Berpikir aku dalam hati sambil menikmati porsesnya. Tidak tahu finalnya seperti apa yang jelas aku paham bahwa Tuhan tahu apa yang sedang aku butuhkan. Seharusnya perhatian suamiku bukan suami orang yang porsinya jauh lebih besar nilainya di tengah pandemi covid-19. Aku sudah malas menegur hanya karena mengemis perhatian, mungkin Tuhan jauh lebih mengetahui kebutuhan batinku. Graz hadir pada waktu yang tepat. Hanya aku bingung kenapa Tuhan mengatur hal sedemikian rupa! Tuhan mengalihkan perhatian suamiku ke istri orang dan memberikan lagi perhatian yang jauh lebih bermakna dari suami orang ke aku. Aku tidak habis pikir jika segala sesuatu yang terjadi di bumi ini ternyata berbeda dengan kenyataan yang kita harapkan.
Hubungan LDR kami sudah menjelang enam bulan. Tak ada lagi kata asing dalam kamusnya Graz & Aku semua berjalan seadanya. Aku hanya serahkan semua pada yang maha kuasa entah apa yang ia haturkan dalam kehidupan aku, aku iklas menerimanya. Karena rumah tangga aku terasa kering tak ada lagi perhatian yang aku rasakan. Pandemi covid-19 menjadi perantara dari yang mungkin menjadi tidak mungkin atau sebaliknya
Komunikasi kami makin akrab. Suatu hari Graz hampir membuat aku celaka, dimana ia mengundang emosiku. Kelakuan Graz makin menjadi-jadi ke aku. Ah kamu kenapa video call selalu menggunakan bahasa isyarat. Aku tak menyangka saja pertemuan kami makin akrab lebih dari hubungan nyata. Musim pandemia benar-benar telah mempererat hubungan persahabatan kami meskipun lewat dunia virtual.
Aku hanya mengenal Graz dari dunia maya bukan dunia nyata. Suatu hari Graz call ke aku, pengen ketemuan di dunia nyata Art. Aku berpikir tidak boleh karena dunia maya saja sudah demikian apalagi dunia nyata aku takut Graz makin nekad.
Graz berkata jika istri dan anak-anaknya mau kampung halaman tapi positif mengidap penyakit Covid-19 akhirnya masuk ke karantina kala itu. Ia merasa kesepian jadi kami terus menjaling hubungan komunikasi yang sehat.
Usai memberitahukan kabar itu ia tak lagi membalas. Mungkin seharian dan malamnya ia chat, Art aku kahabisan paket apakah kamu bisa bantu aku. Bantu apa Graz jawab aku . Kirim pulsa U$1.00, aku aktifkan paketku ya? Ok aku bantu tapi jangan berharap lebih karena seharusnya aku tidak bantu kamu hanya karena istri dan anak-anakmu pasti butuh komunikasi dengan kamu Graz jadi aku akan kirim. Tunggu 5 menit. Thanks ujar Graz.
Aku lalu hening sejenak dan pergi membeli pulsa lalu mengirim ke Graz. Graz mengaktifkan kembali paketnya lalu chat dan berkata, Art mengapa kamu lakukan semua ini ke aku! Apa maksud kamu Graz bukankah kamu yang tadi meminta? Graz kamu butuh aktifkan paket untuk berkomunikasi dengan istri dan anak-anak kamu yang katanya positif mengidap Covid-19 terus mengapa kamu tanya lagi maksudku?
Bukan Art aku hanya orang asing, seperti kata kamu keluarga saja bukan, terus kenapa sampai kau rela membelikan pulsa untukku padahal situasi Covid-19 kita harus jaga jarak tapi kamu bisa beli pulsa untuk aku Art, itu maksudku.
Jika kamu ingin mengenal kebaikan aku maka teruslah berdoa bahwa apa yang aku berikan ke kamu atau ke orang lain belum sama valuenya dengan perhatian kamu ke aku Graz, camkan itu baik-baik
Art aku bingung saja karena dalam hidup aku baru pertama kali aku diperlakukan oleh orang asing seperti anda. Apalagi ketika aku berbicara tentang kondisi keluargaku yang saat ini lagi di karantina ia rela melanggar demi aturan pemerintah karena sitausi pandemia covid-19 Art. Graz ingat jika aku menanam benih kebaikan padamu maka aku mohon kepada kamu agar kamu juga bisa menanam benih kebaikan itu pada orang lain yang membutuhkan. Kamu tahu mengapa aku menghargai permintaanmu? Ya Art ujar Graz. Karena pernah jatuh tertimpa tangga akibat jebakan hutang puluhan Dollar dengan bunga yang tinggi. Tujuan aku membantu orang dengan tulus Graz namun kita tidak tahu konsikuensinya karena aku tidak mengenal orang lain yang datang meminta bantuan ke aku. Pada akhirnya aku terjebak bunga hutang di saat itu aku mengharapkan uluran tangan dari teman, keluarga maupun lawan tapi justru yang aku harapkan itu mejauh bahkan menyangkal aku Graz seolah bukan bagian dari keluarga mereka.
