Perjalanan panjang ini sebuah pengalaman berharga, sepertinya tak akan terlupakan sepanjang hayat. Pasalnya pasca libur Idul Fitri 1443 Hijriyah saat yang tepat buat mudik kampung, meski hanya hitungan hari setidaknya perjalanan tersebut terkesan begitu mendalam bagi orang tua maupun keluarga di kampung, bagaimanapun kondisinya sekarang.

Niatan mudik pulang kampung bermula dari keinginan untuk ziarah makam bapak yang telah berpulang kehadirat Allah SWT. Kerinduan itu bertepatan dengan wafatnya bapak, yang pada 5 Juni 2020 lalu. Mengingat, tak bisa mengantar kepergian bapak, saya berusaha menziarahi kubur dan memanjatkan doa diatas pusaranya.

Sebelum sampai kesana, terlebih dulu saya ambil cuti tahunan. Surat cuti pun disetujui pimpinan, lega rasanya. Langkah berikutnya melakukan tes Rapid Antigen, hasilnya Negatif. Sebelumnya kami memesan tiket Kapal Laut Dharma Kencana VII jurusan Makassar ke Surabaya. Dari infornasi kapten kapal untuk sampai ke Surabaya menempuh waktu lebih kurang 32 jam lamanya diatas laut.

Ceritapun berlanjut kami memesan Kapal Dharma Kencana VII lantaran tergiur viralnya kemewahan kapal tersebut, tak ubahnya hotel berbintang lima.

Kami memesan tiket tanggal 13 Mei 2022, maunya ambil kelas I, namun menurut informasi dari pihak travel kamar kelas I ludes, waduh….terpaksa ambil ekonomi, itung-itung hemat ongkos, soalnya harga tiket pesawat melesat tanpa kompromi.

Haripun tiba, memesan taksi online berangkatlah kami ke pelabuhan Makassar. Tidak seperti biasanya, sejauh mata memandang Pelabuhan Makassar begitu sarat akan penumpang.

Tak lama berselang kami sampai ke pelabuhan guna memvalidasi tiket, lantaran bingung kami bertanya ke petugas dan diarahkan ke lokasi yang dimaksud.

Menaiki tangga baja yang disesaki pedagang kaki lima kami pun bergegas berdesak-desakan dengan penumpang yang lain, begitu tiba di petugas loket lantai 2 tadi, kami perlihatkan tiket, hasil antigen negatif melalui aplikasi peduli lindungi. Rupanya petugas tadi tak peduli, ia menanyakan print out hasil antigen. Ketimbang tidak bisa validasi lebih baik kami turuti peraturan otorita Pelabuhan Soekarno Hatta Makassar.

Dengan tergopoh-gopoh, ditemani pengemudi taksi online, bertanya sana-sini sebelum bertemu petugas pelabuhan.

“Pak mau nanya, dimana saya bisa prin di pelabuhan, dari pada keluar cari rental komputer untuk prin 2 lembar bukti antigen,” tanyaku kepada petugas keamanan Pelabuhan.

Petugas tadi mengarahkan kami ke Posko Pelabuhan. “Coba ke bagian Posko, disana ada komputer dan.printer, mudah-mudahan diperbolehkan print,” jelasnya kepada kami.

Terimakasi ucapku, kami pun berlari menuju sebuah tenda raksasa, disitu terpampang posko. Tanpa segan, langsung saja bertanya kepada petugas yang standbye disitu. “Pak boleh kami numpang print hasil antigen,” pintaku.

Petugas tadi mengarahkan kepada rekannya, “Coba ki sama temanku ini,” kata petugas tadi yang berlalu pergi karena ada kegiatan lain.

“Boleh numpang print mbak,” ujarku.

Petugas tadi pun dengan ramah merespon permintaan kami.

“Silahkan pak, pakai,” singkatnya.

Semenit kemudian anak saya membuka whatsApps web segera ia mengunduh hasil antigen, langsung mencetaknya. “Berapa biaya pengganti print mbak,” sebutku.

Sembari tersenyum, petugas tadi menjawab, “Jangan mi,” singkatnya sambil senyum yang terbungkus masker itu.

Sekali lagi kami merepotkan petugas Posko di Pelabuhan dengan meminjam hetter klip, sekali lagi mbak tadi tak segan mengeluarkan hetter klip dari tas jinjingnya. “Satu masalah selesai, satu lagi belum,” ucapku kepada pengemudi taksi online yang baik ini.

Kemudian kami menuju ke kantor karantina pelabuhan Makassar bagian validasi, sesudah di stempel bergegas ke bagian tiket Kapal Dharma Kencana VII, lagi-lagi kami harus turun untuk mengambil barang bawaan yang kami titipkan di mobil rental. Kembali naik ke lantai dua menuju ruang tunggu pelabuhan Soekarno Hatta Makassar.

Penantian panjang berlalu, begitu pintu pelabuhan terbuka ratusan penumpang dimana kala itu di dominasi para santriwan-santriwati asal Pondok Pesantren Temboro Magetan Jawa Timur.

Kalau istilah saya tak jauh berbeda dengan “bedhol deso” pasalnya para santri yang ke Temboro tidak hanya anak muda, mulai bayi orok hinga orang tua berbondong-bondong menyerbu Temboro Magetan Jawa Timur.

Ibarat semut hitam, tanpa aba-aba calon penumpang Kapal laut Dharma Kencana menumpah ruang menyesaki kabin kapal yang berukuran raksasa ini.

Kapal pesiar ini pun melaju perlahan meninggalkan pelabuhan Makassar pada 13 Mei 2022.

Selama dua hari satu malam Dharma Kencana VI mengarungi laut lepas, perlahan namun pasti akhirnya sandar juga di Tanjung Perak Surabaya Jawa Timur, pada 15 Mei 2022. Setiba di Perak, kami di jemput adik ipar di Surabaya, selanjutnya diantar ke Terminal Purabaya-Bungurasih mencari Bus tujuan Solo-Jogja. Dan kami memilih menaiki Bus EKA patas AC turun di Ngawi.

(Visited 385 times, 2 visits today)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.