“Pengetahuan ilmiah adalah semacam wacana.”

Jean Francois Lyotard

A. Tentang Jean-François Lyotard

Jean-François Lyotard (10 Agustus 1924_ April 1998) adalah seorang filsuf dari Prancis, yang amat berpengaruh dalam gerakan post-strukturalisme.

Jean francois lyotard lahir pada tahun 1924 di versailes kota kecil di sebelah selatan kota paris.

Lyotard lahir dari pasangan jean pierre lyotard dan Madeleine. Awal karir lyotard bermula ketika ia mulai belajar filsafat di Sorbonne setelah perang dunia ke II dan mendapat gelar agra’gation de philosophie pada tahun 1950an.

Kemudian pada tahun 1950_1952 ia mengajar di sekolah menegah di kota konstantine, aljazair timur.

Karirnya kemudian dilanjutkan dengan menjadi seorang professor filsafat di universitas paris VII.

Jabatan tersebut ia pegang sampai usia pensiunnya di tahun 1989. Sebelum memasuki usia pensiun, tepatnya pada tahun 1956_1966, lyotard juga berprofesi sebagai anggota dewan redaksi jurnal sosialis Sosialisme an Berbarie (Sosialisme dan keadaan barbar).

Di samping itu ia juga menjadi seorang anggota dewan redaksi surat kabar sosialis Pouvoir Ouvier.

Saat itu, lyotard sangat menentang keras adanya kebijakan pemerintah terkait dengan perang di aljazair, dan ikut dalam gerakan yang terjadi di perancis pada tahun 1968.

Tahun 1950_1960 menjadi era di mana ia di kenal sebagai seorang aktivis yang beraliran marxis yang terkemuka.

Tahun 1954 lyotard menerbitkan buku pertamanya “La seorang marxis, akan tetapi kelompoknya selalu kritis dan menolak interpretasi dogmatis teehadap pemikiran marx seperti yang dilakukan oleh stalinisme, trotkyisme, dan maoisme.

1971 ia berhasil memperoleh gelar doctor sastra dengan disertasi yang berjudul discours, figure (diskursus, figure) yang membahas tentang problem bahasa dengan fenomenologi.

Di antara para filsuf post-strukturalis lain seperti Deleuze, Derrida, dan Foucault, Lyotard paling sering diasosiasikan dengan postmodernisme.

Dari tahun 1956 – 1966, Lyotard menjadi anggota dewan redaksi jurnal sosialis, Socialisme ou Barbarie.

Karena perbedaan pandangan dengan teman-temannya maka ia keluar dari kepengurusan jurnal tersebut dan mendirikan jurnal Marxis yang baru yang diberi nama , Pouvoir Ouvrier (Kuasa Kaum Buruh).

Disamping menjadi peserta aktif dalam upaya menentang Pemerintah Perancis saat berlangsungnya perang di Aljazair, Lyotard juga ikut serta dalam peristiwa yang berlangsung pada bulan Mei 1968.

Pada tahun 1998, sambil mempersiapkan sebuah konferensi tentang Postmodernisme dan Media Theory, ia meninggal tiba-tiba dari kasus leukemia yang telah lebih maju dengan cepat. Ia dimakamkan di Le Pere Lachaise di Paris.

“Seseorang dapat memutuskan bahwa peran utama pengetahuan adalah sebagai elemen yang tak terpisahkan dalam berfungsinya masyarakat, dan bertindak sesuai dengan keputusan itu, hanya jika seseorang telah memutuskan bahwa masyarakat adalah mesin raksasa.”

Lyotard

B. Karya dan Pemikiran Lyotard
Lyotard menyebutkan bahwa saat ini, kita sudah masuk ke era posmodern. Ditandai oleh runtuhnya nilai-nilai yang terasosiasi dengan modernitas.

Meskipun sebetulnya posmodern sendiri memiliki ambiguitas:
1). Dipandang sebagai bagian dari zaman modern?
2). Sebagai kelanjutan dan radikalisasi zaman modern?
3). Atau posmodern secara menyeluruh menunjukkan paradigma berpikir yang sama sekali baru dan mengubah tatanan masyarakat?

Dalam pandangan Lyotard, zaman modern dipenuhi mitos-mitos (grand narratives) yaitu; Pembebasan manusia melalui ilmu pengetahuan, keyakinan akan universalitas dan telos akan ilmu, dan mitos-mitos lain (ekonomi, demokrasi, seni).

