Terus demikian adanya kami berkomunikasi lewat chat hingga berjam-jam. Pada akhirnya aku tak mau lagi bercanda sama dia.

Graz tetap saja mencari cara untuk berkomunikasi sama aku. Aku pikir jauh lebih bising kalau HPku terus berdering lewat panggilan biasa.

Keesokan harinya aku mencoba mendonwload lagi aplikasi WA dan facebook jauh lebih aman hanya butuh hindari hal-hal yang tak penting, pikirku dalam hati.

Saat usai mendownload aplikasi, ketika aku baru hendak mendaftar nomor WA dan selesai notifikasi chat amat banyak yakni dari Graz. Keesokan ketik sala kebesokan. Hari demi hari, minggu demi minggu serta bulan demi bulan perhatian Graz yang tak pernah pudar buat aku seolah menghilangkan jejak karakternya sudah benar-benar sulit aku resapi bahkan aku tak dapat menghindari lagi.

Aku bukan manusia yang mudah melupakan kebaikan orang lain. Hanya aku pikir dia seorang pria yang memiliki istri dan anak tentu saja ia butuh peduli, bahkan perhatian sama istrinya juga anak-anaknya. Aku tidak mungkin memberikan ruang gerak yang bebas sebebas-bebasnya karena aku paham perasaan seorang wanita.

Lalu aku mencoba baca setiap tutur katanya melalui chat WA ketika aku hapus aplikasi. Banyak kata-katanya yang menyentuh hatiku, banyak sekali kata-kata sedih tapi hanya sepihak, apakah aku harus percaya semua ungkapan melalui chat WAnya? Terus mengapa ia harus terbuka padaku dan bukan istrinya. Apakah semua pria di era ini sama? Segala masalah rumah tangga yang harusnya diselesaikan dengan istri dijadikan bumerang agar menarik perhatian orang? Aku bingung apa yang kini tengah terjadi pada negara ini.

Aku hanya membaca kata demi kata dari Graz kala aku mengaktifkan lagi aplikasi WA. Graz banyak keluhan tentang hidup dan tentu butuh perjuangan yang pasti karena Graz adalah seorang pria, namun ketika aku baca semua kata-kata chatnya ia butuh perhatian penuh, baik dari keluarga maupun kerabat. Aku tidak tahu mengapa ia begitu nyaman sama aku. Peduli sama aku serta perhatian penuh ke aku. Ia sudah ku anggap bagai cahaya bagiku. Aku tidak tahu bagaimana harus memberi peringatan padanya ketika aku sadar jika aku juga seorang wanita.

Saat aku aktifkan kembali aplikasi WA, aku hanya berjuang mendoakan dia agar sadar dan menyisihkan waktu bagi istri dan anak-anaknya karena aku bukan siapa-siapanya dia.

Ada beberapa paragraf yang aku tanggapi adalah ia menceritakan kisahnya, jika ia tak mengenal ayahnya sejak lahir hingga tumbuh dan dewasa baru bertemu sekali saat ibunya memperkenalkan pada dirinya hanya sekali ayahnya pun meninggal. Berharap ingin berkomunikasi dengan ayah pun gagal. mungkin itu salah satu hal yang membuatnya seperti itu.

Aku sedih hingga menangis kala aku membaca semua chatnya satu persatu dan aku tidak tahu harus mencari solusi untuk menghindari Graz selamanya.


Hari itu aku benar-benar sadar dan berlinan air mata memikirkan kata demi kata yang dituliskan Graz buatku ketika aku delete aplikasi WA di HPku.


Apakah setiap manusia punya masalah, kita harus mencari tempat yang nyaman untuk kita berbagi rasa? Terus mengapa masalah seperti ini ia tidak curhat kepada pasangannya? Bukankah pasangan hidup ditakdirikan untuk saling melengkapi satu sama lain? Terus mengapa Graz harus open ke aku. Aku bukan siapa-siapanya dia. Aku hanya manusia biasa yang sedang menutupi segala rasa sakit dari setiap insan yang aku kenal. Mengapa dia tiba-tiba jadikan aku sebagai tempat curhatnya.

Hari demi hari terus belalu aku tidak mengenal wujud asli Graz. Hubungan persahabatan kami hanya terjadi dari jaringan internet. Sosok asli Graz seperti apapun aku tidak kenal. Bahkan melihat wajah aslinya saja aku belum pernah. Hanya kata-katanya melalui chat membuat kami makin akrab bahkan tak mengenal rasa capek selama awal pertemuan hingga detik ini.

bersambung…

(Visited 15 times, 1 visits today)
Avatar photo

By Devinarti Seixas

Penulis dan Pendiri KPKers Timor Leste, dengan mottonya: "Kebijaksanaan bukan untuk mencari kehidupan melainkan untuk memberi kehidupan dan menghidupkan". Telah menyumbangkan lebih dari 100 tulisan berupa; berita, cerpen, novel, puisi dan artikel ke BN sejak 2021 hingga sekarang.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.