Graz langsung video call dan penuh air mata lalu berkata, terus…. terusss Art ingin tahu. Terus aku berjuang sendiri karena aku malu Graz sama orang-orang di sekeliling aku. Orang yang mengajak suamiku ambil modal kakak-kakak aku semua lepas tangan Graz, lalu nama baik dan harga diriku di pertaruhkan Graz. Orang itu mengajak suamiku agar aku ambil lagi dana di tempat lain untuk menutupi bunga hutangnya dengan membohongi kami. Akhirnya bunga makin meningkat Graz. Semua orang diam termasuk suami aku. Aku tidak di didik untuk meminjam dana dari orang lain oleh kedua orang tuaku karena sejak kecil tumbuh remaja ayah adalah seorang Ex-militar jadi kami hidup berkecukupan Graz.
Sejak hari itu semua orang menjauh dariku. Suamipun bebas berjalan kerja hingga tak peduli aku dan anak-anakku. Kami jadi orang asing bagi yang dekat. Di saat itukah aku sadar jika Tuhan itu adil Graz menjauhkan yang dekat dan mendekatkan yang jauh dengan cara yang tak mampu aku pahami. Akhirnya suatu hari aku sadar jika hidup adalah sebuah perjuangan dan aku tidak boleh patah semangat.
Tak tahu tiba-tiba Tuhan mempertemukan aku dengan seseorang yang mirip sosoknya dengan ayahku dan memotivasi aku hingga aku berdiri hari ini mampu bangkit dan di hadapan orang banyak.
Pada akhirnya aku jadi diriku meskipun aku dikelilingi hutan aku tetap menjaga kehormatanku sebagai seorang istri dan wanita di hadapan Tuhan meskipun banyak godaan yang datang menghampiriku. Saat justru aku bangkit dari keterpurukan justru kesedihan datang menghampiri diriku yakni terus dicuekin oleh suami juga keluargaku.
Tuhan adil di saat yang tepat dia membawa seseorang dalam hidup aku dan memberikan kembali cahaya kehidupan yang baru meskipun hanya melalui dunia internet ke hadapan aku Graz . Aku bersyukur karena ia mendidik aku kembali mengenal diriku sebagai manusia mengajak aku marah, jengkel, akhirnya mengenal lagi dunia tertawa dan tersenyum juga ras malu yakni kamu Graz.
Graz langsung berlinan air mata di balik layar kaca HP. Art stop jangan lanjutin ceritanya. Aku sudah paham Art. Stop! Lho ini kisahku kenapa kamu yang menangis Graz. Tidak Art jangan lanjutin cerita itu sambil ia menghapus air mata dan berkata hendak mandi dulu.
Graz kamu sedih ya atau ingat aku coba tanya aku pada Graz. Makanya kalau bantu kamu dengan sesuatu yang harga U$1.00 jangan kamu terus berterima kasih ke aku tapi ke Tuhan karena mengenal kamu adalah hikmah bagiku dimana kamu hadir pada kesempatan yang tepat, selama masa enam bulan meskipun orang menjauh tapi ada seorang yang jauh menjadi dekat Graz, yakni dirimu jadi aku membantu kamu karena aku pernah mengharapkan uluran tangan dari orang lain, tapi tidak pernah memperolehnya Graz jadi anggap saja ini tiada nilainya karena perhatian kamu ke aku jauh lebih bermakna bagiku Graz. Thanks Art aku mandi dulu. Yaap habis mandi komunikasilah dengan istrimu pasti dia khawatir.
Usai mandi Graz sudah berpakaian rapi dan video call lagi. Art aku kerja dulu ya. Wow cakap Graz kamu ganteng banget pakai pakaian militar. Graz tersenyum menatap aku sambil berkata I miss you Art. Ok pergi kerja aku pun mengakhiri panggilan video call.
bersambung…