Oleh : Salawati Amin
Matahari baru saja menampakkan sinarnya,panasnya mulai menyengat,udara di sekitarnya pun mulai panas,membuat keringat berlelehan membasahi permukaan kulit.
Aku duduk berteduh di tepi sungai. Airnya mengalir dengan deras.Kulemparkan pandanganku ke hamparan sungai.
Dari kejauhan, di tepi sungai yang lain,kulihat seorang lelaki yang sedang tiduran. Di sampinya ada sebuah botol air yang mirip botol minuman keras.Tubuh laki-laki itu tampak sesekali bergerak.Di dekatnya tampak seorang wanita. Mereka asyik berbincang layaknya sepasang kekasih.
Menyaksikan pemandangan seperti itu, hatiku bergumam,” Seandainya saja aku dapat memberi tahu dan menjadikan mereka sadar kalau perbuatan mereka itu tidak dibenarkan agama.Tetapi bagaimana aku bisa ke sana, sementara air sungai yang begitu deras tak mampu kulalui?
Dalam pikiran,aku ingin sekali mengajak mereka meniti jalan kebaikan dan meninggalkan kemaksiatan.
Aku terus berpikir sambil mencari jalan bagaimana aku bisa sampai ke sana.Tapi tiba-tiba aku dikejutkan dengan suara gaduh minta tolong.
” Tolong ! Tolong !
” Tolong ! Tolong !
Seorang anak kecil yang terperosok hanyut ke dalam sungai. Tangannya menggapai ke atas air,meminta pertolongan,sementara mulutnya terus meneriakkan kata,” Tolong ! Tolong ! Tolong !
Laki-laki di tepi sungai yang sejak tadi berbincang-bincang, dengan sigap dan tangkas men-cemplungkan diri.Dengan segenap tenaga ia menyeret anak itu yang nyaris tenggelam di sungai. Anak itu berhasil diselamatkan dan kemudian diurus oleh si wanita tadi.
Selesai menyelamatkan anak itu, laki-laki tersebut datang menghampiriku. Aku hanya bisa melongo menyaksikan kejadian nahas itu.
Aku beranggapan kalau laki-laki tersebut adalah orang yang sedang berbuat maksiat. Lalu aku bertanya,” Saudaraku, apa yang kamu lakukan dari tadi dengan wanita itu? Apakah saudaraku tahu kalau tindakan itu tidak dibenarkan dalam agama?”
Laki-laki itu tidak menjawab pertanyaanku. Dia terdiam sejenak,lalu berkata,” Wahai saudaraku,aku butuh pertolonganmu.”
“Pertolongan apa saudaraku?”
“Bisakah saudaraku menggendong anak ini ke Puskesmas terdekat ? Jaraknya kurang lebih 1 km.”
“Bagaimana bisa aku menolongnya,wahai saudaraku,jaraknya cukup jauh dan aku tak mampu melakukannya.”
Tiba-tiba wajahku menjadi pucat. Ada perasaan malu yang menyelinap.Tapi aku ingin membuktikan apa yang aku lihat.Lalu aku bertanya,” Siapa wanita itu saudaraku?”
” Dia adalah kakakku.Dia sangat menyayangiku dan selalu menjagaku.”
Jantungku berdetak kencang.
“Lalu botol apa yang ada di sebelahmu?”
” Itu botol yang aku temukan di tepi jalan.Aku telah membersihkannya dan akan menggunakannya untuk tempat air minum.”
“Astagfirullah,betapa tololnya aku,” gumamku dalam hati.
Aku memeluk laki-laki itu seraya berkata,” Maafkan aku saudaraku.”
Watansoppeng, 16 Februari 2022