Oleh: Muhammad Sadar*
Inspirasi pemberian nama suatu daerah, tokoh, jasa atau produk biasanya bersumber dari material alam atau sebaliknya. Batu Besi (Bugis: Bessi) adalah bahan tambang yang dieksplorasi baik di bawah atau di atas permukaan bumi. Mineral ini termasuk dalam bahan tambang galian golongan B dan C. Penggalian dan pemanfaatan bahan tersebut untuk mendukung kemaslahatan hidup manusia di dunia.
Batubessi sebagaimana termaktub dalam sejarah daerah adalah sebuah nama kampung/lingkungan yang terletak di Kelurahan Sepe’e Kabupaten Barru. Kelurahan ini merupakan hasil pemekaran dari Kelurahan Mangempang sejak tahun 1990.
Kelurahan Sepe’e memiliki luas wilayah 16,47 kilometer persegi yang dihuni penduduk sebanyak 3.518 jiwa. Dengan luas wilayah tersebut, kelurahan Sepe’e terbagi dalam 4 lingkungan/RW. Batubessi termasuk salah satu dari lingkungannya. Lingkungan Batubessi dan kawasannya sejak dahulu telah menjadi sentra pergerakan para pejuang pada masa perang kemerdekaan maupun pascakemerdekaan dan telah melahirkan tokoh pejuang revolusi 45, yaitu Mayor Jenderal (Purn) Andi Mattalatta (alm).
Sejak zaman penjajahan Belanda, dari aliran Sungai Batubessi dibangun sebuah bendung dan jaringan air irigasi pertanian. Dengan bangunan irigasi tersebut yang melintasi lingkungan Batubessi sehingga diabadikan namanya menjadi Daerah Irigasi (DI Batubessi).
DI Batubessi dibawah kewenangan pemerintah daerah memiliki luas pelayanan air irigasi 741 hektare, dikelola 13 P3A (Perkumpulan Petani Pemakai Air) dan 1 GP3A (Gabungan Perkumpulan Petani Pemakai Air). DI Batubessi membawahi 4 wilayah kelurahan administratif, di antaranya Sepe’e, Mangempang, Tuwung, dan Coppo atau biasa disingkat kawasan SePang dan TuCop.
DI Batubessi sebagai daerah irigasi terluas di Kabupaten Barru, melalui suplai dan ketersediaan airnya sepanjang musim membuat usaha tani padi terus berkelanjutan. Kapasitas dan daya tampung bendung diperkirakan mencapai 180.000 meter kubik air dan mampu mengairi persawahan pada kawasan Sepang dan Tucop. Penyediaan air baku untuk pemenuhan air minum masyarakat tak terlepas dari fungsi lain bendung Batubessi. Dukungan jaringannya dan pembagian air secara proporsional ke petak-petak sawah petani sehingga indeks pertanaman (IP) padi bisa terselenggara dua kali bahkan IP padi digerakkan hingga tiga kali setahun.
Pada kawasan ini, kegiatan budidaya padi telah menjadi mata pencaharian pokok para petani. Khusus Kelurahan Sepe’e luas baku sawah mencapai 361 hektare dan jumlah petani yang mengelola usaha tani padi sebanyak 551 orang dan wanita tani 97 orang yang terwadahi dalam 15 kelompok tani dewasa maupun kelompok wanita tani. Budidaya padi pada umumnya mungkin saja petani sudah menguasainya secara utuh namun secara spesifik kegiatan budidaya padi terutama teknis penangkaran benih di lingkungan Batubessi petani telah menguasainya terlebih kepada beberapa kelompok tani penangkar yang telah terdaftar legalitasnya.
Spesialisasi dalam memproduksi benih berlabel di kalangan petani tergolong kegiatan untuk meningkatkan kualitas bahan tanam dan sebagai suatu jaminan dalam upaya meningkatkan produksi padi. Faktor inilah yang selalu diinisiasikan kepada petani setiap musim tanam agar melakukan proses produksi benih bermutu dalam kegiatan penangkaran.
Pada musim tanam gadu periode April-September 2024, Fakultas Pertanian Universitas Hasanuddin meletakkan kegiatan pengabdian masyarakat sebagai bagian Tri Dharma Perguruan Tinggi di Kelompok Tani Cenrana II Batubessi. Kegiatan pengabdian masyarakat berupa diseminasi Varietas Unggul Baru (VUB) padi berumur genjah. VUB yang didiseminasikan adalah varietas Padjadjaran Agritan.
Merujuk pada kata Padjadjaran adalah sebuah nama kerajaan besar di tanah Jawa. Kemasyhurannya banyak melahirkan tokoh bangsa hingga Padjadjaran menjadi sebuah nama perguruan tinggi terkemuka di negeri ini, yaitu Universitas Padjadjaran di Kota Bandung.
