Oleh: Nurhaya Nurdin (Dosen Fakultas Keperawatan UNHAS dan Penyintas Epilepsi)
Di tengah era digital yang mewabah seperti saat ini, informasi kesehatan berkembang dengan pesat, namun keakuratan dan kualitasnya sering kali terabaikan. Pada kasus diabetes, sebuah penyakit kronis yang memengaruhi jutaan orang di seluruh dunia, kualitas informasi menjadi krusial.
Pasien diabetes tidak hanya perlu memahami apa itu diabetes, tapi juga cara mengelola kehidupan sehari-hari mereka dengan penyakit ini.
Sayangnya, banyak pasien diabetes menerima informasi yang membingungkan atau bahkan salah. Studi terbaru menunjukkan bahwa salah pemahaman tentang pengelolaan diabetes bisa memperburuk kondisi pasien. Hal ini tidak boleh terjadi di era yang informasi dapat diakses dengan mudah seperti saat ini. Diperlukan sumber informasi yang dapat diandalkan untuk membantu pasien mengelola diabetes mereka secara efektif.
Pasien sering kali merasa kewalahan dengan jumlah informasi yang kontradiktif yang mereka terima baik dari internet maupun dari tenaga kesehatan. Hal ini membuat mereka kesulitan untuk mengidentifikasi mana informasi yang akurat dan terpercaya. Ketiadaan standarisasi dalam penyajian informasi kesehatan diabetes menjadi salah satu akar masalah utama.
Berbagai inisiatif telah diluncurkan untuk mengatasi masalah ini. Organisasi kesehatan seperti WHO telah mengembangkan pedoman dan program untuk meningkatkan literasi kesehatan di kalangan pasien diabetes. Di beberapa negara, program pelatihan bagi penyedia layanan kesehatan juga telah diperkenalkan untuk memastikan bahwa informasi yang diberikan kepada pasien adalah akurat dan terbaru.
Namun, inisiatif tersebut masih belum cukup. Kita memerlukan strategi yang lebih terintegrasi dan menyeluruh. Media massa dapat berperan aktif dalam menyebarkan informasi yang terverifikasi, sementara organisasi kesehatan harus terus mengupdate materi edukasi mereka dengan data terkini dan penelitian yang relevan. Kolaborasi antara dokter, ahli nutrisi, dan pendidik diabetes juga perlu ditingkatkan untuk menyediakan pendidikan kesehatan yang komprehensif kepada pasien.
Salah satu strategi terbaik adalah penggunaan teknologi untuk personalisasi pendidikan kesehatan. Aplikasi mobile dan platform online bisa dirancang untuk memberikan informasi dan saran yang disesuaikan dengan kebutuhan individu. Ini akan membantu pasien diabetes merasa lebih terlibat dan mampu mengambil kendali atas kesehatan mereka sendiri.
Keikutsertaan pasien juga sangat penting. Mereka harus didorong untuk aktif bertanya dan berdiskusi dengan penyedia layanan kesehatan mereka untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang kondisi mereka. Ini tidak hanya meningkatkan pengetahuan mereka, tapi juga membangun hubungan kepercayaan antara pasien dan dokter.
Tantangan untuk meningkatkan literasi kesehatan di kalangan pasien diabetes memang besar, namun tidak mustahil untuk diatasi. Dengan strategi yang tepat dan kolaborasi yang efektif antar berbagai pemangku kepentingan, kita dapat menyediakan informasi yang tidak hanya mudah diakses tapi juga mudah dipahami oleh semua pasien diabetes.
Melalui peningkatan akses terhadap informasi yang berkualitas, kita tidak hanya membantu pasien mengelola penyakit mereka tetapi juga memberikan mereka kekuatan untuk membuat keputusan kesehatan yang lebih baik. Ini adalah langkah besar dalam perjuangan melawan diabetes, penyakit yang terus berkembang keberadaannya namun banyak diantaranya masih dapat dikendalikan, jika tidak sepenuhnya dihindari.