Penguasaan Cinta #1

Pada suatu saat, seorang Guru Besar sedang berbicara di sebuah majelis yang dihadiri begitu banyak orang. Ceramahnya begitu menyentuh hati setiap orang melalui kalimat-kalimat cintanya. Di antara yang hadir, ada seorang pria yang mendengarkan setiap perkataan Sang Guru Besar itu. Orang ini sangat sederhana, namun mempunyai hati yang besar. Dia sangat tersentuh oleh setiap perkataan Guru Besar itu sehingga dia memutuskan akan mengundang Guru Besar ke rumahnya.

Ketika Guru Besar selesai berceramah, pria itu berjalan melintasi kerumunan dan berkata, “Saya tahu Tuan pasti sangat sibuk dan setiap orang mengharapkan perhatianmu. Saya tahu mungkin Tuan sulit untuk mendengar kalimatku. Tetapi hatiku sudah begitu terbuka dan merasa begitu jatuh cinta kepadamu dan aku ingin mengundang Tuan kerumahku. Aku ingin mempersiapkan makanan terbaik untuk Tuan. Aku tidak berharap Tuan akan menerimanya, tetapi aku hanya ingin memberitahukannya kepada Tuan.”

Guru Besar menatap pria itu dan dengan senyum yang indah dia berkata, “Persiapkan semuanya. Aku akan ke sana.” Lalu Guru Besar itu pun berlalu.

Bahagia hati pria itu mendengarnya. Dia sudah tak sabar menunggu Guru Besar dan menunjukkan rasa kagum kepada Guru Besar itu. Mungkin inilah saat terpenting dalam hidupnya. Guru Besar akan segera bersamanya.

Dia membeli makanan dan minuman terbaik. Dia menyiapkan pakaian terindah untuk ditawarkan sebagai hadiah kepada Guru Besar. Dia membereskan rumah, mempersiapkan segalanya untuk menerima kehadiran Guru Besar itu. Dia membersihkan seluruh ruangan, mempersiapkan makanan terbaik, dan mempersiapkan meja supaya terlihat menawan. Hatinya begitu bahagia sebab Guru Besar akan datang.

Pria itu menunggu dengan khawatir ketika seseorang mengetuk pintu. Terkesiap, Dia segera membuka pintu. Akan tetapi bukan sang Guru Besar, yang didapatkannya seorang wanita tua. Wanita itu menatap kepadanya dan berkata, ”Saya kelaparan. Dapatkah kau memberiku sepotong roti?”

Pria itu merasa kecewa sebab itu bukanlah Sang Guru Besar. Pria itu menatap wanita tua dan berkata ,”Ayo silahkan masuk ke dalam rumahku.” Dia mendudukkan wanita tua itu ditempat yang dia persiapkan untuk Guru Besar dan memberikan makanan yang dipersiapkan untuk sang Guru Besar. Tetapi dia gelisah dan tak sabar menunggu wanita tua itu selesai menyantap makanannya. Wanita tua itu merasa tersentuh oleh kebaikan pria itu. Wanita itu berterima kasih dan segera pergi.

Pria itu segera mempersiapkan meja lagi untuk Guru Besar. Ketika seseorang mengetuk pintu, kali ini seseorang asing dalam perjalanan jauh melintasi gurun. Orang asing itu menatapnya dan berkata, “Saya kehausan. Dapatkah kau memberikanku sesuatu yang bisa saya minum?”

Pria itu kembali merasa kecewa sebab itu bukanlah Guru Besar. Dia mempersilahkan orang asing itu masuk ke dalam rumahnya dan menempatkannya di kursi yang dipersiapkan untuk Guru Besar. Dia sajikan minuman yang dia siapkan untuk Guru Besar. Ketika orang asing pergi, pria itu segera mempersiapkan segalanya untuk Guru Besar.

Seseorang mengetuk pintu kembali. Ketika pria itu membuka pintu, berdiri seorang anak kecil. Anak itu menatapnya dan berkata,”Saya kedinginan. Bisakah kamu memberikan saya selimut untuk menutup badanku?”

Pria itu merasa kecewa sebab yang datang bukan Guru Besar. Namun, dia merasa kasihan kepada anak kecil itu. Secepatnya dia membawakan pakaian yang seharusnya dia berikan kepada Guru besar dan membungkus badan anak kecil itu dengan pakaian. Anak kecil itu berterima kasih dan pergi berlalu.

Pria itu kembali mempersiapkan segalanya lagi untuk Guru Besar, dan menunggu hingga larut malam. Ketika dia menyadari Guru Besar tidak juga datang, dia begitu kecewa, tetapi saat itu juga dia memaafkan Guru Besar.

Dia berkata kepada dirinya sendiri, ”Aku tahu, tidak seharusnya aku mengharapkan Guru Besar datang ke rumah sederhanaku ini. Meskipun dia mengatakan akan datang, sesuatu hal yang lebih penting mungkin telah membawanya ke tempat lain sehingga Guru Besar tidak bisa datang. Setidaknya dia berkata akan datang, dan itu sudah cukup untuk hatiku menerima kebahagiaan ini.” Perlahan dia menyimpan makanan, menyimpan minuman, dan dia pergi tidur.

Malam itu dia bermimpi Sang Guru Besar datang ke rumahnya. Pria itu begitu bahagia melihat Guru Besar, tetapi dia tidak sadar itu hanya ada didalam mimpinya. “Tuan datang! Tuan menepati janji?”

Guru besar menjawab, ”Ya, aku hadir di sini, tetapi aku sudah ada di sini sebelumnya. Aku kelaparan, dan kamu memberikan kebutuhanku akan makanan. Aku kehausan, dan kamu memberiku minuman. Aku kedinginan, dan kamu membungkusku dengan pakaian. Apa pun yang kamu berikan kepada orang lain, kamu memberikannya untukku.”

Pria itu terbangun dan hatinya begitu bahagia. Dia mengerti apa yang Guru Besar ajarkan kepadanya. Guru Besar begitu mencintainya dan mengirimkan tiga orang untuk memberinya pelajaran terbaik: Guru Besar hidup di dalam diri setiap orang. Ketika kamu memberikan makanan kepada orang yang kelaparan, ketika kamu memberikan air kepada orang yang kehausan, ketika kamu melindungi seseorang yang kedinginan, kamu berikan cintamu kepada Guru Besar. []

Disadur dari “The Mastery of Love” karya Don Miguel Ruiz

(Visited 58 times, 1 visits today)
Avatar photo

By Iyan Apt

Sosiopreneur, Writerpreneur & Book Publisher

2 thoughts on “Guru Besar Cinta”

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

%d blogger menyukai ini: