Waktu terus berjalan, usai masa kampanye hingga pemilihan kami pun tidak pernah saling chat atau berkomunikasi. Hampir empat bulan telah berlalu. Aku pikir pertemuan itu biasa-biasa saja, jadi tak bisa aku pikir lagi karena waktu 24 tahun bukan waktu singkat apalagi kita semua sudah memiliki keluarga juga anak-anak yang telah tumbuh remaja.
Saat benar-benar tak berharap apa-apa lagi. Memikirkan saja sudah tidak pernah apalagi mengenang masa kecil masa ingusan itu.
Suatu hari aku sedang tidur karena kecapean. Tiba-tiba ada nomor baru chat ke aku tapi aku cuekin karena aku kecapean. Hi apa kabar? Ujarnya. Aku terus tak menajawab ia kembali berkata hai wartawan cantik apa kabar? Tetap saja aku diam tak membalas apa-apa karena aku kecapean. Nomor baru itu call langsung dari aplikasi WA itupun aku cuekin lanjut ke video call juga sama. Ah capek bangat ujarku.
Tak lama dari panggilan telepon biasa. Aku melihat nomornya sama. Aku tidak menerima hingga ia call beberapa kali tapi tetap saja aku merasa tidak penting lagian nomor baru siapa juga yang kenal kamu, kata aku dalam hati. Sombong bangat kamu Dev, teman kecilku, sahabat kecilku yang cantik ini. Aku mencoba melihat foto profilenya siapa shii Delio atau Rico yang kerjain aku atau Teo karena mereka itu yang sahabat kecil aku.
Ah Dav ternyata. Aku lalu membalas chatnya. Pagi Dav kirain siapa ujarku. Aku Dev kamu sombong bangat tidak kayak Dev di masa kecil, kok sombong bangat chat tidak dibalas, aku call bahkan video juga tidak diangkat. Ah pokonya wartawan sombong, ujar Dav lewat komunikasi pagi itu.
Bukan Dav, aku kira siapa karena nomor baru. Dav kok kamu bisa bilang wartawan sombong shii bukannya wartawan itu sebuah profesi dan sebuah perofesi itu kewajiban melayani. Terus kenapa kamu bisa berkata demikian Dav, Maaf habis kamu juga tidak balas chat aku makanya aku berkata demikian apa salah!
Dev kok kemarin pulang dari kampanye di Liquisa tidak pamit ya? Kasih saja kami pulang duluan juga tidak. Dav kamu tahukan hari itu hujan, lagian kamu di panggung bagaimana aku bisa kabari kamu ketika mau pulang Dav. Setidaknya kasih kabar Dev, ujar Dav.
Dav aku mau tanya, kamu ambil nomor HPku dari siapa. Aku kasih tahu tapi jangan marah ya? Siapa yang kasih coba. Pas kita pulang dari masa kampanye aku mencari kamu tapi tidak menemukan kamu sampai usai pada masa pemilihan Dev. Terus berjuang mencari kamu tapi tetap saja sia-sia. Aku berjuang sebisa mungkin tapi hasilnya sia-sia Dev, ibu wartawan yang cantik. Terus dari mana kamu dapatin nomorku hingga chat ke aku. Hmm tapi janji tidak bakalan marah ya Dev. Yaa kamu jujur dulu.
Dev sejak melihat kamu di lokasi kampanye aku terus mimikirkan kamu. Berjuang mencari kamu tapi tidak dapat bahkan mencari nomor kamu juga sia-sia Dev, Ujar Dav.
Akhirnya ketika kami ke CCF aku melihat adikmu, terus aku harus pakai tips untuk memperoleh nomor kamu. Tips apa maksud kamu Dav. Aku bohongi adik kamu bahwa aku butuh nomor HP kamu yang wartawan itu. Lalu adikmu berkata oh kakak Dev ya? Ya ada perlu apa? Gini aku mau balikin Memory Caranya yang aku pinjam beberapa bulan lalu waktu kampanye di Liquisa Dev. Ya berhasilah perjuangan aku dan adikmu kasih nomor kamu Dev. Ampun segitu tegaknya kamu Dav sampai bohongi adik aku. Dev hanya itu cara yang mampu aku pakai agar memperoleh nomor kamu Dev.
Hmmm Dav kita bukan lagi dua anak kecil dulu ya jadi jangan chat terus ke aku, paham ujarku. Tergantung aku Dev kenapa aku yang chat kamu yang kasih aturan. Dav please mengerti perasaan aku okey kita kemarin bertemu karena profesi bukan karena Dav & Devnya okey jadi jangan campur aduk profesi dengan hal pribadi kita yang tidak ada sangkut-pautnya. Ok Dev baca baik-baik chat aku.
Ketika melihat kamu pada masa kampanye perasaanku terbayang lagi ke hububgan masa kecil itu Dev, ujar Dav.
Stop jangan gila okey, kamu tahu ngak aku sudah lupa semuanya tentang kita, tentang perasaan itu semuanya Dav. Itu urusan kamu Dev tapi jujur saat balik dari lokasi Kampanye di Liquisa aku terus memikirkan kamu Dev dan bejuang untuk bertemu dengan kamu agar bisa meluruskan semuanya tapi tidak pernah memperoleh kesempatan Dev, ujar Dav.
Perjalanan 24 tahun Dav apa yang mesti dijelasin lagi. Tidak Dev, aku selalu memikirkan kamu usai pulang dari masa kampanye dan terus berjuang ingin bertemu sama kamu face to face Dev. Aku merindukan kembali masa kecil itu. Bayangan tubuhmu selalu saja menghantui tidurku juga imajinasiku kala kamu berjalan di tengah lapangan di lokasi yang mempertemukan kita di distrik Liquisa, ujar Dav.
Terus maksud kamu aku harus balik pada masa 24 tahun lalu Dav? Tidak tapi aku mau kita bertemu di suatu tempat Dev, pinta Dav. Tidak Dav, aku tidak mau melibatkan diri dalam masalah. Kita sudah memiliki keluarga masing-masing jadi jangan gombalin lagi aku di usia yang tak lagi muda Dav, pungkasku.
Pokoknya aku akan ketemu kamu Dev di suatu tempat agar aku bisa menjelaskan sedetail mungkin kenapa aku masih merindukan kamu hingga detik ini.
bersambung….