Oleh: Ghinda Aprilia*
Menjelang tahun baru 2025, saya memberanikan diri meminta izin untuk keluar rumah pada malam tahun baru. Alhamdulillah, izin diberikan. Kebetulan, entah ada wangsit dari mana, nenek tiba-tiba ingin memasak. Setelah semua persiapan selesai, tinggal memasak sayur saja.
Di Stasiun Tsim Sha Tsui, terlihat petugas MTR sibuk mengatur para pengunjung yang ingin menyaksikan pesta kembang api. Mereka membagi tugas untuk memastikan rute satu arah berjalan lancar. Saya memilih jalur keluar di Exit A. Sesampainya di atas, saya disambut oleh petugas polisi yang mengatur lalu lintas pejalan kaki. Jalan menuju Star Ferry sudah ditutup.
Saat sampai di Chung King Mansion, saya dikejutkan oleh lautan manusia. Belum pernah saya menyaksikan kerumunan sebanyak itu sebelumnya. Saya bahkan tidak dapat membayangkan seperti apa penuhnya area Star Ferry. Sebuah pesan dari Asho masuk ke ponsel saya: “Ghinda, hati-hati! Ini foto di Tsim Sha Tsui saat ini.”
Melihat situasi tersebut, saya memutuskan untuk balik arah menuju Stasiun Admiralty. Meski ramai, suasananya tidak sepadat di Tsim Sha Tsui. Saya menahan napas saat menaiki eskalator karena napas mulai terasa berat hingga membuat saya terbatuk-batuk. Tiba-tiba seseorang berteriak dari depan, meminta saya memakai masker. Orang itu tampaknya memiliki anak berkebutuhan khusus, dan anaknya terlihat marah-marah, bahkan membentak saya.
“Duh, perjuangan sekali hanya untuk melihat suasana tahun baru seperti ini,” gumam saya dalam hati.
Di sekitar saya, pasangan muda-mudi tampak menikmati momen seolah dunia hanya milik mereka berdua. Fenomena bermesraan di tempat umum sudah tidak lagi tabu. Ada juga yang sambil menikmati minuman beralkohol dan camilan. Bahkan, terlihat anak-anak kecil dan bayi yang baru berumur beberapa bulan ikut hadir.
Satu jam menjelang pukul 24.00, area di belakang saya yang tadinya lengang mulai penuh sesak oleh lautan manusia. Penonton yang sebelumnya duduk kini mulai berdiri.
Menurut informasi dari Hong Kong Tourism Board, perayaan malam tahun baru di Hong Kong tahun ini mengusung tema “The Symphony of Happiness”. Acara ini diadakan di Victoria Harbour dengan pertunjukan kembang api selama 12 menit yang memukau. Lima pola gerakan kembang api mewakili elemen penting dalam kehidupan: Api, Tanah, Kayu, Air, dan Logam. Sebagai penutup, Light of Future menampilkan kembang api berwarna-warni yang menerangi langit Victoria Harbour, menggambarkan keberanian untuk menyongsong masa depan yang cerah.
Selain kembang api, acara ini juga dimeriahkan oleh tembakan kembang api interval 15 menit mulai pukul 23.00, serta penampilan dari Crash Adams, duo musik pop asal Kanada, yang berkolaborasi dengan artis lokal Hong Kong.
Ketika pesta kembang api dimulai, saya merekam momen tersebut. Tangan kiri memegang ponsel untuk video, sementara tangan kanan mengambil foto. Momen 12 menit yang begitu indah ini terasa sangat berharga, meski membutuhkan perjuangan ekstra.
Setelah pertunjukan selesai, para penonton antre dengan tertib, dan sampah dibuang rapi di tempatnya. MasyaAllah, selama 18 tahun tinggal di Hong Kong, ini pertama kalinya saya ikut menyaksikan keindahan pesta kembang api.
Namun, perjalanan pulang cukup melelahkan. Polisi mengarahkan kami berjalan satu arah, membuat saya harus memutar ke Exit D di Stasiun Admiralty. Perjalanan menuju MTR memakan waktu 30 menit. Setibanya di stasiun, antrean padat merayap hingga ke pintu masuk.
Akhirnya, saya sampai di rumah pukul 01.30 dini hari.
Kini, rasa penasaran saya untuk menyaksikan momen pergantian tahun di Hong Kong sudah terbayar lunas. Yang lebih penting, saya menyambut tahun baru 2025 dengan semangat, harapan, dan impian baru, melanjutkan apa yang belum tercapai di tahun 2024.
Hong Kong, 1 Januari 2025
*Penulis adalah Pegiat Literasi, BMI Hong Kong