Negara besar maupun kecil yang baik, tidak lupa para pahlawannya selalu mengenang jasanya karena mereka telah berjuang dan mengorbakan dirinya untuk memerdekakan negeri ini, dari para penjajahan kolonial okupasi Portugis, Jepang dan Indonesia di bumi Lorosa’e ini. Nino Konis Santana adalah satu dari ribuan pahlawan yang telah gugur demi membela tanah airnya dari para penguasa luar. Untuk itu marilah kita simak sejenak biografi singkat pahlawan Nino Konis Santana berikut ini.
Masa Kanak-Kanak
Pahlawan Nino Konis Santana (NKS) jadi terkenal dengan nama revolusinya, pahlawan Nino Konis Santana, lahir di Popoca’o Veru, Kecamatan Tutuala, Kabupaten Lautém, pada tanggal 12 bulan januari tahun 1957, pahlawan NKS merupakan anak ketiga dari bapak Ze-Makar (almarhum) dan ibu Poko-Tana. Pada tahun 1963 Ia memulai studinya di sekolah municipal di Sekolah Dasar Tutuala, lalu pada tahun 1968 Ia pindah ke sekolah Santo Yohanes Bosco Fuiluro dari kelas II SD hingga menamatkannya di kelas IV SD pada tahun 1971. Karena pada jaman pemerintahan kolonial Portugis SD batasnya hanya sampai di kelas IV saja sudah tamat, tidak seperti kita sekarang ini sampai kelas VI baru tamat.
Masa-Masa Sekolah dan Remajanya
Pada tahun 1971–1973, Ia melanjutkan sekolahnya ke Primeiru Siklu (SMP) di sebuah sekolah Katolik di Baucau. Pada tahun 1973–1975 Ia melanjutkan studinya di Canto Resende mengambil Kursus Keguruan Posto Eskolar. Setelah itu Ia meyelesaikan studinya, diangkat menjadi Delegasi (UNETIM) di sekolah Canto Resende tersebut dan mulai berpartisipasi aktif pada kehidupan politik pada tahun 1975-1977 sebagai OPJT (Organização Popular Juventude Timorense) atau “Organisasi Populer Pemuda Orang Timor”, sebagai delegasi Ia memimpin pengajaran di Tutuala tetapi tidak sempat, sehingga Ia melanjutkan misinya untuk berkampanhe Pemberantasan Buta Aksara (PBA) di Tutuala, sekaligus sebagai pucuk pimpinan OPJT pada tahun 1979, lalu Ia ditangkap oleh seorang Timor bernama Armando yang telah bekerja bersama dengan militer Indonesia, tetapi Ia sempat melarikan diri lagi ke hutan, atas bantuan dari si Armando tersebut.
Jabatan dan Karirnya
Pada tahun 1977-1979 Ia mendapat jabatan sebagai Delegasi Komisaris di sektor bagian timur. Pada tahun 1979-1980, Ia menjabat sebagai asisten politik Fretilin di daerah Talisma. Pada tahun 1981-1983 pada konferensi petinggi perlawanan Ia diangkat menjadi delegasi Partido Marxista Leninista Fretilin yang berideologi Komunis, dan ditempatkan pada Komando Brigada Merah Kompi-C. Pada tahun 1983-1991, Ia menjabat sebagai Komisaris Politik di daerah Sentral Nakroman, lalu para petinggi Perlawanan banyak yang gugur di medan perang pada tanggal 7 september 1981, sebagai konsekuensi dari operasi militer Indonesia yang disebut sebagai serangan pagar betis (serku anikilamentu) atau dikenal dengan nama “Operasi Kikis”.
Pada tahun 1991-1993, Ia menjabat sebagai Komisaris Politik Militer, sekaligus sebagai wakil sekretaris partai Fretilin atau Comissário Diretiva Fretilin (CDF) atau Komisaris Direksi Fretilin, bersama wakil-sekretaris Mauhudu Ran Kadalak yang ditangkap pada tanggal 23 januari 1992 dengan saudaranya Jose Manuel Fernandes (Nakfilak) yang kini menjabat sebagai wakil partai Fretilin. Komisaris Direksi Fretilin lainnya yakni aktual Presiden Partai Fretilin, Sr.Francisco Guterres “Lu-olo”, sebagai penasehat sekaligus presiden Fretilin, menurut hasil Keputusan Konferensi Nasional Luar Biasa di Sidney Australia pada tanggal 15-20 agustus 1998, yang menggantikan pahlawan NKS sebagai sekretaris direksi Fretilin, seusai ditangkapnya Komandan Supremu Pahlawan Pembebasan Nasional, Sr.Kayrala Xanana Gusmão aktual Perdana Menteri RDTL pada tahun 1992 dan Mau-Hunu Bulerek Karatayana pada tahun 1993.
Jabatan terakhirnya yang beliau sandang adalah sebagai Lider Penasehat Politik Militer, Badan Intelijen Komandan Perang dari Petinggi Falintil dan juga sebagai Sekjen Fretilin, dimana jabatan ini sebelumnya dipegang oleh Mau Hunu Bulerek Karatayana dimana Ia politisai (despartidariza) Falintil dari Fretilin pada tahun 1987. Kemudian musuh menangkap Mau Hunu dan Kery Laran Sabalay hingga hilang kontak, almahum NKS menjabat sebagai sekjen komisaris eksekutif pada perang tersebunyi klandestin, menurut resolusi no.4 Aitana tahun 1990, bahwa sampai Ia meninggal di Mertutu Ermera, pada tanggal 11 Maret 1998. Ia selalu dianggap sebagai seorang Estadista Fasilitator Diplomat Rekonsiliator dan Toleran.
Ia selalu dikenang sepanjang massa, terlebih pada para pemuda masa kini lupa akan sejarahnya, supaya dapat mengenang dan meneladani para pejuang yang telah berjuang memerdekakan negeri ini dari pendudukan Invasi Indonesia, dan dapat melanjutkan perjuangan mereka melalui belajar dan mengisi kemerdekaan ini dengan bekerja sesuai dengan bakat dan kemampuan kita masing-masing.
Maka untuk mengabdikan nama dan jasanya kini telah berdiri dua SMA negeri yang membawakan namanya sebagai pelindung pada kedua sekolah ini, yakni SMAN Nino Konis Santana Lospalos dan Ermera, mengingat Ia lahir dan besar di Lospalos, tapi menghembuskan nafas terakhirnya di Mertutu Ermera.
Edisi Khusus NCS Lospalos