Keakraban aku & Graz makin bertambah rasa, entah mengapa ketika aku berjuang menghindari ia justru hadir pada waktu itu dari jutaan rangkian kata melalui chat. Terlalu memberikan waktu ia tidak akan punya jam untuk istrahat. Aku berjuang menghindarinya juga pasti yang terjadi rasa rindu yang hadir. Aku mulai menyalahkan diriku sendiri.

Siapa yang telah salah atau harus disalahkan dalam hubungan ini? Aku atau Graz atau aplikasi WA atau nomor HP atau HPnya. Aku benar-benar telah lupa jalan menuju rumahku sendiri padahal aku sudah berjuang dengan segala cara.

Hari demi hari terus begitu. Akhirnya pertengahan bulan Juni itu adalah bulan dimana aku ditantang untuk sebuah acara oleh kakak aku agar bisa memasak bagi acar…

Aku ijin untuk masak ya jadi akhir chat ujar aku pada Graz. Usai masak ketika hadirin di pesta udah pada menunggu nasi yang aku masak ya justru aku terkejut. Apa yang terjadi kok tadi nasi yang sudah matan telah berubah jadi lem sepatu.

Aku malu bahkan jengkel lalu aku tinggalkan gedung itu. Apa yang terjadi kok nasi berubah jadi lem sepatu ya ? Pikiran aku kacau.

Aku di panggil sama mereka yang mau makan. Aku jengkel tapi tak bisa berteriak. Aduhhh seorang berkata My Godness lihat itu di panci iti nasi atau lem sepatu.

Ya aku mencoba menjelaskan pada orang di dapur kalau tadi sudah matan tapi tidak tahu pas aku buka tutupan tiba-tiba sudah jadi lem sepatu jadi jangan salahkan aku. Usai menjelaskan aku menghilang.

Graz chat gimana masakan kamu sukses jadi juara ya? Ah Graz aku benci kamu? Kenapa benci aku Art ujarnya. Nasi jadi Lem sepatu Graz, semua gara-gara kamu chat terussss . Kok Art aku yang di salahkan? Kan kamunya yang memasak Art. Ya tapi jadi lem sepatu orang-orang tidak bisa makan? Okey tetap fokus jangan malu biarkan aja, ujar Graz.

Kamu itu yang terus ganggu hidup aku makanya semua jadi berantakan kayak gini. Apabila kamu biarkan semenit saja fokus mungkin tidak kayak gini. Graz coba beras dua karung jadi lem sepatu bayangin amunisi dua karung kau pakai tembak tanpa hasil apakah negara tidak rugi? Keluarga juga begitu.

Membaca chat amunisi Graz langsung video call. Aku lagi dalam keadaan marah berbaur jengkel tak sadar langsung menerima video call tersebut. Graz langsung tersenyum menatap aku. Ah malas tanpa berani menatap wajah Graz, justru menyalahkan Graz .

Graz gara-gara aku kenal kamu semua jadi berantahkan, sambil aku menutup wajah dehan topi, jujur tidak berani saja menatap dia. Eh kok masih cengen Art ya sudah berlalu biarkan berlalu itukan sebagai pelajaran kenapa pula di pikirin…

Graz terus video call sama aku. Aku tidak tahu saja mengapa sampai tidak berani menatap wajah Graz. Saat aku ingin menghindari justru yang terjadi adalah sebaliknya. Ia sudah tak chat lagi. Graz kembali video call dan aku tidak bisa mengindarinya lagi. Aku menerimanya. Art coba tatap wajah aku. Please kamu kenapa? Tanya Graz. Aku menangis sambil menutup wajah dengan topi. Art lepaskan topi itu ujar Graz lagi.

Tidak Graz, aku benci kamu semua terjadi karena ulah kamu terus chat ke aku. Hahahaha lho Art kan aku temani kamu, kenapa kamu malahan menyalahkan aku Art? Setelah nasi berubah jadi lem sepatu. Stop kalau kamu dekat aku bunuh kamu? ujarku.

Hello cantik kalau kamu cengen, jelek amat Graz kembali merayu. Oh ya ini wujudku yang sesungguhnya. Kenapa jadi kayak amat benci ke aku! Atau jangan-jangan kamu telah jatuh cinta pada pandangan pertama di balik layar kaca HP.

Ah kamu Graz kenapa shii buat gua menangis. Sambil berlinan air mata aku cengen sama Graz entah mengapa rasa kangen makin terasa. Okey kamu lepasin topinya aku mau lihat wajah kamu Art. Tidak mau ujarku pada Graz. Malu sama aku. Graz yang masih dengan handukpun bersandar pada tempat tidur sambil mengajak aku tersenyum. Ia selalu menguatkan aku kala aku malu, sedih pada kejadian yang terjadi yakni nasi berubah jadi lem sepatu.

Hari pertama aku justru merasa malu sama Graz, karena aku berpikir jika Graz yang selama chat dengan aku berjam-jam itu seseorang yang kurang ajar ternyata ketika aku melihat wajahnya dari balik layar kaca HP dia beda bangat. Malu sangat terasa hari itu.

Tiap hari ia tak lagi chat tapi hanya bermain video call dan ia tak lagi menegur aku ketika kala aku marah intinya ia selalu ada jauh dari yang yang aku pikirkan tentang dia selama masa perkenalan awal.

Aku tidak tahu seberapa rasa yang telah mengalir di benak masing-masing. Graz kembali chat, Art I miss you & I Love you. Ah sudahkan kita saling mengenal terus kenapa masih terus ucapkan kata itu Graz basi. Hahah bukan basi tapi makin kangen ke kamu. Hahah stop Graz. Oh aku jawab sesuatu bisa tidak? Apa coba ! Aku malu ungkapin ujarku. Apa ayo, apa ada kaitannya dengan perasaan aku ke kamu? Jawab Yapp. Aku mau bilang Art, jika aku bakalan berjuang untuk kamu dan aku tak peduli apa yang bakalan terjadi. Graz aku menyukai kamu. Thanks Art, aku sudah lama menanti jawaban ini Art, ujar Graz.

Graz langsung video call. Saat aku menerima video Graz tersenyum menatap aku dengan tatapan yang tak mampu aku artikan dengan kata-kata. Thanks Art atas jawaban yang telah lama aku nantikan selama ini ujarnya. Aku pamit karena hari mau pagi. Aku tak mau bertanya lagi persoalan lain karena aku yakin Graz tak suka ketika aku bertanya hal menyangkut keluarganya. Wajah Graz amat bahagia dan aku suka melihat ia bahagia.

bersambung….

(Visited 24 times, 1 visits today)
Avatar photo

By Devinarti Seixas

Penulis dan Pendiri KPKers Timor Leste, dengan mottonya: "Kebijaksanaan bukan untuk mencari kehidupan melainkan untuk memberi kehidupan dan menghidupkan". Telah menyumbangkan lebih dari 100 tulisan berupa; berita, cerpen, novel, puisi dan artikel ke BN sejak 2021 hingga sekarang.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.