Oleh: Muhammad Sadar*
Dalam sidang paripurna Majelis Permusyawarahtan Rakyat Republik Indonesia (MPR-RI) pada tanggal 20 Oktober 2024, MPR mengambil sumpah jabatan Prabowo Subianto sebagai Presiden Republik Indonesia dan Gibran Rakabuming Raka selaku Wakil Presiden Republik Indonesia untuk masa jabatan 2024-2029. Pada proses pelantikan tersebut, Presiden Prabowo Subianto menyampaikan pidatonya di depan anggota parlemen Indonesia dengan penuh semangat percaya diri dan optimis untuk kemajuan negara
Republik Indonesia.
Salah satu tema pidato Presiden Prabowo Subianto yang sangat menghentak dan memberi perhatian serius terhadap eksistensi negara ini adalah agenda prioritas pembangunan nasional di sektor pertanian untuk mencapai swasembada pangan dalam tempo yang sesingkat- singkatnya. Rupanya pemerintahan Prabowo Subianto dalam kabinet Merah Putih yang dipimpinnya sangat menaruh harapan besar dan penuh kesungguhan terhadap program swasembada pangan nasional.
Program swasembada pangan yang dimaksud adalah peningkatan produksi komoditas padi yang menjadi bahan konsumsi pangan utama rakyat Indonesia. Selain produksinya yang harus ditingkatkan, penting juga kebijakan impor beras dikurangi bahkan ditiadakan hingga pengendalian konsumsi beras penduduk melalui strategi penganekaragaman atau diversifikasi sumber pangan rakyat.
Kisah sukses swasembada beras yang pernah diraih pemerintahan orde baru pada tahun 1984 silam dimana Badan Pangan Dunia, FAO memberi penghargaan tertinggi, Agricola Medal kepada Presiden Soeharto dengan tagline, “From Rice Importer to Self Suppiency” (Dari negara pengimpor beras menjadi swasembada-Sekretariat Negara,1985).
Sejarah swasembada beras berulang dimana FAO memberikan apresiasi yang sama, Agricola Medal kepada Presiden Joko Widodo pada tanggal 30 Agustus 2024 di Istana Negara, Jakarta dengan slogan, “Stronger Together for Resilient and Sustainable Agrifood Systems.” (Bersama lebih kuat untuk sistem pangan yang berketahanan dan berkelanjutan-Sekretariat Negara, 2024).
Tidak ada salahnya jika jejak kejayaan swasembada beras kembali akan diulang oleh Presiden Prabowo, mengingat latar belakang militer yang sangat paham dengan strategi ketahanan nasional melalui jalur pangan yang harus kuat dan mapan. Negara yang mencapai derajat ketahanan dan kedaulatan pangan yang permanen, akan memiliki bargaining position yang tinggi, berwibawa dalam diplomasi antar pemerintahan global serta martabat bangsa pada dunia internasional lebih terhormat dan disegani.
Ketika Prabowo Subianto menjabat sebagai Menteri Pertahanan-mantan Danjen Kopassus- tersebut, juga sangat peduli terhadap sistem pangan dengan keterlibatannya dalam program food estate di Kalimantan (walaupun beberapa ahli pertanian dan lingkungan menilai program food estate Kemenhan gagal), bahkan mantan Panglima Kostrad ini, terlibat dalam kepengurusan Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) yang mengendorce para petani untuk memproduksi pangan semaksimal mungkin. Optimisme sang presiden tersebut harus didukung dengan pengerahan segenap struktur sumber daya yang dimiliki negara untuk program swasembada pangan nasional.
Road map program dan kegiatan untuk mewujudkan swasembada pangan yang akan diorkestrasi Kementerian Pertanian Republik Indonesia melalui metode ekstensifikasi dan intensifikasi maupun pengembangan dan pelatihan SDM petani antara lain:
- Pencetakan sawah bukaan baru sebagai proyek strategis nasional secara bertahap seluas 3,0 juta hektare yang tersebar di Merauke, Pulau Kalimantan (di dalamnya Kalimantan Selatan, Tengah dan Barat ), dan Sumatera Selatan. Dengan luas lahan tersebut dan estimasi produktivitas sawah bukaan baru bisa dicapai antara 2,0-2,5 ton per hektare, maka terdapat tambahan produksi antara 6-7,5 juta ton gabah kering giling.
- Penguatan optimasi lahan dengan meningkatkan Indeks Pertanaman (IP) Padi dari IP-100 dioptimalkan menjadi IP-200 hingga IP-300 padi dalam setahun. Perluasan areal tanam terhadap semua potensi lahan yang tersedia dan bisa ditanami, seperti areal kebun dengan cara tumpang sisip, lahan kering, rawa dan lahan bera. Kegiatan ini bisa didukung oleh sarana benih padi berumur genjah dan beradaptasi luas terhadap cekaman atau toleran kekeringan maupun varietas padi yang tahan rendaman dan salinitas serta resisten terhadap berbagai varian hama dan ras atau strain penyakit padi.
