Rasa kehilangan kini di rasakan oleh para umat pengagummu di Timor-Leste lebih-lebih Umat katolik yang pernah mengenal dirimu sejak zaman Indonesia hingga detik usai nafas Romo Aguedo Palomo SDB meskipun sedikit waktu pada kebersamaan kita.
Kota Lospalos adalah salah satu ibu kota kabupaten Lautem sejak Timor-Leste masih bernama Timor-Timur dan menjadi bagian negara Indonesia. Di kota inilah aku mengenal Romo Palomo secara dekat selain di kecamatan Iliomar. Waktu ketika pertama kali bertugas di Paroki Lospalos Romo baru beberpa tahun di Timor-Leste. Terkadang berbicara bahasa Tetum susah baginya hingga bahasa Indonesia dan di kota inilah aku serta umat katolik lainnya mengenal beliau.
Sedikit cerita yang masih aku kenang hingga detik ini saat aku mengenal Romo Palomo adalah pecinta umat yang sejati mulai dari anak-anak hingga para orang tua-tua. Masih teringat jelas pesan pastor padaku kala itu.
Lospalos ibu kota Lautem merupakan kota yang memiliki luas daratan dari pada penggunungan. Di kota itu ada sebuah aturan yang bebeda dengan aturan bagi anak sekolah di Distrik lainnya kala itu.
Di sinilah ceritaku mengenal Romo Palomo bermula. Suatu hari ia pergi melakukan misa di Iliomar (Sub- Distrik) Terkadang pula bukan hanya misa melainkan mengajar di SMPK João Paulo II Iliomar. Keakraban yang begitu erat dengan umat katolik di Iliomar hingga aku jadi murid pindahan di kota Lospalos.
Dulu di kota Lospalos setiap hari Jumat ada aturan khusus di mana anak-anak sekolah mulai dari SD hingga SMA diwajibkan untuk mengikuti Misa bagi anak-anak sekolah sebagai penguatan iman bagi semua anak sekolah di sekolah yang ada di kota Lospalos. Dapat dikatakan sebagai sebuah aturan toleransi beragama. Murid-Murid agama Islam wajib ke Masjid, Murid katolik ikut misa di gereja Lospalos. Namun sebelum misa berlangsung semua murid SD dari tiap-tiap sekolah di didik dan dilatih untuk bernyanyi dan bercerita serta mendengar ceramah dari para romo khusunya pada masa Romo Palomo. Sosok romo yang masih sangat muda kala itu. Namun, memiliki jiwa yang penuh semangat membara dari benaknya.
Kegiatan pagi untuk anak-anak SD dari seluruh SD yang ada di kota Lospalos. Di sore hari kegiatan untuk murid dari seluruh SMP dan SMA yang ada di kota Lospalos serta misa bersama. Sedangkan murid agama Kristen dan Hindu pun melakukan doa pada tempat ibadah masing-masing.
Toleransi umat beragama yang begitu teratur di setiap hari jumat sangat terasa hingga detik ini masih terasa bahkan teringat kembali oleh umat katolik special murid-murid dari berbagai sekolah di era Romo Palomo juga Romo Agustinho.
Suatu ketika usai kegiatan dan misa. Aku lupa payungku entah hilang di mana kala itu. Di dalam Gereja atau di Asrama anak Yatim Piatu saat mendegar ceramah dengan tujuan penguatan iman di usia dini bagi anak sekolah kala itu.
Aku mondar mandir mencari payung itu usai misa. Aku ke asrama anak Yatim juga tidak ada. Mondar-mandir aku mencari payung itu di lingkungan Gereja tapi selalu saja tidak ada. Masuk lagi ke Gereja cek juga sudah tidak ada. Temanku Apia sudah capek akhirnya dia pulang. Aku pikir aku ke rumah tidak bawa payung terus di tanya sama ibu atau bapak gimana? Takut kalau Bapak sudah marah lidah keluar pasti aku di habok.
Akhirnya aku mencari sendiri di lingkungan Gereja, tiba-tiba Romo Palomo panggil aku dan bertanya nak kamu cari apa? Aku malu bercampur rasa takut memikirkan bagaimana caranya aku akan menjelaskan pada ayah dan ibu. Namun, aku mencoba menjawabnya, aku sedang mencari payungku yang hilang romo. Ia memanggilku dan berkata, sudah dapatkah payungmu yang kau cari? Belum Romo, sekarang aku takut kalau pulang payung tidak ada, ayah dan ibu pasti marah. Kalau sudah hilang berarti Tuhan telah memberikan kepada kawanmu yang tidak memiliki payung nak, jadi pulanglah dan jujurlah pada ayah dan ibumu jika payungku sudah hilang, ujar Romo Palomo.
Aku baru mengerti arti kata jujur. Baik tapi kalau ayah pukul aku gimana? Larilah ke Romo, ayah pasti akan mencari kamu setelah memukul kamu nak, kata Pastor. Aku takut. Sambil dia memanggilku dan memegang tanganku lalu berkata kepadaku, Nak kamu percaya Tuhan atau tidak? Percaya romo tapi aku juga bisa marah sama Tuhan! Kenapa? kata Romo Palomo, kenapa dia kasih lagi payungku ke kawan yang lain? Romo yang tadi bilang to ujarku.
Hahaha Okey kamu anak pintar, aku yakin kamu akan sukses suatu hari karena kamu percaya Tuhan. Aku lalu mencium tangan Romo dan berterima kasih pada romo karena telah memotivasiku hingga hilanglah rasa takutku. Bekal bagiku dari romo Palomo kala itu adalah tentang seberapa banyak aku percaya Tuhan dan aku harus jujur pada ayah dan ibu. Suara dan senyum Romo selalu saja aku ingat dan akan menjadi kenangan sepanjang masa dalam hidupku.
Terima kasih Romo Palomo, semoga engkau di terima di sisi Tuhan. Selamat berpulang Pastor Kesayanganku.
Edisi Special, 050924, buat Romo Palomo, SDB.