Kedua istilah ini, semuanya mempunyai arti. Makan untuk hidup berarti, makanan yang akan menjadi instrument, orang akan mencari saja makanan untuk mengenyankan jiwa dan raganya. Makanan merupakan instrument supaya dapat mencapai tujuan akhir yang tepat bagi kehidupan manusia. Hidup untuk makan berarti, kita hidup ini hanya untuk makan saja dan tidak berbuat apa-apa.
Seperti pesan Injil pada minggu lalu menyampaikan pada kita bahwa, Yesus membuat mukjizat dengan lima buah roti dan dua potong ikan dengan memberi makan pada lima ribu orang, tidak terhitung perempuan dan anak-anak, dengan sisanya sebanyak 12 bakul. Mereka melihat mujizat Yesus ini bukan karena sebagai Tuhan melainkan mereka hanya melihat rotinya saja. Yang mereka kejar adalah roti, ketika mereka mengejar roti, maka roti akan habis, tetapi jika mereka mengejar Yesus, maka roti tidak akan berkurang atau habis.
Kemana saja Yesus pergi mereka selalu mengikuti dan mencarinya, karena Ia membuat mujizat. Tetapi apa yang mereka cari bukanlah Yesus sebagai Tuhan, melainkan mereka membuka keperluan fisik mereka. Sehingga Yesus berkata kepada mereka, kalian mencariku bukan kalian melihat saya sebagai Tuhan, melainkan karena roti.
Akhirnya Yesus pun bersabda, tentang roti hidup kekal, mereka menjawabnya, kalau begitu berikan saja roti itu pada kami. Yesus menjawabnya, “Akulah roti hidup, barangsiapa yang mendekatiku dia tidak akan kelaparan, barangsiapa yang percaya padaKu dia tidak akan kehausan”.
Pada bacaan pertama dari buku Keluaran mengatakan bahwa, orang-orang Israel mendapat berkat dari Tuhan, yaitu mendapat makanan di padang gurung, ketika mereka kelaparan memprotes ke Musa bahwa, lebih baik kami di Mesir meskipun sengsara dan mati tapi kami tidak kekurangan makanan, daripada datang ke padang gurung dan mati kelaparan disini.
Mereka tidak melihat kerahiman Tuhan yang telah menyelamatkan mereka, dari kesengsaraan dan kesusahan mereka, sehingga mereka harus berkorban dengan berpetualang jauh untuk mendapatkan makanan mereka. Dari tantangan mereka terhadap Musa, akhirnya Musa berteriak pada Tuhan, sehingga Tuhanpun membuat mujizat makanan dan memberikannya pada mereka.
Melihat pengalaman umat Israel ini, mereka berkata pada Yesus bahwa, jika anda menunjukkan makanan yang benar yang telah diterima oleh nenek moyang kami di padang gurung dari surga. Mereka tidak melihat rupa Musa dan Tuhan, tetapi mereka hanya melihat isi perut mereka, bukan melihat Tuhan yang telah memberikan kehidupan bagi mereka, tetapi mereka hanya melihat isi dunia ini saja. Sehingga Yesus berkata, kalian datang bukan untuk mencari aku, melainkan kalian mencari makanan saja.
Kita masing-masing mempunyai keperluan untuk hidup, keperluan jasmani dan keperluan rohani, keperluan jasmani merupakan makanan sebagai kebutuhan kita, tetapi bagi rohani Yesus berjanji bagi kita bahwa, dialah makanan hidup. Ketika kita menerima tubuh Yesus di Ekaristi, pada saat itulah kita menerima makanan kehidupan. Tubuh dan Darah Yesuslah yang menjadi makanan abadi bagi jiwa kita.
Ketika kita menerima tubuh dan darah Yesus maka kita akan menjadi manusia baru. Manusia baru yang tidak hanya melihat bagi kekayaan duniawi ini, tetapi juga merupakan bagi jiwa kita. Apa yang menjadi milik dunia ini adalah niat jahat kita, perlakuan dan perbuatan jahat kita. Ketika kita mementingkan kekayaan duniawi dalam kehidupan kita maka orang akan melupakan jiwanya. Kehidupannya tidak mengikuti kehendak Tuhan, melainkan menurut naluri dan kehendaknya sendiri saja. Karena barang-barang duniawi ini tidak memberi kepuasan pada kita, dan kita selalu mencarinya sampai ajal kita tibapun kita tetap tidak puas.
Itulah homily yang disampaikan oleh Romo Kapelão PNTL, di saat beliau memimpin misa di Kapel Santu Antonio di Akademi Kepolisian Nasional Timor Leste di Dili, pada hari minggu, tanggal 4 agustus 2024, yang diikuti oleh Komisaris Kepolisian PNTL Sr. Pedro Belo, dan petinggi kepolisian lainnya.
Pada perayaan missa mingguan biasa ke-18 ini, diberi tanggung jawab pada kepolisian resort Munisipiu Lautém, sebagai salah satu peserta lomba dari 13 Munisipiu yang ada, dan dilaksanakannya dengan sempurna, mulai dari dekorasi dalam kapel, bacaan, persembahan dan lagu-lagu pengantar missa dalam Bahasa Tetun dan Latin itu ditata rapi oleh team sukses PNTL Municipio Lautém, dimana dirigen dipimpin oleh Mr.Gabriel dan Pianis dimainkan oleh Mr.Emil Santos. Mereka semua terkagum-kagum dan terpesona melihat dan mendengar penampilan mereka, hingga mereka menawarkan lagi kesempatan lain, untuk mengisi acara misa seperti ini.
Memang hidup kita di dunia ini, kita harus mementingkan keduanya yaitu jiwa dan raga dengan makanan surgawi yaitu tubuh dan darah Yesus sendiri, agar kita mendapat hidup kekal di bumi ini maupun di akhirat nanti di dunia yang lain bersama Tuhan di surga, karna Tuhan Yesus sendiri bersabda, “Akulah jalan, kebenaran dan hidup”, tiada seorangpun yang datang ke Bapak kalau tidak melalui Aku. Maka untuk memperoleh kehidupan kekal di akhirat nanti kita harus menyantap roti kehidupan kekal yaitu Tubuh dan Darah Yesus sendiri.
Edisi, Akademi PNTL Dili, 040824