Bapak Paus, datanglah dan lihatlah,
Sejarah kami yang ditulis dengan tinta merah,
Penuh warna keberanian dan ketulusan,
Di tanah Timor-Leste yang tak pernah menyerah.
Di sini, setiap jengkal tanah bercerita,
Tentang mereka yang berjuang tanpa henti,
Yang melawan ketidakadilan dengan jiwa dan raga,
Menemukan cinta dalam setiap luka yang menganga.
Lihatlah, Bapak Paus, kami bukan hanya kisah perang,
Kami adalah kisah tentang harapan yang tak lekang,
Tentang tawa anak-anak yang berlari di bukit dan pantai,
Di bawah matahari yang terbit dengan janji baru setiap pagi.
Sejarah kami adalah nyanyian doa di malam sunyi,
Adalah tangan-tangan yang bekerja tanpa lelah,
Adalah mereka yang memilih hidup di bawah salib,
Dan mereka yang mengukir perdamaian dengan air mata dan kasih.
Bapak Paus, lihatlah sejarah kami yang penuh warna,
Ada merah perjuangan, ada putih ketulusan,
Ada hijau harapan yang tumbuh di ladang-ladang,
Dan biru samudra yang memeluk kami dengan cinta.
Kami adalah generasi yang menghargai warisan ini,
Yang tahu betapa mahal harga kebebasan,
Dengan doa-doa kami, dengan kerja keras kami,
Kami berjanji menjaga tanah ini dengan hati yang suci.
Lihatlah, Bapak Paus, sejarah kami yang berwarna,
Ditulis dengan darah dan doa yang tak pernah berhenti,
Karena kami percaya, dalam setiap warna yang terpancar,
Ada kasih Tuhan yang menyertai kami selamanya.