- Optimalisasi infrastruktur air dilakukan dengan perbaikan jaringan irigasi, penggalian sumur tanah dalam, serta pemanfaatan sumber-sumber air permukaan dengan cara mengangkat air tersebut melalui irigasi perpompaan (Irpom). Solusi irpom bisa mengatasi defisit air yang tersedia pada hamparan sawah yang berada pada kawasan sungai atau waduk.
- Pengamanan produksi diterapkan melalui metode perlindungan tanaman padi. Metode ini dilakukan dengan pengamatan dan pengendalian organisme pengganggu tumbuhan. Jika terjadi spot potensi ancaman dan gangguan pada pertanaman maka langsung distop penyebaran vektor OPT-nya. Pengurangan losses pada proses panen penting juga diperhatikan melalui penggunaan alat panen mekanis yang mampu menekan kehilangan hasil panen padi di sawah.
- Bonus demografi penduduk saat ini terutama golongan pemuda milenial yang berusia antara 19 – 39 tahun bisa dilibatkan dalam sistem pertanian modern. Tersedianya berbagai tempat pelatihan dan instruktur balai dibawah pembinaan Kementerian Pertanian dan BRIN yang akan memfasilitasi dan mengelola pendidikan-latihan bagi petani milenial. Penggunaan alat dan mesin pertanian modern, robotic drone pertanian, smart agriculture system, dan agricultural climate observation station, kalender tanam, serta penggunaan PUTS ( Perangkat Uji Tanah Sawah ) maupun teknologi biofertilizer yang diharapkan mampu meringankan beban kerja petani di lapangan secara efektif-efisien, meningkatkan produktivitas dan akan memberi lompatan teknologi pertanian Indonesia jauh kedepan untuk mengejar ketertinggalan sistem pertanian Indonesia yang dianut selama ini lebih dari 60 tahun silam.
- Pemerintah melakukan rekrutmen tenaga muda yang berlatar pendidikan SMT/SMK Pertanian melalui penerimaan Bintara Khusus Kepolisian Republik Indonesia dan TNI-AD. Para pemuda ini selanjutnya akan di didik menjadi bintara polisi dan tentara sebagai aparat teritorial pertanian kemudian ditugaskan selaku pendamping petani di wilayah tugasnya. Berbekal ilmu pertanian yang dimiliki sejak awal, diharapkan para bintara ini untuk membantu dan mendampingi petani didalam menerapkan teknologi pertanian yang berkemajuan.
- Intensifikasi lain yang bisa dilakukan adalah pemberian stimulus paket bantuan sarana produksi padi utamanya benih unggul bermutu,
- pengolahan tanah intensif dengan mengoperasikan mesin pertanian modern, optimalisasi jumlah rumpun tanaman melalui perbaikan jarak tanam menggunakan rice transplanter machine indo jarwo, serta pengaturan waktu dan besaran dosis pemupukan yang bersumber dari pupuk subsidi atau pupuk komplementer lainnya seperti pupuk hayati, biokompos atau pupuk organik cair.
Pupuk sebagai salah satu sarana utama penting dalam budidaya padi untuk meningkatkan produksi. Komponen pupuk yang dibutuhkan petani hingga saat ini adalah jenis pupuk subsidi yang berkomposisi nitrogen, phospat, kalium dan sulfur dalam formula Urea dan NPK. Urgensi pupuk tersebut terangkum sebagai unsur hara makro dan mikro maupun unsur esensial lainnya yang sangat dibutuhkan pertumbuhan tanaman.
Terhadap kebijakan pencetakan sawah bukaan baru dalam mengartikulasikan pencapaian swasembada pangan 4-5 tahun kedepan tentunya tidak semudah berdasarkan road map yang telah dicanangkan. Beberapa tantangan maupun potensi permasalahan yang bisa terjadi jika dilihat dari sisi lingkungan,
keberlanjutan dan utamanya SDM petani pengelolanya.
Dari aspek lingkungan bahwa pekerjaan land clearing dalam pembukaan lahan sawah baru tentunya akan mengorbankan tegakan pohon dan tumbuhan lainnya. Vegetasi alami yang tumbuh dan berkembang di daerah pengembangan, akan dibabat habis dan menciptakan kepunahan lingkungan penyangga paru-paru planet bumi. Lingkungan hutan beserta isinya sebagai habitat alami bagi flora dan fauna akan hilang tak berbekas dan menyisakan lahan terbuka yang memantik pemanasan global.
Khusus pekerjaan land clearing sebaiknya dilakukan tindakan selektif terhadap pengurangan tegakan. Pohon-pohon besar tetap dipertahankan posisinya dan dikemudian hari akan berfungsi sebagai pelindung alami arus angin kencang. Fungsi vegetasi lainnya untuk konservasi lahan dan menahan laju erosi maupun aliran permukaan tetap optimal. Tegakan pohon yang lebat dapat berguna sebagai barrier tanaman jika dilakukan kegiatan penangkaran untuk menghalangi terjadinya penyerbukan silang dari jarak jauh.
Penting juga diperhatikan dan dipahami bahwa lahan-lahan yang dicetak menjadi sawah bukaan baru adalah lahan hutan rawa dan lahan bergambut. Kondisi lahan demikian memiliki tingkat kejenuhan air yang tinggi akibat rendaman dan genangan yang sudah lama sejak menjadi lahan. Oleh karena itu diperlukan perlakuan khusus pada lahan tersebut ketika telah beralih status menjadi sawah.
