Teori konflik adalah teori yang memandang bahwa perubahan sosial tidak terjadi melalui proses penyesuaian nilai-nilai yang membawa perubahan, tetapi terjadi akibat adanya konflik yang menghasilkan kompromi-kompromi yang berbeda dengan kondisi semula.
A.Pengantar
Teori konflik sosial adalah kumpulan konsep dan prinsip yang digunakan untuk menjelaskan dan menganalisis konflik sosial yang terjadi dalam masyarakat. Teori ini berusaha untuk memahami penyebab, proses, dan akibat konflik sosial, serta mencari solusi untuk mengatasi atau meminimalkan konflik tersebut.
Teori konflik sosial meliputi berbagai aspek, seperti:
- Penyebab konflik: Teori ini menjelaskan faktor-faktor yang menyebabkan konflik sosial, seperti perbedaan kepentingan, nilai, dan norma.
- Proses konflik: Teori ini menjelaskan bagaimana konflik sosial terjadi dan berkembang, termasuk tahap-tahap konflik dan strategi yang digunakan oleh pihak-pihak yang terlibat.
- Akibat konflik: Teori ini menjelaskan dampak konflik sosial terhadap individu, kelompok, dan masyarakat secara keseluruhan.
- Solusi konflik: Teori ini menjelaskan strategi dan teknik yang dapat digunakan untuk mengatasi atau meminimalkan konflik sosial.
Beberapa contoh teori konflik sosial yang terkenal adalah:
- Teori konflik Marx: Menjelaskan konflik sosial sebagai hasil dari perjuangan kelas antara buruh dan kapitalis.
- Teori konflik Simmel: Menjelaskan konflik sosial sebagai hasil dari interaksi antara individu dan kelompok.
- Teori konflik Coser: Menjelaskan konflik sosial sebagai hasil dari perjuangan untuk sumber daya dan kekuasaan.
Teori konflik sosial memiliki banyak manfaat, seperti:
- Membantu memahami penyebab konflik sosial
- Membantu mengembangkan strategi untuk mengatasi konflik sosial
- Membantu meningkatkan kesadaran dan pemahaman tentang konflik sosial
- Membantu mengembangkan solusi yang efektif untuk mengatasi konflik sosial.
B. Sejarah Perkembangan Teori Konflik Sosial
Berikut adalah sejarah teori konflik:
Periode Klasik (Abad 18-19)
- Thomas Hobbes (1588-1679): Mengembangkan teori konflik sebagai hasil dari keinginan manusia untuk berkuasa dan bersaing.
- Karl Marx (1818-1883): Mengembangkan teori konflik kelas, yang menganggap konflik sebagai hasil dari perjuangan kelas antara buruh dan kapitalis.
- Georg Simmel (1858-1918): Mengembangkan teori konflik sebagai interaksi sosial, yang menganggap konflik sebagai hasil dari interaksi antara individu dan kelompok.
Periode Kritis (Abad 20)
- Antonio Gramsci (1891-1937): Mengembangkan teori konflik kritis, yang menganggap konflik sebagai hasil dari ketidaksetaraan sosial dan politik.
- Herbert Marcuse (1898-1979): Mengembangkan teori konflik kritis, yang menganggap konflik sebagai hasil dari ketidaksetaraan sosial dan politik.
- Pierre Bourdieu (1930-2002): Mengembangkan teori konflik kritis, yang menganggap konflik sebagai hasil dari ketidaksetaraan sosial dan politik.
Periode Modern (Abad 20-21) - Lewis Coser (1913-2003): Mengembangkan teori konflik modern, yang menganggap konflik sebagai hasil dari interaksi kompleks antara faktor-faktor sosial, politik, dan ekonomi.
- Ralf Dahrendorf (1929-2009): Mengembangkan teori konflik modern, yang menganggap konflik sebagai hasil dari interaksi kompleks antara faktor-faktor sosial, politik, dan ekonomi.
