Wahai pahlawanku 12 november 1991. Namamu selalu tenar seantero dunia. Di kala nyawamu melayang membela tanah air tercinta Timor Leste.
Suaramu menggema di pelataran kota Dili. Menyerukan suara kemerdekaan di tengah serigala ganas. Yang telah siap memangsamu.
Kau lapangkan dadamu, tegapkan langkahmu menuju Santa Cruz. Meneriaki yel-yel viva Timor Leste, viva Xanana Gusmão. Menyerukan pada dunia, bahwa kau masih hidup.
Hidup dalam mempertahankan kemerdekaan. Di era sang diktator. Kau dicaplok, ditembaki, dipenjarakan. Kau tak peduli. Yang penting tujuan anak negeri ini tercapai.
Perjuanganmu ditutupi oleh sang diktator, bagi dunia. Mengelabui mata dunia dengan integrasi. Benih-benih kemerdekaan selalu dibasmi. Semakin dibasmi semakin subur dimana-mana.
Perjuaganmu membuka mata dunia. Menyudutkan sang diktator. Dunia membuka kedoknya. Lewat karya Sang Pahlawan Jurnalist Max Stall.
Perjuangan tunas muda di zamanmu hanya satu. Membebaskan anak negeri ini. Dari penindasan sang diktator.
Perjuangan tunas muda masa kini. Melanjutkan perjuanganmu. Lewat karya-karyanya dalam literasi. Mengisi era kemerdekaan dengan pembangunan.
Terimakasih pahlawanku 12 november. Kini telah berselang tiga puluh tiga tahun silam. Kematianmu menjadi kehidupanku. Kesengsaraanmu menjadi kebahagiaanku. Di era kemerdekaan ini.
By prof.EdoSantos’24