Oleh: Yusriani Nuruse
Jam Menunjukkan Pukul 22.00 WITA, Waktu Kabupaten Soppeng. Entah mengapa, malam ini aku diliputi kerinduan yang mendalam kepada sosok yang telah banyak menginspirasi perjalanan hidupku. Sosok yang kukenal melalui jagad literasi di bawah naungan Bengkel Narasi.
Selain Bang RIM, yang senantiasa memberiku semangat dan inspirasi lewat karya-karyanya, ada satu figur yang tak kalah berarti bagiku: Bunda Pipiet. Beliau adalah wanita tangguh yang banyak memberiku kekuatan dalam menjalani kehidupan sebagai seorang single parent. Berbagai konflik dan cerita hidup yang beliau lewati menjadi cermin bagiku untuk menghadapi setiap ujian hidup dengan tabah dan lapang dada.
Tak hanya itu, pengalaman spiritual Bunda Pipiet juga meninggalkan jejak mendalam dalam hidupku. Melalui novel Menoreh Janji di Tanah Suci, sebuah hadiah dari Bunda Gusnawati Hasan, mentor Bengkel Narasi Kabupaten Soppeng, aku mendapat kekuatan untuk mewujudkan impian berhaji kecil, menunaikan ibadah umrah.
Setiap detail cerita dalam buku itu membekas di hati, menjadi pelajaran berharga yang akhirnya memudahkan langkahku di Tanah Suci. Aku bersyukur Allah mengizinkan aku merasakan pengalaman istimewa: salat di Hijr Ismail hingga mencium Hajar Aswad tanpa pendampingan mutawwif. Semua itu terasa seperti keajaiban yang tak pernah kubayangkan sebelumnya.
Namun, di tengah rasa syukur ini, ada selipan duka yang menyayat hati. Kabar kesehatan Bunda Pipiet yang kerap kali keluar-masuk rumah sakit belakangan ini menggoreskan pilu di relung hati. Meski begitu, aku tahu, Bunda adalah perempuan yang kuat.
Bunda, tetaplah bertahan. Kami masih menantikan tulisan-tulisanmu yang penuh makna. Karyamu adalah obor yang menerangi jalan kami, yang terus menginspirasi banyak anak bangsa di negeri ini. Engkau menyuarakan jeritan hati rakyat kecil, membela kebenaran yang kini terasa semakin memudar.
Salam sayang dan doa tulus dariku, Yusriani Nuruse
Kota Kalong, 17 November 2024