Tak terduga hari kemarin tanggal 10 /10/2024 Aku tidak tahu. Hanya di rumah sendirian akhirnya melakukan kebersihan hingga malam. Malam itu aku menunggu anak-anakku tapi tidak ada yang datang hingga larut malam. Aku mencuci semua pakaian hingga aku mandi dan mencuci rambut tiba-tiba seluruh tubuhku kedinginan hingga aku harus berlari ke dalam rumah untuk melepaskan pakaian di tubuhku.
Tak lama aku pucat dan kedinginan seorang diri di kamar. Namun aku bertahan memakai pakaian dan berjalan ke kios sambil membeli Country Choice serta lilin dan krupuk untuk makan dan bertahan hingga pagi karena di rumahku kehabisan pulsa. Sambil memaksakan diri aku membersihkan rumah. Ada adik tetangga di depan rumah merasa iba padaku, akhirnya datang ke rumah dan mengatakan agar aku bisa berikan uang pada kakaknya, untuk beli pulsa malam itu. Aku merasa tidak enak karena aku juga memiliki kebiasaan tak ingin merepotkan orang selama hidupku. Akan tetapi tinggal di lingkungan yang baru aku harus belajar menyesuaikan diri dengan lingkungan. Akhirnya adik itu membelikan aku pulsa listrik. Usai menerima pulsa listik aku menginput nomornya dan lampu pun menyala.
Aku melanjutkan kegiatan kebersihan hingga larut malam. Tak tahu tiba-tiba berbaring di kamar tiba-tiba aku merindukan Yano entah kenapa aku sendiri tak bisa nyantuk hingga terus saja menyebut nama Yano. Aku tak bisa pejamkan mataku meski hanya dalam hitungan detik. Aku menangis malam itu sambil curhat sama almahrum ayah bahwa aku merindukan orang yang salah sambil ku sebut namanya berulang-ulang.
Akhirnya menjelang jam 01.00 aku mulai nyantuk. Tak lama saat pagi menyambutku pun akhirnya terbangung. Aku terkejut kenapa aku bisa rindu Yano semalaman? Bukannya aku telah memutuskan segalanya bahkan menghapus nomor HPnya juga foto-fotonya? Akhirnya pada tanggl 11/10/3024 aku terus saja berpikir ada apa dan apa yang terjadi semalam? Aku merasa tiba-tiba badanku seperti mau demam. Terpaksa aku harus mengajar anak-anak usai itu aku benaran sudah tak bisa bertahan akhirnya izin pada anak-anak untuk tidur karena kecapean juga sakit demam mulai menyapaku.
Anak-anak masih bermain di teras. Tak lama kemudian ketika pukul 15:00 mereka pamit dan pulang, putraku pun menyusul akhirnya aku hendak istrahat. Ketika aku sedang istrahat karena deman tinggi tiba-tiba putraku memanggilku sambil berkata, bu ada om Yano datang atau jangan-jangan guru yang mau ambil buku.
Aku terkejut akhirnya aku bangung dan berjalan ke luar sambil membuka pintu, ternyata benar dia adalah Yano. Sambil aku mengajak dia duduk dan memperlakukan dia sebagai manusia. Ia berkata aku dua kali ke sini tapi kau tak ada, ujar Yano. Hmm aku sakit, jadi sekarang di rumah saja, ujarku padanya.
Tadi aku lewat terus aku lihat ada kue di luar, pasti ada. Akhirnya aku datang mengetuk pintu dan ia membukanya. Ia aku sakit Yano. Yano mulai menunjukkan beberapa tawaran gambar ia mungkin mengira aku akan menerimanya seperti hari-hari yang telah berlalu. Aku sadar tidak semua tindakan Yano buruk hanya caranya memperlalukanku dengan wanita lain beda, termasuk istrinya. Aku tidak tahu mengapa Yano bisa senekad ini, tapi aku jujur jika hari ini tanggal 11/10/2024 aku ingin melepaskan Yano seutuhnya, karena dia memiliki istri dan anak yang tentu membutuhkannya jauh melebihi aku.
