tolok rumpakna bone

Buku : Tolok Rumpakna Bone

Penyusun : I Malla Daeng Mabela

Penerjemah : Drs. Muhammad Salim

Penerbit : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Sulawesi Selatan (Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan), Makassar 1991

Jumlah Halaman : vii + 254

ISBN : –

Sejak zaman dulu kala, kesusastraan Bugis sudah berkembang pesat. Berbagai macam genre aliran sastra Bugis tertulis dalam lontara yang sampai sekarang masih tersimpan di berbagai lembaga pemerintah maupun dirumah rumah pribadi. Kesusastraan Bugis sangat besar dan penting peranannya dalam kehidupan masyarakat Bugis dan mengandung nilai nilai budaya yang sangat tinggi dan sangat perlu dilestarikan.

Salah satu genre sastra Bugis yang perlu dikembangkan dan dilestarikan adalah Tolok (biasa juga ditulis toloq atau tolo’). Jenis kesusastraan Bugis ini terdiri dari susunan larik larik dengan jumlah suku kata 8, atau jumlah huruf lontaranya ada 8. Jenis karya sastra Bugis yang sama dengan Tolok yang juga berjumlah 8 suku kata adalah kisah Meongpalo dan Menrurana.

Contoh bait Tolok :

Tettiq uwae matanna                                     Menetes air matanya   

Batara Tungkeqna Bone                                 Batara tunggalnya Bone

Mengkalingai adanna                                     Mendengar ucapannya

Anaq pattola lebbiqna                                    Putra mahkota mulianya

Naturusiang muani                                         Beliaupun mengiakan   

(penggalan dari Tolok rumpakna Bone)       

Contoh bait Meongpalo :

Salamaq                                              Selamat!

Iyanae galigona                                  Inilah galigo-nya

Meong mpalo Bolongnge                   Meong Mpalo Bolongnge

Rampe rampena cokie                       Cerita tentang Kucing

Rerena Meong mpaloe                       Senandung  kucing loreng

Nau-naunna posaqe                            Suara hati sang kucing

(Penggalan kisah Meong Mpalo Bolongnge, dari buku Kearifan Lingkungan Hidup manusia Bugis berdasarkan Naskah Meong MpaloE, karya Prof. Nurhayati Rahman)

Tujuan utama penerjamahan Toloq ini adalah untuk melestarikan salah satu nilai budaya yang sudah hampir punah, memasyarakatkan kembali lontara bagi masyarakat Bugis dan memperkenalkan kepada masyarakat luar, serta untuk menyajikan salah satu bentuk nilai sastra budaya daerah di Indonesia.

Buku ini diawali dengan Sambutan dari gubernur Sulawesi Selatan, Sambutan dari kepala kantor Wilayah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Sulawesi Selatan, Pendahuluan dari penerjemah. Kemudian secara berkelanjutan kisah Rumpaqna Bone disusun dalam dua kolom, kolom pertama Tolok Rumpakna Bone dalam bahasa Bugis dengan menggunakan aksara latin, kemudian kolom kedua terjemahannya dalam bahasa Indonesia.

Pada bagian akhir, ada peta Zuid Sulawesi (Sulawesi Selatan), dan kemudian ada foto foto lukisan hitam putih

1.      I Page Daeng Parenring Arung Labuaja

2.      La Pawawoi Karaeng Segeri, Raja Bone ke-30

3.      Abdul Hamid Petta Ponggawae, Panglima Perang Kerajaan Bone 1905

4.      La Pawawoi duduk bersama beberapa orang

5.      Istana Haji Turuk di Bajoe 1905

6.      La Pawawoi diatas kapal S.S. Rochussen dalam perjalanan ke Pulau Jawa  untuk diasingkan

7.      Penangkapan La Pawawoi Karaeng Segeri

Buku koleksi Perpustakaan Khusus, Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Sulawesi Selatan.                                        

(Visited 89 times, 1 visits today)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

%d blogger menyukai ini: