Di Fatumaka yang suci dan penuh harapan,
Kaki kami melangkah menuju altar keabadian.
Aku dan kedua orang tuaku berdiam penuh syukur,
Di bawah naungan rumah Tuhan yang teduh dan makmur.

Bunda Maria Auxiliadora, kami bersujud mesra,
Dalam lindungan-Mu, hilanglah segala lara.
Di dalam dinding batu yang sunyi dan khidmat,
Hati kami bersatu dalam cinta yang hangat.

Dengan doa tulus dan harapan yang mengalir,
Kami memohon perlindungan dalam naungan kudus-Mu yang mahir.
Kedua orang tuaku di sisi, bagaikan pelita terang,
Memberi arah dan damai, membawa hati tenang.

Angin Fatumaka berbisik lembut di antara dedaunan,
Seolah mengantar doa kami menuju langit keheningan.
Di hadapan altar, segala beban lebur dalam iman,
Bersama mereka, aku temukan kekuatan.

Bunda Maria, pelindung yang setia dan lembut,
Berikan berkah-Mu, jalin kasih kami makin kukuh.
Di tempat kudus ini, teduh kami dalam damai,
Merajut syukur pada Tuhan yang tak pernah surut sampai akhir hayat.

Dalam gereja suci ini, kami berteduh bersama,
Orang tua dan anak, dalam dekapan surga.
Santuário Fatumaka menjadi saksi abadi,
Kasih yang mengalir dari Bunda Ilahi, yang tak pernah berhenti.

by profa Elvira’24

(Visited 17 times, 1 visits today)
Avatar photo

By Elvira P. Ximenes

Elemen KPKers Dili TL, telah menyumbangkan puluhan tulisan berupa, artikel, cerpen, dan puisi ke BN, dengan motonya, "Mengukir makna dalam setiap kalimat, menghidupkan dunia dalam setiap paragraf", pingin jadi penulis mengikuti jejak para penulis senior lainnya di Indonesia.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.