- Erving Goffman (1922-1982): Mengembangkan teori konflik modern, yang menganggap konflik sebagai hasil dari interaksi kompleks antara faktor-faktor sosial, politik, dan ekonomi.
Periode Kontemporer (Abad 21)
- Teori konflik postmodern: Menganggap konflik sebagai hasil dari interaksi kompleks antara faktor-faktor sosial, politik, dan ekonomi, dengan fokus pada peran identitas, budaya, dan kekuasaan.
- Teori konflik global: Menganggap konflik sebagai hasil dari interaksi kompleks antara faktor-faktor sosial, politik, dan ekonomi, dengan fokus pada peran globalisasi dan kekuasaan internasional.
Dalam keseluruhan, sejarah teori konflik menunjukkan perkembangan yang signifikan dalam pemahaman konflik sosial dan politik, dari teori klasik hingga teori modern dan kontemporer.
1). Teori Konflik Sosial Klasik
“Konflik sosial adalah hasil dari perjuangan kelas antara buruh dan kapitalis.”
– Karl Marx
Berikut adalah beberapa poin tentang teori konflik klasik:
- Definisi
Teori konflik klasik adalah pendekatan yang mengkaji konflik sosial dan politik dengan fokus pada perjuangan kelas, kekuasaan, dan sumber daya.
- Asumsi Dasar
- Konflik adalah hasil dari perjuangan kelas dan kekuasaan.
- Kelompok-kelompok yang berbeda memiliki kepentingan yang berbeda dan berkonflik.
- Konflik dapat berupa konflik antara individu, kelompok, atau negara.
- Konsep Utama
- Perjuangan kelas: Konsep yang merujuk pada perjuangan antara kelas-kelas sosial yang berbeda.
- Kekuasaan: Konsep yang merujuk pada kemampuan untuk mempengaruhi atau mengendalikan perilaku orang lain.
- Sumber daya: Konsep yang merujuk pada sumber-sumber yang dibutuhkan oleh individu atau kelompok untuk bertahan hidup dan berkembang.
- Teori Konflik Klasik dan Tokoh-Tokohnya
- Karl Marx: Filsuf dan ekonom Jerman yang mengembangkan teori konflik kelas.
- Georg Simmel: Sosiolog Jerman yang mengembangkan teori konflik sebagai interaksi sosial.
- Vilfredo Pareto: Ekonom dan sosiolog Italia yang mengembangkan teori konflik sebagai perjuangan kekuasaan.
- Max Weber: Sosiolog Jerman yang mengembangkan teori konflik sebagai perjuangan kekuasaan dan otoritas.
- Kritik dan Keterbatasan
- Terlalu fokus pada perjuangan kelas: Teori konflik klasik dikritik karena terlalu fokus pada perjuangan kelas dan tidak mempertimbangkan faktor-faktor lain yang mempengaruhi konflik.
- Tidak mempertimbangkan konteks budaya: Teori konflik klasik dikritik karena tidak mempertimbangkan konteks budaya dan sejarah dalam menganalisis konflik.
- Aplikasi dalam Bidang Sosial dan Politik
- Analisis konflik sosial: Teori konflik klasik dapat digunakan untuk menganalisis konflik sosial dan politik.
- Perjuangan kelas: Teori konflik klasik dapat digunakan untuk memahami perjuangan kelas dan ketidaksetaraan sosial.
- Pengembangan kebijakan: Teori konflik klasik dapat digunakan untuk mengembangkan kebijakan yang lebih adil dan setara.
2). Teori Konflik Sosial Kritis
Konflik sosial terjadi karena perjuangan antara kelompok-kelompok sosial yang memiliki kepentingan yang berbeda.”
– Antonio Gramsci (kritis)
Berikut adalah beberapa poin tentang teori konflik kritis:
- Definisi
Teori konflik kritis adalah pendekatan yang mengkaji konflik sosial dan politik dengan fokus pada struktur kekuasaan, ketidaksetaraan, dan perjuangan kelas.
- Asumsi Dasar
- Konflik adalah hasil dari struktur kekuasaan yang tidak setara.
