omahku

Letusan Gunung Merapi pada tanggal 5 November 2010 silam masih menyisakan duka yang mendalam bagi para keluarga korban dan masyarakat lainnya yang terdampak. Menurut Badan Nasioanl Penanggulangan Bencana (BNPB) ada 275 korban jiwa dalam bencana alam alam tersebut. Penduduk disekitar lereng Gunung Merapi, tak hanya kehilangan tempat tinggal dan  harta benda namun juga kehilangan banyak hewan ternak. Wedhus Gembel, istilah orang disana untuk awan atau debu panas yang keluar dari perut gunung Merapi, yang kemudian turun melanda apa saja yang ada dilereng gunung Merapi. Sawah, hutan, rumah, kebun, sungai, toko, semua hancur terpanggang oleh awan panas Merapi.

Kerangka hewan ternak Sapi (atau Kerbau) dihalaman depan rumah

Salah satu rumah yang dilanda Wedhus Gembel di lereng Merapi adalah rumah Sarsuadji salah seorang warga, yang kini dijadikan museum mini. Museum yang diberi nama “Omahku Memoriku” kami kunjungi saat ikut Lava Tour Gunung Merapi beberapa waktu lalu. Kami alumni Angkatan 1986 Fakultas Sastra, Universitas Hasanuddin Makassar melasanakan kegiatan jalan jalan ke Solo – Yogyakarta, dan salah satu programnya adalah Lava Tour Gunung Merapi. Ada beberapa obyek atau destinasi wisata yang kami kunjungi selama Lava Tour Merapi ini, salah satunya adalah museum mini “Omahku Memoriku” ini.

Omahku Memoriku atau Rumahku Kenanganku. Rumah ini hancur dilanda awan panas Merapi. Yang tersisa hanya dinding dan beberapa peralatan dan perabotan yang sudah rusak berat bekas terpanggang awan panas (wedhus gembel). Atapnya sudah tidak ada, tapi dibangunkan atap baru yang menurut perkiraan saya, saat akan dijadikan museum mini. Hampir semua benda yang ada dalam rumah tersebut sudah menjadi barang ronsokan, rusak dan tak bisa digunakan lagi.

Buku buku yang tersisa….

Pada bagian depan ada papan petunjuk dalam kaca, dengan tulisan “Galeri Sarsuadji, Omahku Memoriku, oleh Ahmad Athoillah M.A.” Sayang sekali tulisan yang berisi penjelasan tentang rumah kenangan tersebut sudah kabur dan sulit dibaca. Hal ini mungkin disebabkan oleh paparan sinar matahari selama sekian tahun. Gambar dan tulisan yang terkena sinar matahari langsung, lama kelamaan akan buram dan kabur dan akhirnya hilang.

Apa saja yang bisa dilihat didalam museum mini ini. Pada bagian halaman depan, ada kerangka atau tulang belulang hewan ternak sapi atau kerbau yang disusun kembali seperti pajangan kerangka Dinossaurus pada museum museum di luar negeri. Kemudian di teras depan, ada seperangkat alat musik Gamelan yang juga sudah berkarat dan penyok dibeberapa bagian. Di dalam rumah, lantai keramik sudah terbongkar sebagian. Ada rongsokan bekas sepeda, kursi kursi tamu yang tinggal rangkanya saja. Ada juga lemari buku yang hanya menyisakan 2 atau tiga buku yang sebagian sudah terbakar halamannya. Di dapur, ada tabung gas 3 kg yang kecoklatan, periuk dan wajan serta alat masak lainnya juga masih ada.

Foto dokumentasi peristiwa Erupsi Gunung Merapi 2010

Di dalam rumah atau museum mini ini, juga masih tersisa debu atau pasir gunung Merapi yang mungkin sengaja tidak dibersihkan untuk dijadikan display kepada pengunjung. Dindingnya tetap seperti saat habis dilanda awan panas, tanpa dicat ulang. Namun di dinding museum dipajang foto foto dokumentasi saat bencana gunung meletus melanda. Foto foto tersebut adalah karya Boy T. Harjanto, seorang fotografer yang meliput dan mengabadikan momen momen bencana alam tersebut. Ada foto Mbah Maridjan semasa hidupnya, juru kunci gunung Merapi yang juga menjadi korban pada peristiwa tersebut. Ada foto para tim penyelamat baik TNI maupun SAR dan kelompok lainnya. Ada foto hewan ternak yang bergelimpangan dengan tubuh hangus setelah dilanda awan panas.

Jam Dinding yang meleleh…

Ada jam dinding yang meleleh namun jarum jam masih menunjukkan waktu pukul 12.15 yang merupakan waktu saat abu panas Merapi melanda rumah tersebut dan menghentikan waktunya (jarum jam dan mesin jamnya). Diatas jam dinding tertulis “The Moment time of eruption 5 Nov 2010”. Menyaksikan jam dinding tersebut membuat kita merasa kembali ke masa terjadinya erupsi Merapi saat awan panas melanda dan menghentikan dan menghancurkan semua yang dilaluinya.

Teman teman Alumni Sastra 86 di dalam Museum Mini “Omahku Memoriku”

Museum mini di lereng Merapi ini masuk kategori obyek wisata kelam atau Dark Tourism, karena museum ini menyimpan sisa sisa harta dari seorang warga yang menjadi korban letusan gunung Merapi. Ada duka dan derita yang tersimpan dalam rumah ini, dan para pengunjung dapat pula merasakan dan memahami betapa besar dampak erupsi Merapi ini. Para pengunjung museum diharapkan akan memiliki rasa siap siaga dalam menghadapi bencana alam yang bisa terjadi kapan saja.

Ketika rombongan kami pulang, kami melewati satu lagi museum yang diberi nama “Museum Sisa Hartaku” tidak terlalu jauh dari museum “Omahku Memoriku”. Di lereng Merapi juga ada petilasan Mbah Maridjan, namum kami paket tour yang kami ambil ternyata tidak sampai kesana namun cukup banyak obyek wisata yang kami kunjungi yang seru. Unforgettable moment in Yogyakarta.

Alamat Museum Mini “Omahku Memoriku” : dusun Petung, kampung Kepuharjo, Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.

Tentang Wisata Kelam atau Dark Tourism, pernah saya tulis di https://bengkelnarasi.com/2021/11/15/wisata-kelam-dark-tourism-yang-juga-populer/

Foto: koleksi pribadi.  

tt
(Visited 251 times, 2 visits today)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.