Oleh: Rosmawati*
Lima tahun telah berlalu
Mendaki bukit dan menuruni lembah
Porehu, Larui, sedikit lagi menggapai Paruttallang
Membawa Lembaran sakti
Kububuhi lisan dengan kalimat merayu
Kiranya menyatu dalam sikap senada seirama
Tepukan riuh mulai terdengar
Bertanda kemenangan telah tiba
Pahlawan tak dikenal mulai siuman
Terbangun oleh riuhnya sorak sorai penuh kegembiraan
Sang relawan perlahan mulai tak nampak
Tenggelam ganasnya bibir sang pecundang
Wahai tuan buka mata hati dan bukan mata fisik
Jangan abai nurani
Beri sebuah pengakuan bahwa perjuangan tanpa harap tinta dalam kertas sakti
Akui bahwa kita pernah berjuang bersama meski tak harus duduk bersama di bawah pohon asam yang bisu.
*Penulis adalah pegiat dan pencinta literasi Kolaka Utara