Sambil berpikir demikian Yano balik bertanya, Art kamu kenapa sakit ya? Ya kepalaku sakit mungkin karena demam tinggi. Okey jelaskan, mengapa kamu ke sini? Ya aku butuh buku bahasa inggris untuk anakku. Aku tetap sadar dan menjawabnya bahwa aku tidak memiliki buku, jika butuh buku bisa beli di toko buku karena rumahku bukan toko buku. Aku hanya bejuang terus menerus memperlakuan dia dengan adil layaknya sesama manusia, meskipun aku tahu dia berlagak seperti hewan liar dalam mengandeng wanita lain di luar sana.
Mungkin dengan cara itu Yano bisa sadar dan balik istri dan anak-anaknya. Usahaku hanya satu ia datang aku terus berlagak baik padanya karena aku tidak mengenal Yano keseharian siapa tahu dia adalah pria hidung belan karena istrinya saja dia khianati apalagi kita.
Aku berbincang seadanya sama Yano, aku ingin ia sadar ketika dia sudah sadar total maka aku pasti mengurangi rasa rinduku padanya karena aku tak mau melihat kehancuran terjadi pada keluarga Yano yang nanti alasannya berdampak pada diriku karena pria seperti ini tidak mudah untuk sadar apabila sudah menjadikan wanita lain sebagai tempat pelampiasan nafsu juga amarah.
Yano berkata jika kamu sakit kamu bisa minum daun itu sambil menunjuk ke arah daun di atas rumah. Hmmm apakah ini resep dari kamu atau dari cinta Yano, segalanya serba daun. Yano tersenyum menatapku dengan bahasa tubuh. Dari aku masa dari Cina? Karena aku mau resep asli dari Timor-Leste yang diwariskan oleh nenek moyang bukan dari cina. Kaos kaki cina, pakaian cina, rice cooker cina, wajan cina, catok cina, lipstik cina, bedak cina bahkan obat-obatan cina terus mana ciri khas bangsa kita, Yano coba! Hahaha itu resep dari aku Art bukan dari cina. Ya habis kamu membuat aku merinding dengan resep baru Yano.
Kalau dari cina kenapa, aku tidak maulah karena aku takut seluruh tubuhku menkonsumsi bahan-bahan cina, nanti aku takut mirip cina tiba-tiba aku minum obat resep cina malahan rambutku tumbuh lurus kayak cina Yano. Sambil tersenyum agar Yano sadar aku berjuang mengalihkan perhatiannya agar ia jangan berpikir yang macam-macam. Rasa sakitku mulai reda, Yano tersenyum mentapku, entah kenapa tapi aku berharap ia segera sadar karena ia memiliki tanggung jawab pada istri dan anak-anaknya.
Tiba-tiba putraku keluar rumah dan pamit ke teman sebentar. Aku langsung berkata pada Yano. Yano tahukah kamu bagaimana relasiku dan putraku? Apa coba, ujar Yano. Aku tahu dia anak, tentu memiliki argumen bagaimana menyadarkan ibunya. Ia berkata padaku, ibu aku tahu hidup di dunia ini sama seperti tumbuhan yang selalu mekar dan bertunas tapi semua akan usai pada waktunya, maka aku hargai hubungan ibu dengan siapa saja asalkan jangan lalukan apa yang telah ayah lakukan ke kita, karena itu adalah tanaman yang ia bibit biarkan dia yang memetik hasilnya jangan sampai kita yang kena impas akan perbuatannya ibu, itu saran putraku padaku. Jadi kamu pahamkan Yano, arti dari ucapan seorang putra pada ibunya karena ia tak ingin orang tua di dunia menjadi guru terbalik bagi anak-anaknya. Yano menjawab ya aku tahu itu.
Jika kamu tahu itu maka enyalah dari kehidupanku Yano, jangan pernah mempermainkan perasaan istrimu karena dia juga mencintaimu layaknya anakku mencintaiku. Yano justru tak mendengar, ia melangkah masuk ke dalam rumah. Aku sadar akhirnya aku mengatakannya ia segera keluar tapi jawabnya, ia sakit perut. Kembali lagi membuat aku sadar jika ia juga manusia kenapa aku harus memperlalukan Yano seperti hewan?
