Oleh: Yusriani Nuruse
Hari ini hari ketiga aku istirahat di rumah pasca kecelakaan. Terasa sepi, di rumah hanya berdua dengan anakku. Para tetangga mungkin sibuk dengan urusan masing-masing.
Alhamdulillah, aku sudah bisa beraktivitas kembali di dalam rumah. Cedera ringan yang kualami sudah semakin membaik. Aku sudah bisa salat berdiri, yang kemarin hanya bisa kulakukan dengan duduk di kursi. Aku menyiapkan makanan untuk kami berdua. Anakku tidak pernah rewel soal makanan. Hari ini aku hanya bisa menyiapkan sayur sup, ikan goreng bandeng, dan tempe bacem kesukaan anakku.
Rasa sedih yang terpendam di balik wajah putraku sangat nampak kurasa, namun ia berusaha menahannya. Saat kucoba memeluknya, akhirnya ia luluh juga dengan deraian air mata yang tak bisa ia bendung lagi, sampai akhirnya ia tertidur dalam pelukanku.
Sore hari saat ia bangun, adik bungsuku menghubunginya, mengajaknya jalan-jalan esok hari ke salah satu destinasi wisata di Takae Highland. Ia kembali ceria, namun dia masih dilema untuk pergi tanpa aku membersamainya. Kuyakinkan padanya bahwa Mama baik-baik saja. Kemudian aku siapkan pakaian yang hendak ia bawa.
Menjelang Magrib, kami bergegas ke masjid. Setelah selesai menunaikan salat Magrib, pamannya datang menjemputnya. Aku tahu, ia begitu berat meninggalkanku sendiri. Kupeluk ia saat menyalamiku, dan pergi melambaikan tangannya. Aku kemudian menunaikan salat Isya, melanjutkan dengan tadarus Al-Qur’an, membaca Surah Al-Kahfi dan Surah Al-Mulk.
Setelah meletakkan Al-Qur’an, kubuka gawai untuk memastikan anakku sudah sampai. Namun sesaat aku tertegun membaca pesan WhatsApp dari seorang teman yang selama ini banyak membantuku dalam hal aktivitas menulis, dari Bunda Gusnawati.
Kubaca berulang kali pesannya, disertai bulir-bulir air mata syukur, baru kemudian aku membalas pesannya. Ia menawari aku dan anakku menginap di salah satu apartemen mewah di kawasan CPI Makassar.
Aku masih belum percaya, namun keyakinan bahwa di balik kesedihan seorang anak yatim selalu ada hadiah indah dari Allah. Jangan pernah lelah berbuat baik, karena ketulusan hati dan bakti yang diam-diam adalah doa paling kuat yang akan mengetuk pintu pertolongan. Kebaikan yang kita berikan akan kembali, sering kali melalui jalan yang tak pernah kita duga.
Watansoppeng, 4 Juli 2025