Kegiatan pengabdian masyarakat ini bertujuan untuk memperkenalkan varietas unggul baru padi yang berumur genjah kepada petani dan para petugas pertanian di lapangan serta sebagai salah satu konsep strategi adaptasi dan mitigasi dalam menghadapi dampak perubahan iklim yang cenderung mengalami fase kering ekstrem pada musim gadu. Masa kegiatan pengabdian akan berlangsung satu musim tanam dengan penerapan dan perlakuan beberapa tindakan teknologi budidaya.
Pada rentang waktu tersebut akan dilakukan pengamatan pertumbuhan sejak tanam hingga panen serta penilaian lapangan baik dari sisi agronomi, ekonomi dan sosial. Ketiga aspek tersebut akan disimpulkan diakhir kegiatan, terkait sejauh mana pengaruh diseminasi VUB padi Padjadjaran di tingkat kelompok tani di Batubessi.
Penyematan nama Padjadjaran terhadap varietas padi secara filosofis bermakna tak lain adalah mengandung doa, harapan dan kebaikan-kebaikan yang akan menyertainya. Afirmasi tersebut bisa juga Padjajaran diartikan dari kebesaran namanya yang berkomposisi kekuatan, ketahanan dan keberhasilan.
Bersama dengan brand Padjadjaran terhadap sebuah nama varietas padi maka diharapkan kekuatan baik dari sisi postur tanaman, morfologi dan organ vegetatif lainnya mampu menunjukkan suatu varietas yang kuat untuk kelanjutan pertumbuhan dan berproduksi optimal. Terkait elemen ketahanan,
VUB Padjadjaran diharapkan memiliki daya tahan terhadap cekaman biotik dan abiotik maupun tekanan lingkungan lainnya. Unsur keberhasilan yang dimaksud adalah sekiranya VUB Padjadjaran memberikan produktivitas yang tinggi berdasarkan deskripsinya yaitu mampu mencapai 11,0 ton/hektare GKG dengan rata-rata hasil diperoleh 7,8 ton/hektare GKG.
Sebagai gambaran umum VUB Padjadjaran adalah varietas tersebut berasal dari hasil seleksi inpari 5 dengan IR 66. Umur vegetatif tanaman tergolong genjah 105 hari setelah semai. Penampakan bentuk tanaman dengan daun bendera termasuk agak tegak dan toleran terhadap kerebahan. Hasil uji organoleptik oleh tim penilai secara subjektif berdasarkan skala hedonik bahwa rasa dan tekstur nasi varietas Padjadjaran terasa pulen yang berkadar amilosa 20,6 persen.
VUB Padjadjaran dilepas tahun 2018 melalui SK Menteri Pertanian Nomor : 327/Kpts/TP.010/05/
2018 tanggal 7 Mei 2018. Rekomendasi tanam dianjurkan pada lahan sawah irigasi dataran rendah hingga ketinggian 600 meter di atas permukaan laut. Ketahanan terhadap hama dan penyakit yaitu agak tahan terhadap wereng batang coklat dan hawar daun bakteri (Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kementan, 2022).
Pada hari Senin, 27 Mei 2024 bertempat di lokasi sawah kelompok tani Cenrana II-Batubessi dilakukan aksi tanam perdana VUB Padjajaran bersama civitas akademika Fakultas Pertanian Unhas yang diwakili oleh Dr. Muhammad Fuad Anshori, M.Si. Program pengabdian kepada masyarakat kali ini bertajuk “Peningkatan Pendapatan Petani pada kelompok tani Cenrana II dan I melalui Produksi Benih Padi Varietas Genjah dalam menunjang Kemandirian Perbenihan di Kabupaten Barru”.
Dalam pengantar tanam perdana VUB Padjadjaran, Dr. Muhammad Fuad Anshori menyatakan, “Penanaman varietas Padjadjaran sebagai bagian dari diseminasi varietas unggul padi dan merupakan salah satu strategi dalam mengantisipasi periode tanam kemarau yang berfluktuasi akibat dampak dari perubahan iklim global. VUB Padjadjaran yang berumur pendek sangat berpotensi melewati masa panen yang singkat. Siasat lain dalam penggunaan varietas genjah adalah untuk mendukung peningkatan indeks pertanaman hingga tiga kali tanam padi dalam setahun.”