- Kelompok-kelompok yang berbeda memiliki kepentingan yang berbeda dan berkonflik.
- Konflik dapat digunakan sebagai alat untuk mengubah struktur kekuasaan dan mencapai keadilan sosial.
- Konsep Utama
- Hegemoni: Konsep yang dikembangkan oleh Antonio Gramsci untuk menjelaskan bagaimana kelompok yang berkuasa mempertahankan kekuasaannya melalui ideologi dan budaya.
- Kekuasaan: Konsep yang merujuk pada kemampuan untuk mempengaruhi atau mengendalikan perilaku orang lain.
- Ketidaksetaraan: Konsep yang merujuk pada perbedaan dalam distribusi sumber daya, kekuasaan, dan status sosial.
- Teori Konflik Kritis dan Tokoh-Tokohnya
- Antonio Gramsci: Filsuf dan politikus Italia yang mengembangkan konsep hegemoni.
- Herbert Marcuse: Filsuf dan sosiolog Jerman-Amerika yang mengembangkan konsep “toleransi represif”.
- Pierre Bourdieu: Sosiolog Perancis yang mengembangkan konsep “habitus” dan “kapital sosial”.
- Kritik dan Keterbatasan
- Terlalu fokus pada struktur kekuasaan: Teori konflik kritis dikritik karena terlalu fokus pada struktur kekuasaan dan tidak mempertimbangkan faktor-faktor lain yang mempengaruhi konflik.
- Tidak mempertimbangkan konteks budaya: Teori konflik kritis dikritik karena tidak mempertimbangkan konteks budaya dan sejarah dalam menganalisis konflik.
- Aplikasi dalam Bidang Sosial dan Politik
- Analisis konflik sosial: Teori konflik kritis dapat digunakan untuk menganalisis konflik sosial dan politik.
- Perjuangan kelas: Teori konflik kritis dapat digunakan untuk memahami perjuangan kelas dan ketidaksetaraan sosial.
- Pengembangan kebijakan: Teori konflik kritis dapat digunakan untuk mengembangkan kebijakan yang lebih adil dan setara.
3). Teori Konflik Sosial Modern
. “Konflik sosial terjadi karena ketidakpastian dan kekacauan dalam masyarakat postmodern.”
– Jean Baudrillard (Modern)
Berikut adalah beberapa poin tentang teori konflik modern:
- Definisi
Teori konflik modern adalah pendekatan yang mengkaji konflik sosial dan politik dengan fokus pada faktor-faktor seperti kekuasaan, identitas, dan budaya.
- Asumsi Dasar
- Konflik adalah hasil dari interaksi kompleks antara faktor-faktor sosial, politik, dan ekonomi.
- Konflik dapat berupa konflik antara individu, kelompok, atau negara.
- Konflik dapat memiliki dampak yang signifikan pada masyarakat dan individu.
- Konsep Utama
- Kekuasaan: Konsep yang merujuk pada kemampuan untuk mempengaruhi atau mengendalikan perilaku orang lain.
- Identitas: Konsep yang merujuk pada cara individu atau kelompok mendefinisikan diri mereka sendiri.
- Budaya: Konsep yang merujuk pada sistem nilai, norma, dan kebiasaan yang dianut oleh masyarakat.
- Konflik simbolik: Konsep yang merujuk pada konflik yang terjadi melalui simbol-simbol seperti bahasa, agama, atau budaya.
- Teori Konflik Modern dan Tokoh-Tokohnya
- Lewis Coser: Sosiolog Amerika yang mengembangkan teori konflik modern.
- Ralf Dahrendorf: Sosiolog Jerman-Britania yang mengembangkan teori konflik modern.
- Pierre Bourdieu: Sosiolog Perancis yang mengembangkan konsep “habitus” dan “kapital sosial”.
- Erving Goffman: Sosiolog Kanada-Amerika yang mengembangkan konsep “peran” dan “interaksi sosial”.
