Ada seorang gadis hitam manis tinggal di sebuah kampung, merantau ke Dili untuk mencari pekerjaan. Sudah satu bulan gadis ini belum mendapatkan pekerjaan yang layak baginya karena level pendidikannya hanya SMP kelas 2. Dia berhenti sekolah karena kedua orang tuanya petani dan tidak mendapatkan penghasilan. Si gadis manis ini adalah anak ke 4 dari 8 bersaudara. Umurnya 15 tahun, namanya Solita.
Selama Solita berada di Dili, setiap hari dia selalu mencari pekerjaan yang dia inginkan yaitu mau bekerja di salon kecantikan tapi selalu gagal. Akhirnya dia putus untuk bergabung bersama tante-tantenya yang biasa jual sayur. Lama kelamaan dia merasa nyaman dengan aktivitas ini yaitu membeli produk lokal dari kampung lalu jual lagi di Dili. Omsetnya lumayan besar. Sering kali ia kirim uang buat orang tua dan adik – adik di kampung.
Suatu saat, datanglah seorang pemuda untuk membeli barang dagangan Solita. Mereka saling tawar menawar barang, dan akhirnya timbul rasa simpatik diantara mereka. Saling bertanya nama, tukar nomor hp hingga akhirnya mereka pacaran. Si pemuda ini namanya Lino. Pekerjaan Lino sebagai seorang tukang. Lino berasal dari kecamatan yang berbeda.
Mereka saling mengenal satu sama lain tapi belum sampai sebulan, Lino memutuskan untuk menikahi Solita walaupun Solita merasa belum siap.
Beberapa hari kemudian, Solita ingin pulang kampung untuk membeli barang-barang lokal di kampung seperti umbi-umbian, kacang-kacangan, kelapa, beras kampung, dan juga makanan yang lain. Setelah tiba di kampung, Lino memutuskan untuk ikut juga ke kampungnya Solita. Dia mundur dari pekerjaannya. Akhirnya, tibalah Lino ke rumah kedua orang tua Solita.
Solita merasa takut terhadap kedua orang tuanya. Tapi Lino memberanikan diri bahwa apa pun yang akan terjadi dia sanggup untuk menghadapinya.
Kedua orang tua Solita sempat marah besar sama Solita bersama Lino. Tapi mereka diam saja. Lino pun nekad tidak mau pulang ke rumahnya. Akhirnya mereka hidup bersama sebagai suami istri dan tinggal bersama dengan kedua orang tua Solita. Dengan berjalannya waktu, Solita pun hamil. Maka lahirlah seorang putri namanya Lina.
Hari lepas hari, orang tua Solita menuntut Lino untuk mengundang kedua orang tua Lino berbicara adat sesuai dengan aturan setempat. Sekalian untuk bayar Belis. Tapi karena orang tua dari Lino pun berasal dari keluarga yang sangat kekurangan, maka Lino tidak sanggup dengan permintaan dari orang tua Solita.
Akhirnya, Lino mencari alasan untuk pergi cari pekerjaan kembali ke Dili. Hari demi hari sampai tahun berganti tahun, Lino tidak pernah pulang untuk melihat anak istri. Mereka hanya komunikasi lewat telepon. Terkadang Lino kirim uang untuk putrinya Lina.
Orang tua dari Solita tidak izinkan mereka bertemu. Jika Lino mau datang untuk bawah Solita dan Lina, maka Lino harus bawah datang Belis dulu dalam wujud uang, materi, termasuk hewan peliharaan.
Sampai saat ini nasib dari keluarga ini benar-benar terbengkalai. Anak tidak mendapat kasih sayang utuh dari kedua orang tuanya apa lagi nasib masa depannya. Antara suami dan istri tidak jelas status mereka. Solita ingin nikah lagi tapi takut kehilangan anaknya. Lino mau nikah lagi tapi dia masih mencintai istri dan anaknya. Tapi kenyataannya mereka sudah berpisah bertahun-tahun sejak anak masih balita hingga saat ini anaknya sudah kelas 5 SD.
Semoga orang tua sadar untuk tidak menghambat nasib anak-anak mereka.
Semoga anak-anak juga tidak menikah buru-buru di usia yang masih sangat muda.
Penulis: Elvira Pereira Ximenes