Ada cerita siapa punya kuali panjang dari buku-buku yang terendam banjir bandang. Meski banjirnya telah berlalu, namun trauma itu tetap menghantui.

Meski masih tercium bau busuk air bekas genangan banjir, masih menyisakan salah satu buku bacaan anak-anak yang berjudul “Siapa Punya Kuali Panjang.”

Cerita ini ditulis Almarhum Drs. Suyadi pemeran Pak Raden. Siapa yang tak kenal dengan sosok Almarhum Drs. Suyadi alias Pak Raden.

Pencipta sosok rekayasa cerita Si Unyil yang melegenda ini patut diapresiasi.  Drs. Suyadi semasa hidupnya merupakan sosok multitalenta berwatak feodal, pelit, pemarah, sombong, dan suka mengerang kesakitan “waduh encokku!!”.

Penampilannya identik dengan tongkat, berkumis tebal, blangkon, suka logat bahasa campur-campur jawa, belanda, indonesia namun tetap berkharismatik. Saking lekatnya label karakter Pak Raden hingga menenggelamkan nama asli Drs. R. Suyadi.

Begitulah kira-kira gambaran Almarhum. Drs. Suyadi, semasa hidupnya ia habiskan buat mendongeng, menulis dan menghasilkan puluhan buku cerita anak-anak yang enak dibaca, salah satu diantaranya “Siapa punya kuali panjang”.

Sayangnya, hingga akhir hayatnya pak Raden tetap melajang, jadi tidak ada pengganti legenda hidup seperti sosok pak Raden.

Buku yang masih terselamatkan dari guyuran banjir itu berupa cerita fiksi ringan nan humor kehidupan sehari-hari, serta dihiasi gambar pada tiap halaman sarat akan edukasi.

Ada cerita, pada zaman dahulu hidup seorang perempuan cantik, namun tidak pernah ke dapur dan malas mengurus rumah tangga.

Sebelum buku cerita ini benar-benar lenyap dari peredaran, tidak ada larangannya aku coba mengisahkan kembali isi buku cerita fiksi “Siapa punya kuali panjang”.

Siapa punya kuali panjang ini menceritakan kebodohan seorang perempuan cantik yang malas belajar dan sombong, jadinya mempermalukan dirinya sendiri.

Pada suatu desa ada seorang gadis cantik bernama Odah. Diceritakan Odah kesehariannya hobi bersolek di depan cermin, malas membantu ibu, tidak pernah sekalipun menginjakkan kakinya ke dapur dan sombong, menyebabkan buta akan urusan rumah tangga.

Merasa paling cantik–kembang desa, terkenal judes, ketus, sinis tak mau bergaul dengan sesama perempuan sederajad. Akhirnya, Odah tidak disukai gadis-gadis di desanya.

Hingga suatu ketika berita kecantikan Odah pun sampai ke telinga saudagar muda kaya raya bernama Dadang. Tidak mau berlama-lama Dadang langsung meminangnya, ibu Odah pun menerima pinangan saudagar muda kaya raya untuk anaknya dengan maksud agar Odah dapat hidup mandiri.

Setelah menikah Odah pun dibawa Dadang, sebagai istri saudagar muda kaya raya. Tugas baru Odah menanti didepan mata mengurusi dapur, sumur, kasur, dimana selama ini pekerjaan tersebut belum pernah dilakukannya.

Tak berselang suaminya berangkat kerja, si Odah pun bingung? Kebiasaan selama ini ibunya lah yang mengerjakan urusan dapur. Odah mencoba turun tangan ke dapur, pertama dilakukan ialah menyalakan api di dapur lalu mengisi periuk penuh dengan beras.

Sembari menunggu nasi masak, Odah yang malas itu tertidur pulas, tanpa sadar bau hangus beras dari dapur membangunkan Odah. Tak lama berselang,  masuklah waktu makan siang. Melihat sajian beras hangus, Dadang hanya mampu menggelengkan kepalanya. Mau tidak mau Dadang terpaksa menanak nasi sendiri, lauk pauk yang disediakan istri cantiknya itu berasa hambar menyebabkan sang suami enggan makan di rumah, terpaksa sering makan di warung.

Pada suatu hari suami Odah membawa seekor ikan yang besar dan panjang untuk diolah menjadi kudapan lezat, pikir Dadang. Tidak mau dikatakan sebagai istri bodoh, Odah pun menyanggupi permintaan suami.

Sepeninggal suaminya ketempat kerja Odah mulai panik cara mengolah ikan tersebut. Tanpa pikir panjang dimasukkannya ikan ke dalam kuali, tapi tidak ada yang muat. Karena semua kuali, periuk serta panci di dapur berbentuk bulat tidak ada yang panjang.

Kebodohan Odah terpampang nyata saat meminjam kuali dari para tetangga. Kuali panjang yang dicari-cari tidak satu tetanggapun yang memilikinya. Khususnya kaum perempuan kenal betul tabiat Odah, usahanya keliling desa hingga lelah tidak satupun tetangga sudi mengulurkan tangan membantu, kecongkakannya membuatnya diperdayai para tetangga.

Letih seharian penuh berkeliling desa, tidak satu kuali panjang itu didapatkannya hingga waktu makan tiba. Betapa terkejutnya sang suami tidak mendapati istrinya di rumah, ikan masih mentah dan utuh dilantai hingga di kerumuni lalat. Tak lama terdengar isak tangis istrinya dan menceritakan pengalamannya mencari kuali panjang. Mendengar cerita sang istri betapa ternganganya Dadang.

Hilanglah kesabaran Dadang,“bodoh!!!Tak dapatkah kau memotongnya? Bukankah ada pisau di dapur?” umpat Dadang terhadap istrinya Odah.

Tanpa merasa berdosa menyahutlah Odah, “betul juga!! Mengapa tidak ingat sebelumnya?”.

Sejak kejadian itu suami Odah membisu seribu bahasa. Buat apa punya wajah cantik, kalau sombong dan bodoh? mengecewakan suami karena tidak becus memasak, di jauhi tetangga.

Akhirnya dengan kerendahan hati, Odah belajar menanak nasi, memasak air, membuat sambal enak, memarut kelapa, membuat rendang, dan memasak sayur lodeh kegemaran suami. Hingga menyulam dilakoni Odah demi menyenangkan hati suaminya.

Sulit memang, tapi pepatah mengatakan, “Ala bisa karena biasa”.

Perlahan namun pasti, Odah yang sombong dan bodoh itu berubah. Sekarang sangat cekatan mengurus rumah tangga. Berperilaku ramah terhadap siapapun hingga disenangi suami, tetangga, dan sahabat.

Dari kisah “siapa punya kuali panjang” tadi bisa disimpulkan bahwa perilaku ramah dan tidak sombong akan membawa kita kepada kebaikan disukai banyak orang.

Sebaliknya, arogan, egois akan menuai kebencian dan tidak disukai semua orang begitu pula tetangga.

Siapa punya kuali panjang merupakan salah satu karya Alm. Drs. Suyadi yang fenomenal. Meski minat baca masyarakat sekarang rendah, terkontaminasi tokoh-tokoh komik animasi buatan luar negeri seperti  Spidermen, Supermen, Batman dan sebagainya. Suatu saat buku-buku cerita anak-anak karya Alm. Drs. Suyadi alias Pak Raden ini akan booming, tinggal menunggu waktu saja.

Namun, kini Pak Raden telah beristirahat dengan tenang di alamnya tiada membawa semua cerita bahagia dan duka.

Dikatakan bahagia lantaran Suyadi berhasil menjadi sahabat anak-anak sepanjang masa.

Dukanya karena orang-orang seperti Drs. Suyadi tidak mendapat royalti dari hak Cipta Si Unyil. Nyesek!

(Visited 22 times, 2 visits today)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

%d blogger menyukai ini: