atau Lautém untuk meminta data sekolah, dengan cepat saya menyelesaikan dan memberikannya pada mereka yang memintanya. Sehingga teman-teman guru menjulukiku dengan “guru besar”, “guru serbaguna”.

Hasilnya anak didik yang kami ajar dan asuh selama tiga tahun, ketika mengikuti EBTANAS, mereka mendapat nilai yang bagus-bagus. Nyatanya kelulusan dari SMPK João Paulo II Iliomar, kalau meneruskan ke jenjang SMA, mereka yang mendapat juara terakhir di SMP, menjadi juara I dan II di tingkat SMA, dan yang mendapat juara I dan II di SMPK semuanya mendapat beasiswa, baik di sekolah swasta maupun di sekolah negeri yang tersebar di Timor-Timur pada waktu itu.

Hingga tahun 1999, saya keluar dari SMPK JP.II Iliomar dan mengikuti test Interpreter bagi Malai yang datang ke Timor-Timur untuk mencari interpreter Bahasa Inggris sebagai penerjemah bagi mereka. Saya sebagai salah satunya yang beruntung, karena mengikuti test berjalan dengan mulus. Dan saya lulus menjadi interpreter di tempat sekolah saya mengajar yaitu SMPK JP.II Iliomar. Maka pada jam-jam kosong saya membawa malai Polisi masuk ke dalam kelas, dan mengajar Bahasa Inggris dengan murid-muridku. Niscaya murid-murid yang tahu sedikit-sedikit bahasa Inggris, pada jam istirahat mereka langsung mempraktekkan Bahasa Inggrisnya dengan malai yang baru mengajarnya.

Begitulah sekilas pengalamanku mengajar selama 10 tahun di SMPK ini. Hasil cetakan dari SMPK ini ada yang jadi tentara, polisi, deputado (DPR), menteri, pastor dan suster, serta pekerjaan-pekerjaan penting lainnya.

Jadi untuk menjadi guru professional, itu hal yang mudah saja, tidak serumit rumus matematika, fisika dan kimia. Cuma butuh komitmen kita untuk mendisiplinkan diri kita terjun di lapangan dengan tekun, rajin, dan banyak belajar, maka niscaya akan menjadi guru yang professional di masa kini maupun di masa-masa yang datang. Selamat mencoba.

(Visited 39 times, 1 visits today)
Avatar photo

By Aldo Jlm

Elemen KPKers-Lospalos,Timor Leste, Penulis, Editor & Kontributor Bengkel Narasi sejak 2021 hingga kini telah menyumbangkan lebih dari 100 tulisan ke BN, berupa cerpen, puisi, opini, dan berita, dari negeri Buaya ke negeri Pancasila, dengan motonya 3S-Santai, Serius dan Sukses. Sebagai penulis, pianis dan guru, selalu bergumul dengan literasi dunia keabadian.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.