Pada akhirnya ia kr kamr kecil dan buang air. Ia balik dari kamar kecil ia duduk di ruang tamu tapi aku tetap menunggunya di luar. Aku sadar jika Yano dan aku memiliki chemistri perasaan maka aku harus bejuang menjauhi Yano agar ia bisa ingat pintu rumahnya. Ia memanggilku, Art yuk masuk rumahmu sakit kan? Hmm aku lebih senang di teras Yano. Jangan gitu kamu marah aku! Tidak Yano kamu yang ke sini. Akhirnya Yano nurut dan keluar. Aku mulai demam tinggi, lalu aku pun menceritakan pada Yano bahwa semalam aku tidak tahu, namun aku merinduhkanmu dan kini rindu itu telah menghilang itu tandanya kamu juga jangan pernah ganggu lagi kehidupanku.
Yano malahan tak mendengarkan nasehatku. Ia langsung berdiri mendekatku, sambil memijit kepalaku. Hmm Yano kamu bisa ngak melupakanku selamanya. Aku sudah biasa kok menikamti hari-hariku dengan kesendirianku, mungkin hanya kecapean makanya aku lagi demam. Ada tetangga di sebelah melihat Yano memijit kepalaku. Aku membiarkannya, biar semua orang melihat bahwa segitu beraninya Yano padaku di hadapan orang-orang tersebut, karena peringatan demi peringatan sudah aku lakukan bahkan memberikan saran pada istrinya untuk tidak lagi berkomunikasi sama aku.
Dengan cara itu aku bisa yakinkan Yano mampu move on dariku. Akhirnya Yano pun terus memijit kepalaku. Demam makin tinggi, aku tak bisa memberitahukan Yano. Aku pamit agar bisa masuk ke kamar untuk istrahat, tapi susah jika aku menjelaskan rasa sakit karena Yano pasti akan peduli. Yano sadar akan rasa sakitku, akan kerinduanku akhirnya ia berkata, aku pergi belikan PARACETAMOL ya biar kamu minum karena kamu demam tinggi.
Ah rasanya aku mau menangis di hadapan Yano, dia suami orang kenapa Tuhan mengatur porsi hidup kami seperti ini? Mengapa Tuhan harus menyembuhkan lukaku hatiku dengan cara itu? Sedangkan aku tidak sebodoh yang Tuhan duga agar Tuhan pandai-padainya melibatkanku dalam persoalan baru. Jika ia Tuhan Maha Tahu tentu tidak harus seperti itu memperlakukan umatnya untuk saling menyakiti satu sama lain karena Yano bukan bujangan atau duda. Yano memiliki istri dan anak-anak yang butuh kasih sayangnya bukan aku, ujar Art dalam hati. Aku lalu berkata ngak usah Yano jika kamu ada uang belikan saja kue untuk anak-anakmu.
Perasaan aku makin tidak enak akhirnya aku pamit masuk ke rumah sebentar lalu aku langsung mengunci pintu dari dalam karena chemistri Yano dan aku begitu kuat sejak pertemuan awal lima tahun lalu. Buktinya aku merindukan ia pasti merasakan atau sebaliknya dan baru dua hari yang lalu aku merindukannya, ia langsung datang ke rumahku.
Aku tidak tahu apakah ini karma atas tindakan mantan suamiku terhadap perempuan lain atau kakek serta ayahku, yang jelas Yano beda dengan pria lain di luar sana terhadapku. Aku hanya khawatir ketika aku memberlakukan dia secara kasar ia justru akan bertindak lebih buruk lagi terhadap istri dan anak-anaknya. Tindakanku menutup pintu membuat Yano marah dan emosi akhirnya ia memukul jendela rumah juga pintu, namun aku tak peduli lagi pada Yano agar ia bisa mengingat jalan pulang menuju pintu hati sang istrinya.
Jika istrinya saja ia bohongi apakah relasi seperti ini akan menjamin kebahagian? Tentu saja tidak. Yano akhirnya benar-benar marah dan langsung pulang. Aku masih sempat berdiri menatap dia dari balik jendela kamar. Yano, aku harap kamu jangan pernah balik lagi ke rumahku.
bersambung…