Judul : Tokoh-Tokoh Di Balik Nama-Nama Jalan Kota Makassar
Penulis : Ahyar Anwar & Aslan Abidin
Penerbit : Nala Cipta Litera
Tempat : Makassar
Tahun : 2008
Jumlah Halaman : xxiv + 200
Ukuran : 13 x 19 cm
ISBN : 978-602-8003-09-4
Kota Makassar termasuk salah satu kota besar di Indonesia dan terbesar di wilayah Indonesia Timur. Sejarah perkembangan kota Makassar berawal dari sebuah pelabuhan yang berada di muara sungai Tallo pada akhir abad ke-15. Makassar pada masa itu adalah bandar pelabuhan yang ramai dan pada akhirnya berkembang dengan pesat. Ketika terjadi pendangkalan muara sungai Tallo, akhirnya kota Makassar dipindahkan ke muara sungai Jeneberang Ketika Tallo dan Kerajaan Gowa bergabung.

Pada abad ke-17 Makassar menjadi kota niaga terkemuka di kawasan Nusantara bahkan didunia, dan semakin berkembang seiring dengan perkembangan tatanan dunia perdagangan dunia. Pada masa pemerintahan Raja Gowa ke-14 I Mangngarangi Daeng Manrabia Sultan Alauddin yang memerintah antara tahun 1593 – 1639 dan Raja Tallo, Mangkubumi I Mallingkaan Daeng Manyonri Karaeng Katangka, agama Islam menjadi agama resmi kedua kerajaan ditandai dengan shalat Jumat pertama di Masjid Tallo dan di Masjid Mangngalekanna Somba Opu pada tanggal 9 November 1607. Tanggal inilah yang dijadikan dasar berdirinya kota Makassar.
Tahun 1971, kota Makassar berubah menjadi Ujung Pandang, berdasarkan penamaan bagi orang pedalaman yaitu “Jumpandang” selama berabad abad. Namun pada tahun 1999, nama Ujung Pandang di kembalikan ke Makassar berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 86 Tahun 1999, tanggal 13 Oktober.
Pemberian nama jalan di kota Makassar terdiri dari 17 struktur utama, yaitu berdasarkan :
- Nama Kebaikan (Baji, dalam bahasa Makassar) : Baji Dakka, Baji Minasa, Baji Gau dan lain lain
- Nama binatang darat : Serigala, Harimau, Kancil, Anuang, dan lain lain
- Nama burung : Nuri, Kasuari, Belibis, Kakaktua, dan lain lain
- Nama tumbuhan / sayuran : Sawi, Labu, Kangkung dan lain lain
- Nama tanjung : Tanjung Bunga, Tanjung Alang dan lain lain
- Nama karakter spirit : Kebangkitan, Kesatuan, Kemajuan, Sepakat, Sehati dan lain lain
- Nama pulau : Bali, Banda, Sangir, Timor, Sumba dan lain lain
- Nama binatang laut : Sunu, Cumi Cumi, Baronang, Cakalang, dan lain lain
- Nama unsur hati dan kemuliaan : Hati Suci, Hati Senang, Hati Mulia dan lain lain
- Nama bunga : Bunga Eja, Mawar, Matahari, Dahlia dan lain lain
- Nama kampung bukit (Bonto, dalam bahasa Makassar) : Bonto Marannu, Bonto Nompo, Bonto Langkasa dan lain lain
- Nama jenis pohon atau jenis kayu : Meranti, Cemara, Kelapa, dan lain lain
- Nama dengan awalan kata “Suka” : Sukaria, Sukamaju dan lain lain
- Nama identifikasi aktifitas : Penghibur, Pasar Ikan, Dakwah, dan lain lain
- Nama sungai : Sungai Tangka, Sungai Saddang, Sungai Limboto dan lain lain
- Nama gunung : Gunung Merapi, Gunung Latimojong, Gunung Lompobattang dan lain lain
- Nama Tokoh penting.