Tingkat kesuburan dan hara tanah sawah bukaan baru tentunya berbeda dengan lahan kering atau lahan sawah pada umumnya. Status hara meliputi pH rendah, bahan organik dan C/N ratio tergolong rendah serta bersalinitas tinggi. Pada lahan sawah bukaan baru, memerlukan tindakan perbaikan kesuburan lahan seperti pemberian kapur pertanian, penambahan atau pemberian bahan organik padat, biodecomposer dan biohayati serta optimalisasi kanal air maupun jaringan irigasinya.
Dari sisi keberlanjutan dan kesiapan SDM petani untuk mengelola lahan sawah bukaan baru tersebut adalah kelangkaan tenaga kerja yang akan mengelola lahan sawah yang telah tercetak. Disamping kekhawatiran beberapa pihak terhadap petani lokal yang memiliki kemampuan terbatas dalam berusaha tani padi utamanya di wilayah Kalimantan dan Sumatera yang notabene merupakan wilayah perkebunan sawit. Terkadang hasil SID ( Survei Investigasi Desain) dan CPCL tidak sesuai di lapangan, juga terlebih lagi petani perlu diawasi yang melego sawah miliknya yang telah dicetak kepada pengusaha sawit.
Mencermati permasalahan tersebut diatas terutama kapasitas SDM petani atau calon petani padi yang akan terjun langsung menangani sawah barunya. Diperlukan sistem edukasi berkelanjutan dan pemberdayaan petani tersebut agar memiliki kemampuan secara mandiri untuk memanage budidaya padi supaya optimal.
Modalitas ilmu mendasar yang perlu dilatihkan adalah teknis bercocok tanam padi secara modern. Mulai pengenalan varietas unggul baru padi, cara pesemaian dan penanaman padi menggunakan mesin tanam, formula pemupukan dan pengenalan jenis hama penyakit padi serta pengendaliannya hingga panen padi menggunakan alat panen mekanis. Sekiranya para petani memiliki sikap mau, suka dan senang dalam berbudidaya padi.
Regenerasi petani telah menjadi keharusan dan mutlak dilakukan pada era milenial saat ini. Momentum rekrutmen petani milenial bertujuan sangat mulia untuk menjaga kesinambungan pelaku pertanian di Indonesia. Para petani saat ini yang telah menjalani pekerjaan bertani selama 50-60 tahun dalam keadaan jenuh, kurang produktif, dan nyaris tidak mampu lagi menerima atau menerapkan inovasi baru.
Solusi petani milenial sebagai golongan muda yang produktif dan mudah menerima pendekatan teknologi mutakhir. Anak muda lebih tertarik dan menaruh minat terhadap penerapan alat dan mesin teknologi pertanian yang baru. Kecenderungan anak muda tersebut memberikan harapan besar dalam penyediaan tenaga kerja lokal pertanian untuk keberlanjutan usaha tani maju,mandiri dan modern.
Dalam mendukung program swasembada pangan ini memang dibutuhkan suatu kearifan dalam menjalankannya. Instruksi kebijakan telah dideklarasikan oleh pimpinan negara, dukungan anggaran dan tenaga ahli telah disiapkan,alat dan mesin pertanian sudah tersedia untuk operasional lapangan.
Kepatuhan dalam menjalankan instruksi menjadi menu wajib untuk dilaksanakan utamanya pemanfaatan sumber daya pertanian.
Ketersediaan sarana dan prasarana pertanian seperti benih, pupuk, pestisida, bendung pengairan atau bendungan dan jaringan irigasinya demikian lengkap hingga sumber daya lahan sebagai tempat proses produksi padi telah terhampar luas. Sumber daya manusia selaku operator atau pelaku utama dan aparat negara baik PPL, POPT, PBT, Mantri Tani, Mantri Air, BPS, Bulog, BMKG, TNI-AD dan Kepolisian RI maupun aparat lainnya bersinergi akan selalu setia dalam mengawal maupun mendampingi proses budidaya padi secara berkelanjutan.
Pengerahan segenap sumber daya nasional yang pada akhirnya tidak mustahil sasaran swasembada pangan mampu untuk dicapai. Harapan besar dan sejarah kesuksesan swasembada pangan pada masa pemerintahan yang lalu akan berpotensi diulang kembali oleh pemerintahan Presiden Prabowo Subianto. Semoga rentang waktu yang telah ditentukan bersama dengan sistem manajemen terstruktur dan keterlibatan kolektif semua pihak akan mensukseskan visi besar nan mulia bangsa ini dalam meraih swasembada pangan nasional.
Mewujudkan swasembada pangan nasional adalah salah satu tujuan negara dalam memenuhi pangan rakyatnya, mencapai kesejahteraan dan keadilan sosial serta mengantarkan negeri ini untuk meraih predikat ketahanan, kemandirian dan kedaulatan pangan.
Barru,19 November 2024
*Warga Bengkel Narasi Indonesia, Jakarta