Suatu hari aku berpikir jika aku harus hidup mengikuti budaya bangsaku Timor-Leste. Hidup di negeri kami sering kali wanita selalu dipojokkan karena sistem perkawinan patriarkal dimana di Timor-Leste ada sistem perkawinan yakni Patriliner dan Matriliner. Jadi dua sistem itu memiliki tatanan yang berbeda dimana setiap tatanan harus ditaati.

Aku lahir di sebuah sudut kota negara Timor-Leste yakni bagian Timur yaitu di Distrik Lautem yang ibukotanya Lospalos di Sub-Distrik Iliomar. Sistem perkawinan di Distrik kami lebih kuat patriarkal dimana yang dominan dalam keluarga adalah pihak laki-laki.

Ketika makan kaum pria adalah utama, sedangkan pekerjaan dapur semua hanya dilakukan oleh wanita, seperti memasak, mencuci, buat sayur, ke kebun, bahkan segala keputusan adat istiadat di daerah tercinta kami. Amat berbeda dengan budaya atau tradisi daerah lain. Jika seorang pria menikah dengan wanita ia harus memberikan belis kepada keluraga wanita, jika tidak pria tersebut harus tinggal di keluarga istri hingga memberikan belis baru bisa keluar atau pindah rumah.

Tradisi itu selalu melekat di hati kecilku dan aku suka sekali bahkan anak-anak perempuan didik sejak kecil cara menenung kapas hingga dijadikan tais pria dan wanita juga selendang dan sudah berlaku turun-temurun.

Seiring berjalannya waktu akhirnya budaya itu perlahan-lahan berubah karena dampak era modern. Semakin banyak masyarakat negeri ini mulai memilih bekerja di benua lain kerena tuntutan hidup. Bahkan ada yang sekarang memilih menetap di luar negeri untuk selamanya.

Tradisi kehidupan pun mulai berubah hingga tradisi cara berpakaian yang dulu tais perlahan-lahan mulai berubah karena generasi sekarang bukan lagi generasi homogen melainkan heterogen. Era modern masyarakat Timor-Leste mulai mengikuti Trend model/style menurut kesukaannya karena dampak dari era modern juga.

Terkadang opini masyarakat banyak yang masih primitif beranggapan jika model yang digunakan membawa dampak buruk padahal kehidupan manusia di bumi ini terus berkelanjutan menurut perubahan zaman.

Masih begitu sensitif bagi kami kaum wanita Timor-Leste jika memilih atau menggunakan pakaian karena dampak dari sistem kehidupan patriarkal yang mendominasi sejak zaman dulu hingga sekarang. Namun kita harus berani bahwa setiap pakaian memilki fungsi serta penggunaan harus sesuai dengan tempatnya.

Kini aku mendedikasikan kepada generasi muda bahwa apapun model style yang kita pilih tentu kita tahu fungsinya agar jangan memunculkan pemikiran primitif karena terkadang kita juga harus was-was dimana tempatnya dan apa fungsinya.

Yuk mari kita jadi wanita Influencer yang berbakat bukan jadi tukang gosip yang tak berbobot di era modern di negara kita Timor-Leste.

Edisi khusus buat wanita modern…

(Visited 5 times, 1 visits today)
Avatar photo

By Devinarti Seixas

Penulis dan Pendiri KPKers Timor Leste, dengan mottonya: "Kebijaksanaan bukan untuk mencari kehidupan melainkan untuk memberi kehidupan dan menghidupkan". Telah menyumbangkan lebih dari 100 tulisan berupa; berita, cerpen, novel, puisi dan artikel ke BN sejak 2021 hingga sekarang.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.