Oleh: Ruslan Ismail Mage*

Hari ke-27 Ramadan 1446 Hijriah, saya menghadiri acara buka puasa bersama karyawan RPM (Ragam Pangan Madani) di sebuah restoran di kawasan Bumi Perkemahan Cibubur. Dalam suasana penuh kebersamaan dan kekeluargaan itu, ada rasa syukur dan bangga melihat anak sulung saya, Kharisma Aditya, bersama sahabat sejatinya, Muhammad Fikri Haekal, bahu-membahu dalam suka dan duka membangun serta membesarkan perusahaan yang mereka rintis.

Di antara puluhan karyawan RPM yang hadir, berasal dari berbagai latar belakang dan suku, ada dua hal yang menarik perhatian saya. Pertama, terlihat jelas bahwa tidak ada sekat antara pimpinan dan karyawan. Semua menyatu dalam kebersamaan, menyampaikan pesan kuat tentang kekompakan dalam membesarkan perusahaan.

Kedua, suasana harmonis ini menunjukkan bahwa RPM dikelola dengan pendekatan yang saya sebut sebagai “Manajemen Satu Rasa”. Konsep ini telah saya bahas dalam buku 21 Hukum Kesuksesan Sejati, yang terinspirasi dari salah satu hadis Nabi: “Perumpamaan orang mukmin dalam hal saling kasih, saling menyayangi, dan saling mencintai adalah seperti sebuah tubuh; jika satu anggotanya sakit, maka seluruh tubuhnya akan ikut merasakan sulit tidur dan demam” (HR. Muslim).

Jika hadis ini dikaitkan dengan Manajemen Satu Rasa dalam konteks RPM, maka esensinya adalah: Senyum bahagia seorang pemimpin atau manajer adalah senyum bahagia karyawannya; sebaliknya, tangis derita karyawan adalah tangis derita pemimpin atau manajernya. Prinsip ini menegaskan bahwa kebahagiaan dan kesulitan harus dirasakan bersama. Ketika pemimpin dan karyawan saling berbagi beban dan keberhasilan, perusahaan pun akan tumbuh dengan kuat.

Banyak perusahaan besar dunia telah menerapkan prinsip serupa tanpa disadari. Google dan Facebook, misalnya, berkembang pesat karena keuntungan perusahaan tidak hanya dinikmati oleh pemilik dan pemegang saham, tetapi juga dirasakan oleh seluruh karyawan. RPM memahami bahwa karyawan bukan sekadar pekerja, tetapi modal utama yang harus mendapatkan bagian dari keberhasilan perusahaan. Dengan demikian, setiap individu merasa memiliki dan bertanggung jawab terhadap kemajuan perusahaan.

Selamat berjuang, RPM! Seluruh karyawan harus satu komando. Ingat, kapal dibangun bukan untuk bersandar di dermaga, tetapi untuk menghadapi gelombang. Insya Allah, RPM akan terus berkembang dan meraksasa jika konsisten menerapkan Manajemen Satu Rasa.

*Penulis buku-buku motivasi, kepemimpinan, dan demokrasi

(Visited 26 times, 1 visits today)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.