Oleh : Rismawati

Kita dipertemukan di bangku kuliah. Sejak itu aku mengenalmu sebagai sosok yang tidak pernah memilih-milih teman. Jika aku menganalogikanmu sebagai warna, engkau adalah warna bening. Dimana pun berada selalu diterima karena warnamu tidak pernah merusak warna lain. Karaktermu fleksibel, dinamis, dan selalu menghidupkan suasana.

Waktu berjalan terus, kita pun semakin dekat. Bahkan kita selalu melontarkan kata rindu jika tidak bertatap muka. Kerap kali kita janjian bikin acara untuk melepas rindu sekaligus kerja tugas kuliah. Itulah rutinitas yang sering kita lakukan sebagai sahabat rasa saudara, bahkan melebihi saudara.

Pada hari Jumat 27 Agustus 2021 pukul 16.30 ketika sedang istirahat karena kurang sehat, ponselku berdering. Ternyata temanmu sewaktu kuliah dulu di USN yang menelpon ingin bertanya kebenaran berita yang dia dengar tentang dirimu. Dengan santainya aku menjawab  “Ah itu tidak benar”!

Hatiku membatin terus menyebut nama Allah, ya Allah ya Rabb, semoga kabar itu tidak terjadi. Aku kemudian meletakkan ponselku dekat bantalku, karena saat itu sedang baring lagi kurang sehat. Tapi tiba-tiba ponselku berdering lagi, dan ternyata ibu Besse menelpon menangis sambil mengucap nama Fitri.

Aku terdiam, seketika tubuh lemas terkulai,  tulang-tulangku seperti remuk tak bertenaga. “Astaghfirullah fitri, Ya Allah fitri”, hanya itu yang bisa aku ucap berulang-ulang. Sesaat kemudian aku menangis tak karuan. Hatiku hancur, jiwaku merontah, dan batinku meringis. Benar-benar sakit dengar berita ini.

Ya Allah ya Rabb, Fitri mengapa engkau meninggalkanku begitu cepat. Baru saja kemarin kamu ke rumah dengan berbagai celoteh dan tingkah lucumu. Baru saja kita ketemu dan bercanda ria di pasir putih bersama teman-teman kuliah. Baru kemrin juga saya ke rumahmu tertawa bersama, bercerita hal-hal lucu. Tidakkah kamu ingat kemarin kita janjian kumpul-kumpul lagi?

Hatiku benar-benar hancur bagaikan di jatuhi benda keras yang membuat seluru tubuhku hancur berkeping-keping tak berbentuk. Sakit, begitu sakit  rasanya ditinggalkan saudara tak sedarahku. Ia mengisahkan kenangan begitu indah lalu secara tragis pergi mendadak meninggalkanku, dan tak akan pernah kembali lagi.

Sehari sebelum kamu menghembuskan nafas terakhirmu, kamu mengajakku untuk bertemu. Engkau selalu mengirim kata rindu ingin ketemu via WhatsApp kalau beberapa hari kita tidak bertemu.

Ketika mengetahui aku dalam keadaan kurang sehat, engkau ingin menemuiku. Hari itu aku bener-bener menunggumu datang di rumahku, bahkan kamu sudah menjadwalkan  hari Minggu kita kumpul-kumpul pergi makan bakso. Namun semua itu tidak terjadi karena kamu sudah meninggalkanku, sudah menghadap Allah Swt sebelum kita ketemu.

Terakhir aku menemuimu saat kamu sudah terbujur kaku. Tidak ada lagi senyum manismu melihat kedatanganku, tidak ada lagi pelukan hangatmu sebagai sahabat dan saudara. Ya Allah Fitri, kamu begitu banyak  memberi kenangan indah padaku. Fitri aku rindu semangatmu, aku rindu celotehanmu, aku rindu kekonyolanmu, aku rindu kamu sahabatku, saudaraku.  Engkaulah warna bening yang selalu menghidupkan suasana. Alfatiha, semoga Husnul khatimah

(Visited 198 times, 1 visits today)
One thought on “Engkau adalah Warna Bening”

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

%d blogger menyukai ini: