Oleh:Devinarti Seixas
Hari kemarin adalah berkah. Tanggal 17 juni 2022 merupakan hari di mana aku menjadi orang asing bagi semua sahabat-sahabat kecilku,dikala aku berjuang untuk menggapai mimpi jadi penulis/ wartawan.
Tak sadar selama ini kami sering iseng lewat chat di facebook juga WA serta kami lahirkan lagi satu WA group sebagai pengganti kelas di SDN no. 1 Lospalos yang letaknya di ufuk Timur Timor-Leste. Tanpa sengaja, hari kemarin adalah hari spesial bagi aku bisa bertemu lagi setelah perpisahan 25 tahun.Aku duduk sedikit jauh dari sahabat kecilku dulu yakni Teodoro yang dulu paling kecil di kelas.
Beda rasanya pertemuan di dunia nyata dan dunia maya karena perpisahan kami sudah terlalu lama.Hari kemarin tanpa kami sadari hadir di tempat yang sama,yakni di SEJD Dili Timor-Leste tidak lain karena untuk ajang perlombaan di dunia kepenulisan bagi generasi muda yang sukses di beberapa bidang.
Kami semua serius mendengar prosedur yang disampaikan oleh para juri dari SEJD.Tetap fokus aja melirik pada peserta kursus literasi di KPKers yang hadir.
Muncul satu persatu mulai dari Juvito menyapa ku Ibu,datang lagi Auxilia,Simfroza,Juvencia,Christina,disusul lagi sama Erjol,Aje,Jose Eduardo,Muizes,Evander adalah seorang adik yang berprofesi sebagai seorang Jurnalis yang pernah hadir juga dalam Workshop literasi di PBI beberapa minggu lalu.Lalu hadir lagi Dulce dan yang lainnya.Aku bangga dan aku hanya duduk serius mental jiwa generasi mudaku yang semua memiliki semangat untuk kompetisi ini.
Aku terus fokus tanpa sadar.Yang terlintas di otak aku bagaimana anak-anak KPKers bisa menang dalam kompetisi tersebut karena hadiahnya cukup besar dan itu sangat bermanfaat bagi setiap generasi muda yang sukses meraih hasil penulisan profile dari setiap narasumber.
Tanpa sadar para juri menjelaskan semua prosedur untuk kompetisi semua hadirin diberi kesempatan untuk bertanya.Akhirnya semua orang yang ingin bertanya pun diberi kesempatan untuk bertanya.
Aku fokus aja sama mereka yang bertanya.Tiba-tiba aja kedengaran ada penanya bernama Teo. Ya aku terkejut. Itu adalah Teo sahabat kecilku dulu.Lalu aku bertanya sama Auxilia yang peserta kursus yang ada di sebelah aku,”Itu Teo sahabat kecil aku kan? Lalu Adik Auxila menjawab aku jika ia adalah Teo seorang Jurnalis Bu Dev.Aku bangga melihat sosok adik Teo jika terkadang kita memang berpisah karena tujuan yang berbeda tapi lalu kita juga dipertemukan oleh waktu karena satu tujuan dan profesi.Kala Adikku bertanya aku hanya menatap dia bahwa dia adalah bukan Teo yang dulu lagi ketika dipukul sama wali kelas Bapak Eugenio pasti loncat karena merasa kesakitan.Dia adalah Teo yang kini.
Meskipun kami sudah berpisah 25 tahun lalu, tapi saat ketemu kami tetap saja merasa ada ikatan batin seperti saudara seperti dulu waktu masih sekolah bersama di SDN 1 Lospalos.Tanpa merasa menjadi manusia yang asing ketika bertemu lagi aku tetap beranggapan jika semua sahabat aku adalah obyek kesuksesan aku.Kami memiliki segudang cerita bersama oleh bimbingan seorang wali kelas yang tegas tapi mendidik kami menjadi manusia yang sukses semua.
Ternyata aku terkejut kalah mendengar nama Teo, tapi ada juga kerja mulia yang dilakukan oleh sahabat kecilku Teo dimana secara diam-diam ia melakukan satu kerja yaitu foto tersembunyi.
Semua itu membuktikan bahwa kami tetap menjadi sahabat sejak kecil hingga kini dan kami pun lalu bertemu setelah 25 tahun tapi tetap saling menyapa kayak dulu di SDN no 1 Lospalos dan tidak pernah merasa asing satu sama lain.
Gaya saling mengejek ketika satu kena hukuman dari wali kelas tetap aja terlintas bagaimana mungkin kami saling melupakan.
Intinya, kami adalah sahabat dan sahabat sejati selamanya. THANKS SAHABAT terbaikku Teo. Moga kedepan hadir lagi sahabat kita yang lain.Tentu almarhum Pak Eugenio akan tersenyum melihat kita.
Selamanya jadi sahabat terbaik dari hasil kamera tersembunyi ini.