Kata Tabe’ berarti permisi,yakni kata sapaan yang sifatnya lebih halus umumnya diucapkan ketika lewat di depan orang, khususnya orang yang kita hormati, teman, sahabat, orang tua, atau siapa saja yang kita hormati.Tabe, Mappatabe dapat melahirkan karakter dalam pergaulan berkomunikasi masyarakat Bugis Makassar.

Sudirman Muhammadiyah

TABE,


Sapaan permisi dalam suku Bugis Makassar yang umum adalah TABE,
Kata Tabe’ berarti permisi,yakni kata sapaan yang sifatnya lebih halus umumnya diucapkan ketika lewat  di depan orang, khususnya orang yang kita hormati, teman, sahabat, orang tua, atau siapa saja yang kita  hormati.

Mengucapkannya sambil menatap dengan ramah kepada orang di depan kita, menundukkan kepala  sedikit dan menurunkan tangan kanan.

Dalam komunikasi sosial, kata tabe’ adalah kata yang sopan, dan sebagai “kata yang sopan”, orang yang mengucapkannya akan mendapatkan apresiasi dari orang sekitarnya.
Terkait dengan kalimat sapaan Tabe, (pamit) perlu ditelusuri asal muasal kata Tabe, Salah satu tulisan yang mengupas secara tuntas (utas) telah di bahas oleh budayawan,  sejarahwan, bertugas di Badan Kearsipan Nasional dan Perpustakaan Sulawesi Selatan Bapak, H. Andi Ahmad Saransi.


Tulisan ini telah diedit dan diberdayakan untuk kepentingan literasi, tanpa merubah makna dan esensi dari sumber aslinya. Atas izin beliau tulisan ini saya berdayakan.


TABE
Bila kita ditanya  asal kata Tabe pasti  Anda langsung  mengklaim bahwa itu bahasa Bugis atau Makassar.

Padahal   kata ini asbabun nusulnya  dari bahasa Sansekerta: Kşantavya atau ksantawya*. Dalam bahasa Sansekerta artinya ialah “maaf”. Berhubung orang Melayu tidak bisa melafazkan bunyi /v/, maka bunyi ini menjadi /b/. Sehingga kata ini berubah menjadi ksantabya dan akhirnya menjadi santabe dan bahkan tabe atau tabik.

Dalam makna tertentu, tabik juga berarti salam hormat (Jan Gonda, 1973, Sanskrit in Indonesia, halaman 640 dan selanjutnya).

Hal ini bisa dilihat dalam arsip-arsip jaman Belanda hingga tahun 1950an di Indonesia.

Versi tabik tiap tempat, kota dan daerah ternyata juga berbeda-beda.

Contohnya, jika di Lampung, bahasa daerah yang digunakan untuk mengucap salam adalah “Tabik”. Biasa digunakan di acara-acara adat, jika ingin melakukan sesuatu dalam prosesi adat akan dimulai dengan sapaan “Tabik, pun” dan dijawab “Ya, pun” dengan bunyi U yang dipanjangkan.

Kata “tabik” dalam masyarakat Lampung terdapat beberapa variasi seperti Nabik Tabik, Natabik, Tabik Sumbah Puluh Jari, Tabik Dipusekhumpok, Tabik Ngalimpuro /Tabik Ngalimpugha, dan yang paling banyak dipakai adalah Tabik Pun, kata – kata tersebut tujuannya adalah sebagai sebuah penghormatan terhadap lawan bicara yang diucapkan di awal pembicaraan.

Tidak hanya orang Bugis,  Makassar, Mandar atau  Lampung yang menggunakan kata tabik ini sebagai pembuka kata, tetapi juga sebagian orang Melayu di Sumatera, atau Cina peranakan di Indonesia.

Sedangkan dalam bahasa Bali “tabik” digunakan seperti kata permisi, umumnya ditujukan kepada orang yang lebih tua.

Semoga tulisan ini dapat menambah wawasan dan pembendaharaan khususnya dalam literasi lokal.

Sebagai bentuk kepedulian sangat penting dan perlu penelitian akademis yang luas sampai penggunaannya di berbagai etnis dan sub etnis. 

Mengapa kata ini begitu penting? Sebab kita tidak sekadar membicarakan kata TABE, (kata dasar) dapat menjadi kata kerja yakni, Mappatabe, melainkan sedang membahas bahasa, dan yang lebih dalam lagi adalah budi bahasa. 

Dari kata TABE, dapat menjadi kata kerja, mappatabe, dan Mappatabe tabe, merupakan suatu adat yang dimiliki oleh masyarakat Sulawesi Selatan, khususnya masyarakat Suku Bugis Makassar. Adat ini merupakan suatu perilaku yang menunjukkan sikap penghormatan kita kepada orang yang lebih tua. Biasanya sanksi sosial bagi orang yang melanggar adat tersebut biasanya dianggap tidak paham adat, atau Macolla. Madecco, Masobe(kurang lebih maknanya tidak sopan, tidak sopan, angkuh atau sombong).

H. A. Ahmad Saransi

Di dalam budi bahasa, ada budi laku, budi pekerti, peri laku.  Degradasi kata bisa seiring sejalan dengan degdarasi perilaku.

Mari memperkaya kosakata bahasa lokal kita, tidak harus selalu menambah kosakata baru, seperti yang marak terjadi saat ini.

Bahkan menambah kosakata, juga makin diramaikan dengan bentuk “akronim” baru, meskipun hal ini juga sudah pernah terjadi sebelum-sebelumnya.


Salam literasi
Tabe, Salamaqi Topada Salamaq
Makassar, 1 Agustus 2022

H.A.Ahmad Saransi.

Sudirman Muhammadiyah

(Visited 2,919 times, 7 visits today)
Avatar photo

By Sudirman Muhammadiyah

Dr. Sudirman, S. Pd., M. Si. Dosen|Peneliti|Penulis| penggiat media sosial| HARTA|TAHTA|BUKU|

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.