Dengan demikian, posmodernisme bermaksud untuk menyerang mitos-mitos yang melegitimasi zaman modern serta mengkritik klaim pengetahuan universal dan fondasionalisme.

Lyotard tidak setuju dengan modernisme yang mencoba untuk mendominasi pengetahuan melalui ilmu pengetahuan modern.

Menurutnya, manusia memiliki jenis pengetahuan lain, yaitu pengetahuan narasi.

Bagi Lyotard, ilmu pengetahuan (modern) tidak merepresentasikan totalitas pengetahuan bahkan kehidupan manusia.

Ilmu pengetahuan juga selalu bersaing dan bahkan berusaha menyingkirkan narasi-narasi lain yang dianggap tidak sesuai dengan kerangka berpikirnya.

Padahal, secara partikular, narasi-narasi ini memiliki posisi penting dalam kehidupan masyarakat.

Pengetahuan narasi sebetulnya memiliki tiga kompetensi yang membuat para pelaku pengetahuan tersebut bisa hidup selama ratusan bahkan ribuan tahun.

(1). Pertama, know-how, atau tahu-bagaimana.  Dalam hal ini, Lyotard ingin menunjukkan bagaimana pengetahuan narasi dibentuk berdasarkan pengalaman baik individu maupun kolektif kelompok masyarakat terhadap realitas.

(2). Kedua, knowing how to speak. Kompetensi kedua berkaitan dengan bahasa, membahasakan realitas adalah tentang pengetahuan, dan secara partikular, setiap kelompok masyarakat memiliki bahasanya (terhadap pengetahuan) masing-masing
(3).Ketiga, knowing how to hear, bagian ini berkaitan dengan relasi antara masyarakat dan realitas.

Bagi Lyotard, ketiga hal ini mengalami kemunduran di hadapan prosedur-prosedur ilmiah yang bersifat denotatif, logis, dan kognitif.

Lyotard ingin memperlihatkan bahwa sebetulnya, pengetahuan tidak hanya milik dunia modern.

Secara partikular, setiap kelompok masyarakat memiliki pengetahuan atau pemahamannya sendiri akan realitas.
C. Kesimpulan
Jean Francois Lyotard adalah seorang filosof poststrukturalisme namun ia kemudian lebih dikenal sebagai salah satu pemikir penting aliran filsafat postmodernisme yang terkenal dengan gagasannya tentang penolakan Grand Narrative (narasi besar), yaitu suatu cerita besar yang mempunyai fungsi legitimasi karena bersifat menyatukan, universal, dan total.

Penolakan narasi besar, menurut Lyotard, berarti penolakan terhadap penyatuan, universalitas dan totalitas.

Dan dalam pandangannya, inilah salah satu ciri pembeda yang paling menonjol antara filsafat postmodernisme dengan filsafat modernisme.

Lyotard menolak kebenaran yang obyektif universal karena menurutnya klaim kebenaran itu terbentuk dari wacana (bahasa), kita tidak bisa menafsirkan realita yang bebas dari bahasa. Semua kebenaran pemikiran berkaitan erat dengan faktor sosial-budaya atau dengan permainan bahasa tertentu. 
Wallahu a’lam bi-Shawab.
Makassar, 20 Juli 2022


Dr. Sudirman, S. Pd., M. Si.
(Belajar menunduk bersama filsafat).

Sumber bacaan Referensi:
1). Dearnorn, F. (2004). Encyclopedia Of Modern French Thoughts. London : Talyor & Francis Group.

2). Donny Gahral Adian. Percik Pemikiran Kontemporer : Sebuah Pengantar Komprehensif. Yogyakarta : Jalasutra, 2006. Hal. 91

3). Lechte, John. 50 Filsuf Kontemporer : Dari Strukturalisme sampai Postmodernitas. Yogyakarta : Kanisius, 2001. Hal. 372

4).Lyotard, J.-F. (1984). The Postmodern Condition. Manchester: Manchester University Press.

(Visited 262 times, 1 visits today)
Avatar photo

By Sudirman Muhammadiyah

Dr. Sudirman, S. Pd., M. Si. Dosen|Peneliti|Penulis| penggiat media sosial| HARTA|TAHTA|BUKU|

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

%d blogger menyukai ini: