“Ooo Sanatang, kau tahu ceritanya I Bungatang? Dicabutki kodong Kartu Keluarga Sejahtera-nya sama Petta Desa.” Seru I Rahmatang sambil menyenggol pinggul I Sanatang saat mereka berdua bertemu di pasar, sambil menawar sayuran.
“Ih kenapa bisa, na berhak itu kodong. Tidak adami suaminya, dua anaknya sekolah, baru pekerjaannya cuma buruh tani. Teganya itu Petta Desa?” Tanggap I Sanatang.
“Ka beda pilihangngi toh? Petta Desa bilang pilihko calonnya Partai Jambu Putih, itu I Daremma pergi napilih calonnya Partai Settung.” Jelas I Rahmatang sambil menimang-nimang sebutir kelapa.

“Itu sepupuku di Desa Mabbiring, karena tidak naikuti pilihannya tetangganya, langsung disuruh kasi’ pindah rumahnya.” Kali ini I Sanatang yang mengeluarkan kisah.
“Kenapa tossi iyya?” I Rahmatang berbalik dan fokus menatap I Sanatang.
“Gara-gara beda pilihang juga. Na itu sepupuku, di atas tanahnya itu tetangganya bangung rumah.” Cerita I Sanatang.
“Tallewa’na semua orang di.” Tanggap I Rahmatang sambil kembali menawar sayur kangkung.
“Iyyo, ballisi’ku. Herangku saya, kenapakah orang harus berkelahi hanya karena beda pilihang?” Seru I Sanatang, tangannya mengulurkan uang 2 ribu untuk 5 ikat kangkung.

“Tidak begituji juga kapang.” Tiba-tiba penjual sayur, Daéng Rappé bercelatuk.
“Tidak mentong, begitu semua kulihat.” I Rahmatang ngotot.
“Kemaring sore, itu I Salemma sama I Daremmba baku tarik-tarik rambut di pinggir jalan.”
“Beda pilihanki pasti toh?” Tebak I Sanatang.
“Tidak, mereka malah berkelahi gara-gara sama pilihannya.” Sergah Daéng Rappé.
“Aish, mengarangki’ pasti.” I Rahmatang menyodorkan uang dua puluh ribu untuk 10 ikat daun bawang.
“Dua-duanya pilihka’ jadi suaminya. Padahal saya ini duda, dan penjual sayurji kerjaku kerjaku kodong.” Menyerahkan uang kembalian ke I Rahmatang yang cuma melongo dan saling bersitatap dengan I Sanatang.

(Visited 9 times, 1 visits today)
Avatar photo

By Kasman McTutu

ASN yang mencintai puisi, hujan dinihari, dan embun pagi. Menerbitkan kumpulan cerpen Mata Itu Aku Kenal (LeutikaPrio, Januari 2012), Kumpulan artikel Reinventing Tjokro (Ellunar Publisher, Oktober 2020), dan kumpulan cerpen Adikku Daeng Serang (Pakalawaki, Maret 2021)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.