Lebih lanjut Dr. Fuad mengatakan, “Yang tak kalah pentingnya program ini adalah prospek berkembangnya lebih luas varietas Padjadjaran di wilayah Barru karena VUB tersebut merupakan kelas benih penjenis ( Breeder Seed – BS) yang berlabel kuning. BS ini hasil turunan pertama dari benih inti (Nucleus Seed ) yang telah melalui serangkaian proses penelitian, pemuliaan, dan perakitan oleh para pemulia kita. Karena itu, kita berharap kepada petani yang diamanahi kegiatan pengabdian ini agar menjaga, merawat, dan melindungi VUB Padjadjaran tersebut dengan baik sebab inti kegiatannya adalah petani akan memproduksi calon benih dengan klasifikasi benih dasar atau Foundation Seed (FS) yang berlabel putih. Penting juga kami sampaikan bahwa kegiatan diseminasi VUB ini, kita akan bersinggungan dengan pihak Balai Sertifikasi dan Mutu Benih dalam rangkaian proses pemeriksaan lapang dan sertifikasi produksi benih berlabel.” Demikian pesan Dr. Fuad mengunci pernyataannya.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman serta Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor: 12/PERMENTAN/TP. 020/4/2018 Tentang Produksi, Sertifikasi, dan Peredaran Benih Tanaman bahwa suatu varietas yang telah dilepas, benihnya dinyatakan sebagai benih bina dalam pengertian produksi dan peredarannya perlu diatur dan diawasi.
Pengawasan dilakukan oleh lembaga pemerintah yang memiliki kewenangan terhadap sistem perbenihan nasional.
Mekanisme pengawasan dan pembinaan yang efektif untuk menjamin benih bermutu adalah melalui sertifikasi benih. Benih yang lulus sertifikasi merupakan benih yang telah dijamin mutunya baik mutu genetis, fisiologis, maupun fisik dan dapat diedarkan yang ditandai dengan konfigurasi label yang menyertainya. Kelas benih bina yang dipasarkan menurut hierarki kasta benih adalah benih penjenis/ breeder seed berlabel kuning, benih dasar/foundation seed berlabel putih, benih pokok/stock seed berlabel warna ungu, dan benih sebar/extension seed dengan label berwarna biru.
Pada program tersebut juga akan turut bersama tim pengabdian masyarakat Fakultas Pertanian Unhas yang lain di antaranya Prof. Dr. Ir. Yunus Musa, M.Sc., Prof. Dr. Ir. Muh. Farid BDR, M.P., dan M. Bayu Mario, S.P., M.P.,M.Sc.Tim tersebut akan melengkapi materi dan berbagai petunjuk teknis teknologi padi masa kini yang akan diterapkan selama fase pertumbuhan tanaman hingga prosesi panen.
VUB Padjadjaran sebagai varietas perdana dan pemula disosialisasikan di daerah ini, kita berharap turut mendukung perbanyakan benih sumber dan bisa berkembang lebih luas lagi ke tingkat petani sebagai sasaran pembudidaya akhir. Dengan kelas breeder seed, VUB Padjadjaran menjadi varietas fenomenal di daerah ini karena untuk yang pertama kalinya dibudidayakan dikalangan petani.
Metode pengembangan varietas baru padi dilakukan dengan cara demonstrasi terbatas dituntut agar berhasil melalui pembinaan, pengawalan, dan monitoring setiap waktu. Pembekalan ilmu pengetahuan padi dari para pakar dan akademisi dengan cara transfer knowledge kepada petani pelaksana kegiatan sekiranya berdampak positif terhadap sistem pemeliharaan tanaman intensif. Pemberian sarana produksi lengkap oleh pihak penyedia program mampu untuk menghasilkan value nyata yang berkesan pada pertumbuhan dan produksi yang signifikan dan tentunya berbeda dengan perlakuan petani yang berada di sekitarnya.
Hasil VUB Padjadjaran yang akan dicapai pada proses panen nantinya, akan ditentukan oleh penerapan proses yang dilakukan pada hari-hari berikutnya. Namun dengan nama besar Padjadjaran yang bermakna kekuatan, ketahanan, dan keberhasilan insha Allah akan memberikan garansi untuk memantik produktivitas yang optimal.
Selanjutnya dipadukan dengan nama alamiah kampung Batubessi yang merujuk pada sifat batu dan besi yang kuat, kokoh, dan tahan tekanan sehingga kita berharap performance VUB Padjadjaran sesuai dengan sifat-sifat yang melekat pada lingkungannya dan menjelma menjadi varietas pilihan yang rasional untuk direkomendasikan kepada para pembudidaya padi.
Filosofi bangsa Yunani ketika setiap kali mengikuti kompetisi olah raga menggelorakan semangat yang lantang menghunjam daya dorong atlet dan berkata, “Citius-Altius-Fertius” yang bermakna Tercepat-Tertinggi-Terkuat. Semoga motto ini terintegrasi kedalam sifat-sifat VUB Padjadjaran yang akan tercepat umur panennya karena tergolong varietas genjah, tertinggi produktivitasnya karena riwayat potensi produksinya mampu mencapai di atas 10 ton/hektare GKG dan terkuat tanamannya dalam menghadapi ancaman maupun intervensi alam yang ekstrem.
Bravo VUB Padjadjaran…
Batubessi, 27 Mei 2024
*Warga Bengkel Narasi Indonesia, Jakarta