Struktur nama jalan yang ke-17 inilah yang dibahas dalam buku ini. Ada 70 nama nama tokoh yang diabadikan menjadi nama jalan di kota Makassar didalam buku ini. Ada tokoh lokal, tokoh nasional, nama tokoh legenda/mitos, ulama, dan tokoh lainnya. Adapun nama tokoh yang dibahas dalam buku ini adalah :
- Abdullah Daeng Sirua
- Abu Bakar Lambogo
- Ade Irma Suryani
- Ahmad Yani
- Ali Malaka
- Amanna Gappa
- Andi Mappanyukki
- Andi Muis
- Andi Pangerang Petta Rani
- Arief Rahman Hakim
- Arief Rate
- Arupala
- Bau Massepe
- Bonto Daeng Ngirate
- Bonto Langkasa
- Bonto Marannu
- Botolempangan
- Chairil Anwar
- Datu Museng
- Datuk Ri Bandang
- Dtuk Ri Patimang
- Datuk Ri Tiro
- Dokter Sutomo
- Dr. J. Leimena
- DR Ratulangi
- Emmy Saelan
- Hadji Oemar Said Tjokroaminoto
- Haji Agus Salim
- Haji Muhammad Daeng Patompo
- Hertasning
- I Deang Ribura’ne
- I La Galigo
- Ir. Soekarno
- Jenderal Gatot Subroto
- Jenderal Sudirman
- Kajao La Liddong
- Karaeng Karunrung
- Karuwisi
- KH Ahmad Dahlan
- KH Wahid Hasyim
- Ki Hajar Dewantara
- Kumala
- La Maddukkelleng
- La Sinrang
- Lanto Daeng Pasewang
- Maipa Deapati
- Muchtar Luthfi
- Muhammad Yamin
- Pangerang Diponegoro
- Pattimura
- Petta Ponggawae
- Pierre Andreas Tendean
- Pong Tiku
- Raden Ajeng Kartini
- Ramang
- Ranggomg Daeng Romo
- Sawerigading
- Saleh Daeng Tompo
- Sultan Abdullah
- Sultan Alauddin
- Sultan Daeng Radja
- Sultan Hasanuddin
- Syekh Yusuf
- Teuku Umar
- Urip Sumohardjo
- Wahidin Sudiro Husodo
- Wolter Mongisidi
- WR Supratman
- Yos Sudarso
- Yusuf Daeng Ngawing
Membaca daftar nama tokoh diatas, saya baru tahu bahwa nama “Karuwisi” adalah nama seorang tokoh. Ada juga nama jalan yang belum masuk dalam daftar ini ketika buku ini dicetak tahun 2008. Nama jalan itu adalah Jalan Andi Djemma, yang baru diabadikan namanya menjadi nama jalan pada tahun 2017. Sebelumnya nama jalan itu adalah Jalan Landak Baru. Raja (Datu) Luwu Andi Djemma telah dianugerahi gelar Pahlawan Nasional, sehingga pemerintah kota Makassar mengabadikan namanya pada satu nama jalan.
Ada juga nama jalan yang diambil dari nama tokoh, namun tidak disebut dalam buku ini. Jalan Bau Mangga dan Jalan Haji Bau. Nama Bau Mangga adalah nama Arung Matoa (Penguasa Tertinggi) Wajo yang berkuasa pada awal abad ke-20. Nama aslinya adalah Ishak Manggabarani. Sedangkan nama Haji Bau, adalah tokoh yang agak kontroversial dan pernah dibahas pada salah satu group media sosial Facebook.
Tidak menutup kemungkinan dimasa mendatang akan ada nama tokoh lainnya yang dijadikan nama jalan di kota Makassar.
Buku ini sangat penting dibaca oleh masyarakat warga Makassar, peneliti, mahasiswa, pelajar, sejarahwan dan lain lain.
Buku koleksi Layanan Perpustakaan Umum, Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Sulawesi Selatan yang berlokasi di Jalan Sultan Alauddin Makassar.
