Apakah lelaki Bugis punya gambaran tentang perempuan ideal yang diidamkan? Apakah idealisasi tersebut berbeda dengan yang dihasratkan oleh lelaki pada umumnya? Tulisan ini tak berpretensi untuk membuktikan bahwa jawaban kedua tanya ini adalah ‘ya’. Tapi nukilan terhadap beberapa lagu Bugis yang lumayan populer bisa menjadi bahan pikiran bagi mereka yang berusaha mencari jawab.

Pertama adalah sebuah lagu yang digubah oleh A. Rasyid dengan tajuk Dara Matasia (ᨉᨑ ᨆᨈᨔᨗᨕ) yang berarti gadis jelita. Berikut lirik lagu Dara Matasia beserta terjemahannya yang aku lakukan dengan kemampuan bahasa Bugis yang pas-pasan. Semoga ada pembaca yang mampu dan mau membantu menyempurnakan penerjemahannya kelak.

ᨉᨑ ᨆᨈᨔᨗᨕ ᨈᨕᨘ ᨔᨘᨀᨘ – dara matasia tau sukku (gadis jelita manusia sempurna)

ᨈᨕᨘ ᨑᨗᨄᨚᨍᨗ-ᨄᨚᨍᨗᨀᨘ – tau ripoji-pojikku (manusia yang kupuja-puji)

ᨈᨕᨘ ᨑᨗᨈᨃᨛᨊ ᨕᨈᨗᨀᨘ – tau ritangkêq-na atikku (manusia pilihan hatiku)

ᨈᨕᨘ ᨑᨗᨈᨃᨛ ᨄᨘᨒᨊ – to ritangkêq pulana (manusia pilihan azali)

ᨆᨗᨌᨓ ᨌᨅᨙᨑᨘ ᨌᨛᨊᨗᨄ – micawa cabberuq cênnippa (senyum dikulum, manisnya)

ᨆᨌᨛᨊᨗ ᨊ ᨌᨊᨗᨕᨙ – macênning na caniq-e (lebih manis dari madu)

ᨑᨗ ᨔᨚᨕᨙ-ᨔᨚᨕᨙᨊ ᨒᨗᨆᨊ – ri soeq soeq-na limanna (lambaian tangannya)

ᨆᨒᨛᨆ ᨊ ᨆᨆᨒᨘ – malêmma na mamalu (lemah dan gemulai)

ᨉᨑ ᨆᨈᨔᨗᨕ ᨈᨕᨘ ᨆᨌᨚᨒᨙ – dara matasia tau macole (gadis jelita manusia lembut dan ramah)

ᨉᨑ ᨆᨈᨔᨗᨕ ᨈᨕᨘ ᨆᨀᨍ – dara matasia tau makanjaq (gadis jelita manusia baik)

ᨉᨑ ᨆᨈᨔᨗᨕ ᨈᨕᨘ ᨆᨒᨛᨅᨗ – dara matasia tau malêbbiq (gadis jelita manusia terhormat)

ᨈᨕᨘ ᨆᨒᨛᨅᨗ ᨕᨇᨙᨊ – tau malebbiq ampena (terhormat tingkah-lakunya)

Dari lagu ini, terlihat bahwa karakteristik gadis yang selalu ri poji-poji (dipuja-puji) menjadi tangkêq pulana (pilihan azali) seorang lelaki Bugis adalah mereka yang masuk kategori dara matasia (gadis jelita). Dara matasia inilah yang patut disebut tau sukkuq (manusia sempurna). Kesempurnaan itu ditunjukkan dengan kebaikannya yang bersifat fisik, maupun yang bersifat akhlaki.

Secara fisik, dia memiliki cawa cabberuq (senyum dikulum) yang macênning na caniq-e (lebih manis dari madu). Ketika berjalan, soeq limanna (lambaian tangannya) begitu malêmma na mamalu (lemah nan gemulai). Pada saat yang sama, ampena (tingkah laku dan akhlaknya) sebagai dara matasia ditunjukkan dengan frasa macole (penuh kelembutan dan keramahan), makanjaq (penuh kebajikan), serta malêbbiq (terjaga kehormatannya).

Lagu kedua ditulis oleh Alex Massi dengan judul Nacukuq Cabberu (ᨊᨌᨘᨀᨘ ᨌᨅᨙᨑᨘ) yang bermakna dia tertunduk lalu tersenyum malu-malu. Berikut liriknya secara utuh.

ᨑᨗ ᨆᨘᨒ ᨕᨘᨓᨗᨈᨊ – ri mula uwitanna (pertama ku melihatnya)

ᨊᨌᨘᨀᨘ ᨌᨅᨙᨑᨘ – nacukuq cabberu (dia tertunduk lalu tersenyum malu-malu)

ᨆᨍᨛᨒᨗ ᨈᨌᨗᨌᨛ – majjêlling taccicêng (melirik sesekali)

ᨒᨕᨚ ᨑᨗ ᨕᨒᨙᨀᨘ – lao ri aleku (ke arah diriku)

ᨕᨛᨒᨚ ᨆᨍᨙᨑᨙ ᨈᨛᨒᨘ – êllong maggereq têllu (leher berjenjang tiga)

ᨕᨗᨂᨛ ᨆᨅᨘᨒᨚ-ᨅᨘᨒᨚ – ingêq mabbulo-bulo (hidung ibarat buluh)

ᨓᨙᨒᨘᨕ ᨁᨈ ᨈᨛᨒᨘ – weluaq gatta têllu (rambut berombak tiga)

ᨄᨉᨕᨗ ᨅᨚᨅ ᨔᨗᨒᨛᨒᨘ – padai bombang silêllung (ibarat ombak saling memburu)

ᨕᨁᨊ ᨕᨘᨁᨕᨗᨀᨛᨂᨗ – agana ugaukêngngi (apa nan harus kuperbuat)

ᨄᨄᨚᨍᨗᨀᨘ ᨑᨗ ᨕᨒᨙᨊ – pappojikkuq ri alena (puja-pujiku padanya)

ᨕᨚ ᨅᨘᨂᨊ ᨕᨈᨗᨀᨘ – o… bunganna atikkuq (oh, kembang hatiku)

ᨕᨙᨔᨚ ᨓᨛᨊᨗ ᨕᨘᨓᨗᨂᨛᨑ – êsso wênni uwingngêrang (siang malam kukenang)

ᨕᨚ ᨕᨂᨗ ᨒᨒᨚᨕᨙ – o… anging laloe (oh… angin yang berlalu)

ᨄᨒᨛᨈᨘᨀᨛᨂ ᨕᨘᨉᨊᨗᨀᨘ – palêttukêngnga uddanikku (sampaikanlah rinduku)

Pada lagu yang dipopulerkan oleh Didin Pratama ini, beberapa frasa yang mewakili gambaran perempuan idaman adalah êllong maggereq têllu (leher berjenjang tiga), sebentuk leher jenjang dengan dua garis melingkar. Perempuan berleher sedemikian, dipercaya sebagai perempuan yang hebat dan baik hati serta mengerti bagaimana membahagiakan pasangan.

Selanjutnya adalah ingêq mabbulo-bulo (hidung ibarat buluh), weluaq gatta têllu (rambut berombak tiga), padai bombang silêllung (ibarat gelombang saling memburu). Penggambaran ini, melengkapi perempuan berleher jenjang dengan hidung yang mancung dan rambut berombak-ombak, meski tak pula bisa dikatakan keriting.

Citra perempuan Bugis ideal di lagu ini bersifat fisikal semata, dengan dipengaruhi oleh mite tentang bangsawan Bugis yang merupakan keturunan dari bangsa Jermanik Timur yang telah punah, bangsa yang juga menjadi nenek moyang bangsa Slavia. Bahkan Bogislav pernah menjadi gelar bagi penguasa-penguasa Pomerania, salah satu provinsi Polandia sekarang.

Lagu ketiga yang mewakili kerinduan purba lelaki bugis pada perempuan ideal adalah lagu berjudul Anaqna Puang Katteq (ᨕᨊᨊ ᨄᨘᨕ ᨀᨈᨙ) yang ditulis oleh Ifin H. Mustafha Bande. Menariknya, lagu yang dengan judul yang bermakna anaknya tuan khatib ini lebih fokus pada karakter (akhlaki) dibanding pada penggambaran fisik. Berikut teks lengkapnya.

ᨆᨕᨙᨈᨊᨗ ᨆᨕᨙᨒᨚᨀ ᨊᨄᨅᨕᨗᨊᨙ ᨕᨗᨉᨚᨀᨘ – maettani maeloq-kaq na pabbaine indoq-ku (telah lama aku hendak dinikahkan oleh ibuku)

ᨆᨕᨙᨈᨊᨗ ᨆᨕᨙᨒᨚᨀ ᨊᨄᨅᨕᨗᨊᨙ ᨕᨅᨚᨀᨘ – maettani maeloq-kaq na pabbaine amboq-ku (telah lama aku hendak dinikahkan oleh ibuku)

ᨉᨘᨕ ᨈᨛᨒᨘᨊᨗ ᨆᨀᨘᨋᨕᨗ – dua têlluni makkunrai (telah dua dan tiga perempuan)

ᨊᨄᨈᨂᨑᨀ ᨑᨗ ᨕᨚᨒᨚᨀᨘ – na patangngarang-kaq ri oloku (disodorkan di hadapanku untuk kulihat)

ᨔᨙᨉᨗ ᨆᨕᨙᨁ ᨑᨀᨒᨊ – seddi maega rakkalana (satu orang banyak traktornya)

ᨊ ᨆᨒᨚᨕ ᨁᨒᨘᨊ – na maloang galunna (dan luas sawahnya)

ᨔᨙᨉᨗ ᨄᨉᨛᨂᨛ ᨕᨅᨚᨊ – seddi paddêngngêng amboq-na (satunya lagi, pemburu bapaknya)

ᨆᨚᨋᨚ ᨑᨗ ᨌᨚᨄᨚ ᨅᨘᨒᨘ – monro ri coppoq bulu (menetap di puncak bukit)

ᨕᨗᨐ ᨕᨘᨔᨄᨕᨙ – iyya usappaq-e (dia yang kucari)

ᨕᨛᨃᨕᨗ ᨑᨗ ᨔᨙᨉᨙ ᨅᨚᨒᨀᨘ – êngkai ri seddeq bolaku (berada di dekat rumahku)

ᨕᨊᨊ ᨑᨚ ᨄᨘᨕ ᨀᨈᨙ – anaq-na ro puang katteq (anaknya tuan khatib)

ᨕᨗᨉᨚᨊ ᨄᨅᨒᨘ ᨁᨉᨙ – indoq-na pabbaluq gadde (ibunya pedagang kelontong)

ᨕᨘᨒᨚᨒᨚᨂᨛᨊᨗ ᨕᨘᨔᨄᨕᨙ – ulolonganni usapppaq-e (telah kutemukan yang kucari)

ᨆᨀᨘᨋᨕᨗ ᨆᨌ ᨉᨘᨄᨕᨗ ᨈᨕᨘ ᨄᨚᨒᨙ – makkunrai macca duppai tau fole (perempuan yang pandai menyambut orang datang)

ᨆᨌ ᨄᨂᨘᨍᨘ ᨈᨕᨘ ᨒᨕᨚ – macca panguju tau llao (cakap menyiapkan mereka yang akan berangkat)

Setidaknya, dua karakter utama perempuan yang akhirnya ditemukan sebagai calon istri, yaitu perempuan yang macca duppai tau fole (pandai menyambut orang datang). Maknanya, seorang perempuan paham betul membahagiakan suami yang pulang ke rumah, baik itu ketika si suami susah maupun senang. Selanjutnya, macca panguju tau llao, mengacu pada kecakapan untuk menghilangkan keraguan seorang suami yang akan berangkat kerja atau merantau mencari rezeki. Keraguan dimaksud terutama dalam hal kesetiaan si istri ketika ditinggal pergi.

ketiga lagu ini menunjukkan bahwa perempuan idola bagi lelaki Bugis, bukan mereka yang bergeliman harta, tetapi mereka yang mempunya paras menarik dan akhlak bestari. Bukan ia yang putri seorang pemilik sawah dan ladang yang luas, pun bukan ia yang pengusaha alsintan. Tapi ia yang bapaknya seorang khatib, lelaki dengan kemampuan membawakan khotbah, dengan seorang ibu yang berjualan barang campuran di kios sederhana.

Karakter perempuan seperti ini, disempurnakan dengan sepenggal galigo yang menjadi mantra penguat bagi seorang lelaki bila diucapkan seorang istri ketika suaminya akan berangkat menjangkau rantauan. Ini semacam pernyataan kesetiaan dan jaminan akan kemampuan menjaga maruah diri (najagai siriq-na) dari seorang perempuan bugis.

ᨒᨒᨛ ᨈᨛᨊᨘᨂ ᨆᨘᨒᨕᨚ – laleng tennungngaq mulao (dalam balutan kain tenun diriku, ketika engkau berangkat)

ᨕᨗᨐᨄ ᨊᨈᨅᨘᨀ – iyyapa natabbukkaq (ini hanya akan terbuka)

ᨕᨗᨉᨗᨄ ᨈᨉᨙᨓᨛ – idiq-pa taddewêq (bila dirimu yang membukanya ketika kau kembali).

Namun pada hari ini, menemukan seorang dara matasia bukanlah pekerjaan mudah, gadis jelita yang bisa ri tangkêq pulana menjadi impain yang sepertinya sudah demikian susah untuk ditemukan. Fenomena menunjukkan bahwa sebagian anaq dara hari ini, bukannya malêbbiq, malah menjadi calledaq (genit). Bukannya macole na makanjaq, mereka malah terjerumus menjadi generasi yang makurang siriq (tak menjaga maruah).

(Visited 889 times, 2 visits today)
Avatar photo

By Kasman McTutu

ASN yang mencintai puisi, hujan dinihari, dan embun pagi. Menerbitkan kumpulan cerpen Mata Itu Aku Kenal (LeutikaPrio, Januari 2012), Kumpulan artikel Reinventing Tjokro (Ellunar Publisher, Oktober 2020), dan kumpulan cerpen Adikku Daeng Serang (Pakalawaki, Maret 2021)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.