- Kritik dan Keterbatasan
- Terlalu fokus pada kekuasaan: Teori konflik modern dikritik karena terlalu fokus pada kekuasaan dan tidak mempertimbangkan faktor-faktor lain yang mempengaruhi konflik.
- Tidak mempertimbangkan konteks budaya: Teori konflik modern dikritik karena tidak mempertimbangkan konteks budaya dan sejarah dalam menganalisis konflik.
- Aplikasi dalam Bidang Sosial dan Politik
- Analisis konflik sosial: Teori konflik modern dapat digunakan untuk menganalisis konflik sosial dan politik.
- Perjuangan kelas: Teori konflik modern dapat digunakan untuk memahami perjuangan kelas dan ketidaksetaraan sosial.
- Pengembangan kebijakan: Teori konflik modern dapat digunakan untuk mengembangkan kebijakan yang lebih adil dan setara.
C.Kesimpulan
Teori Konflik Klasik
- Fokus pada perjuangan kelas dan kekuasaan.
- Menganggap konflik sebagai hasil dari perjuangan kelas dan kekuasaan.
- Tokoh-tokoh utama: Karl Marx, Georg Simmel, Vilfredo Pareto, dan Max Weber.
- Asumsi dasar: Konflik adalah hasil dari perjuangan kelas dan kekuasaan.
- Keterbatasan: Terlalu fokus pada perjuangan kelas dan tidak mempertimbangkan faktor-faktor lain yang mempengaruhi konflik.
Teori Konflik Kritis
- Fokus pada ketidaksetaraan sosial dan politik.
- Menganggap konflik sebagai hasil dari ketidaksetaraan sosial dan politik.
- Tokoh-tokoh utama: Antonio Gramsci, Herbert Marcuse, dan Pierre Bourdieu.
- Asumsi dasar: Konflik adalah hasil dari ketidaksetaraan sosial dan politik.
- Keterbatasan: Terlalu fokus pada ketidaksetaraan sosial dan politik dan tidak mempertimbangkan faktor-faktor lain yang mempengaruhi konflik.
Teori Konflik Modern
- Fokus pada kompleksitas konflik dan peran faktor-faktor seperti identitas, budaya, dan kekuasaan.
- Menganggap konflik sebagai hasil dari interaksi kompleks antara faktor-faktor sosial, politik, dan ekonomi.
- Tokoh-tokoh utama: Lewis Coser, Ralf Dahrendorf, dan Erving Goffman.
- Asumsi dasar: Konflik adalah hasil dari interaksi kompleks antara faktor-faktor sosial, politik, dan ekonomi.
- Keterbatasan: Terlalu fokus pada kompleksitas konflik dan tidak mempertimbangkan faktor-faktor lain yang mempengaruhi konflik.
Dalam keseluruhan, teori konflik klasik, kritis, dan modern memiliki perbedaan dalam fokus, asumsi dasar, dan keterbatasan. Namun, ketiga teori tersebut memiliki tujuan yang sama, yaitu untuk memahami dan menganalisis konflik sosial dan politik.
Demikian secara ringkas pembahasan Teori Konflik Sosial, semoga bermanfaat dan menjadi bagian dari merawat ingatan sosiologi Konflik.
Merawat Ingatan adalah sebuah teraphy bagi penulis untuk mereplay kembali teori-teori Sosiologi sejak kuliah S2 di Sosiologi Unhas, dan S3 Sosiologi UNM, saya sangat konsen dan suka materi2 Sosiologi klasik dan modern, hingga 2013 penulis terkena stroke ringan serasa semua ingatan itu ingin ku ulang dengan menuliskan nya kembali, sebagsimana Filsif Friedrich Nietzsche menyebut Ingatan sebagai sumber kekuatan dan kelemahan.mari merawat ingatan kita agar memory kita sehat.
Makassar, 22 Januari 2025.
Diberdayakan untuk materi Sosiologi Konflik:

Dr.Sudirman, S. Pd., M. Si.
[Dosen Sosiologi]
“Membaca adalah kegiatan yang paling efektif untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan analitis.”
– Neil Gaiman