Buku Manusia Indonesia ini sebuah bentuk pertanggung jawaban Mochtar Lubis. Terbitan Yayasan Obor Indonesia tahun 2001.

Menurut Jakob Oetama dalam pengantarnya dari isi buku ini dapat disimpulkan yang dimaksudkan Mochtar Lubis, manusia indonesia yang distereotipkan dengan meminjam ungkapan Walter Lippmann yang tergambar dalam benak “pictures in our head” disebut dan dipaparkan 6 (enam) sifat manusia indonesia:

  1. Munafik atau hiprokit, diantaranya menampilkan dan menyuburkan sikap ABS (Asal Bapak Senang).
  2. Enggan dan segan bertanggungjawab atas perbuatannya.
  3. Berprilaku dan bersikap feodal.
  4. Percaya Takhyul/Tahayul.
  5. Artistik, berbakat seni.
  6. Lemah watak atau karakternya.

“Stereotip tidak seluruhnya benar, tidak pula seluruhnya salah, stereotip tumbuh dalam benak orang karena pengalaman, observasi tetapi juga prasangka dan generalisasi. Tetapi saya cenderung berpendapat, stereotip ini bermanfaat sebagai pangkal tolak serta bahan pemikiran serta penilaian secara kritis, maka aktual dan relevanlah buku ini,” tulis Jakob Oetama dalam pengantarnya.

Nah,..Mari kita resapi bersama kutipan dari sebuah tulisan populer milik Muchtar Lubis ini.

Kontroversialnya buku tulisan Prof. Ng Aik Kwang dari University of Queensland berjudul “Why Asians Are Less Creative Than Westerners (2001)”.

Indonesia juga memiliki talenta hebat, Mochtar Lubis berjudul “Manusia Indonesia” tidak kalah laris-manis di eranya. Buku ini memberikan penilaian tentang sifat-sifat negatif manusia Indonesia.

Jika memang dalam Manusia Indonesia adalah suatu ungkapan realitas maka ternyata manusia Indonesia penuh dengan paradoks yang tetap saja tak terselami oleh siapa pun, termasuk oleh Mochtar Lubis sendiri.

Menurut Mochtar Lubis, Ciri pertama Manusia Indonesia yang cukup menonjol yakni hipokrit alias munafik, lain di bibir lain di hati. Lain bicara lain pula tindakan. Berpura-pura, lain di muka–lain di belakang. Hal ini bisa dibuktikan bahwa banyak sekali, terutama para pejabat Indonesia yang munafik.

Dibuktikan dengan tidak komitmennya perkataan diawal dengan dikemudian hari. Banyak kasus yang menyebutkan bahwa ternyata pebuatan mereka bejat, tidak sesuai amanah menjalankan sumpah jabatan “palsu”.

Sampai saat ini dan entah sampai berapa lama lagi, sikap ini masih berlaku dalam diri manusia indonesia. Yang berkuasa senang di ABS kan dan yang diperintah senang meng ABS kan atasannya. Sikap ini juga mendorong terjadinya pengkhianatan intelektual di negeri kita.

Ciri manusia indonesia kedua, enggan bertanggungjawab. “Bukan saya” kalimat yang cukup populer di mulut manusia indonesia. “Tidak tahu menahu tentang itu” padahal paham. “Bukan salah saya itu”. Contoh tersebut merupakan kalimat yang cukup populer terucap dari mulut manusia Indonesia.

Atasan melempar tanggung jawab tentang suatu kegagalan pada bawahannya. Akan tetapi jika berhasil, maka mereka paling depan mengatakan, “itu karena saya”.

Ciri ketiga Manusia Indonesia berjiwa feodal. Mereka yang mempunyai kekuatan dan kekuasaan harus dihormati, yang tidak memiliki kekuasaan harus mengabdi kepada yang berkuasa termasuk keluarganya.

Ciri keempat Manusia Indonesia masih percaya takhyul atau tahayul. Sampai sekarang orang Indonesia masih percaya hal-hal gaib dan hal-hal yang dianggap keramat.

Orang Indonesia juga percaya dengan jimat, mantera jampi-jampi dan lain sebagainya. Orang Indonesia pun sangat tertarik dengan yang namanya ramalan sehingga seorang pawang dan paranormal pun bisa menjadi selebriti dan sumber rujukan. Apakah manusia indonesia akan terus menjadi manusia mantera. Jawabannya diserahkan kepada individunya masing-masing.

Ciri kelima Manusia Indonesia adalah artistik. Ciri ini identik memperlihatkan sesuatu yang indah, serta mempesona pandangan mata. Ciri ini bisa mampu menyimpan atau menyembunyikan keadaan sebenarnya yang ada dalam hidupnya, jiwanya.

Ciri ini datang dari sikap manusia indonesia yang ramah dan menyenangkan orang lain, sehingga tidak mau menyinggung siapa pun yang melihat hal-hal tidak baik, dan buruk dari dalam diri mereka.

Ciri artistik ini yang paling menarik dan mempesonakan dan merupakan sumber dan tumpuan harapan bagi hari depan manusia indonesia yang moderat.

Ciri keenam manusia indonesia memiliki watak yang lemah. Lemahnya watak manusia Indonesia kurang dapat mempertahankan atau memperjuangkan keyakinannya. Bermental tempe menggoyahkan keyakinannya. Dapat juga dilihat dari mulai tergerusnya budaya sendiri dan terganti dengan budaya asing.

Ciri lain dari Manusia Indonesia cenderung boros. kurang sabar, tukang menggerutu, kurang senang melihat orang lain lebih maju, kaya, berpangkat, lebih pintar lalu menjatuhkan orang yang tidak disukainya. Boleh dikatakan senang melihat orang susah, sebaliknya susah melihat orang lain senang (SMS).

Dari buku ini dapat disimpulkan sifat-sifat manusia indonesia yang dimaksud antara lain munafik, tidak mau bertanggung jawab, berprilaku feodal, percaya tahkyul, berbakat seni dan lemah wataknya.

Stereotip ini tentu saja tidak semuanya benar, tidak seluruhnya salah. Ketika reformasi berkembang, sosok manusia indonesia seperti yang dilukiskan diatas lebih kuat lagi aktualitas dan relevansinya.

Beberapa hal penyebabnya ialah pendidikan serta sistem dan struktur polotik yang ikut mengentalkan sifat-sifat negatif tersebut. Dari kedua sudut pandang itu, buku Manusia Indonesia dari Mochtar Lubis ini menyajikan bahan dan permulaan kerangka yang berguna untuk membangun kembali Manusia Indonesia yang sedang porak-poranda.

(Visited 2,407 times, 9 visits today)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

%d blogger menyukai ini: