Bumi ini, tempat kediaman kita,
Menjerit lirih di balik senyap.
Hutan terbakar, air tercemar,
Udara penuh debu, dan langit terkapar.

Gunung-gunung merintih, sungai-sungai merana,
Tanah retak, memohon cinta.
Setiap butir pasir, setiap tetes hujan,
Memanggil kita, menyerukan kesadaran.

Di sini kita berpijak, hidup dan berharap,
Namun bumi, ibu kita, kian lelah dalam dekap.
Jangan kita biarkan ia terkubur pilu,
Mari kita rawat, beri harapan baru.

Bumi menangis dalam sunyi,
Jeritan terpendam, tak terdengar telinga.
Daun-daun gugur, hutan kian sunyi,
Sungai mengering, laut berduka.

Langit menatap tanpa cahaya,
Polusi merajam, kabut menyelubung.
Gunung berseru, bukit merana,
Lautan keruh, pantai terhimpit bebunyian.

Oh… manusia, dengarlah jeritan bumi,
Tanah retak, batu menangis dalam pilu.
Merawat alam, bukan sekadar janji,
Hanya cinta yang menyembuhkan luka waktu.

Jangan biarkan bumi kehilangan nyawa,
Mari jaga bersama, hingga akhir masa.
Dengar, rasakan, jeritan yang nyata
Bumi ini milik Kita, mari Kita jaga bersama

(Visited 23 times, 1 visits today)
Avatar photo

By Elvira P. Ximenes

Elemen KPKers Dili TL, telah menyumbangkan puluhan tulisan berupa, artikel, cerpen, dan puisi ke BN, dengan motonya, "Mengukir makna dalam setiap kalimat, menghidupkan dunia dalam setiap paragraf", pingin jadi penulis mengikuti jejak para penulis senior lainnya di Indonesia.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.