Oleh Dev Seixas’25
Terus berjuang adalah usahaku Art. Hingga bulan Desember sejak awal tak ingin lagi berkomunikasi dengan Yano. Tidak berjuang untuk memblok karena usaha itu tetap saja gagal. Cukup hubungan kami anggap special ini harus berakhir karena aku tak ingin lagi ada relasi dengan Yano. Yano bukan pria baik lagi seperti yang aku kenal sejak awal. Lima tahun telah berlalu, aku tak ingin lagi mengingat siapa dia.
Tiba -tiba pada minggu pertama Yano mencoba untuk chat lagi ke WA aku. Aku tidak membaca apalagi membalas karena aku sadar kami memiliki khimestri yang cukup kuat. Sudah hampir Satu setengah bulan Art tak ingin lagi berkomunikasi dengan Yano. Tak ingin lagi mengingat siapa Yano Karena tidak terlalu penting lagi, yang ada di otaknya cuma masa depan.
Menjelang Natal HP aku terjatuh. Tidak Ada pesan lagi yang mampu Aku baca karena SIM cardku tak di pakai lagi. Akhirnya moment natal pun berlalu hingga tanggal 25 siang kami masih harus refreshing bersama keluarga ke pantai. Pulang dari pantai aku masih tidur di rumah kakak karena rumah terasa sepi.
Tepatnya pagi 26 /12/2024 aku langsung hendak ke rumah. Berjalan tanpa membawa apa-apa dari jarak yang agak jauh menuju puncak, yang letaknya tak jauh dari tempat tinggalku. Berjalan hendak menuju ke puncak agak capek sangat terasa, tapi aku harus berjuang untuk tiba di puncak. Ketika tiba di puncak aku masih tarik nafas panjang, tiba-tiba aku terkejut di atas puncak di tengah perjalanan.
Pagi Art….Yano kemana kamu? Aku tadi ke rumah Art, tapi Art tidak ada, akhirnya aku balik; eh tidak menyangka saja kita ketemuan. Dengan menarik nafas panjang aku mau membalas dalam Yano yang terjadi Yano langsung berjalan menuju ke arahku tanpa ijin langsung memeluk dan menciumku, Art selamat hari raya Natal.
Aku tidak tahu lagi harus bertindak bagaimana, sedangkan hanya kami berdua di atas puncak bukit. Akhirnya aku benar-benar berjuang untuk menghindarinya. Sambil berdiri Yano kembali menatapku dengan tatapan yang penuh makna. Art tadi aku ke rumah, kata putra Art bahwa, bunda ngak ada di rumah. Aku masih rasa capek, akhirnya aku berkata yaap Yano kamu tahukan kondisi aku.
Sekarang kamu sudah lihat sendiri kenyataan gimana rasanya kamu jadi aku. Yano hanya diam. Aku lalu berkata mau pulang atau ke rumah minum dulu. Ia langsung berkata ke rumah. Karena di tanganku ada pepaya, Yano langsung berkata, sini aku angkat buahnya. Thanks ya! Sambil kami berjalan menuju ke rumah. Setiba di rumah putraku pamit hendak ke satu tempat. Usai itu hanya aku dan Yano. Yano bertanya mengapa aku sms kamu tidak pernah balas. Sorry ya karena HPku rusak, ujarku. Ohh gitu ya.
Tak lama ia berkata aku mau ke toilet. Ya silakan. Balik dari toilet aku pun sudah menyediakan kopi dan kue kering untuk Yano. Kami duduk di teras rumah. Tak menyangka saja, akhirnya usai minum aku menjelaskan pada Yano. Yan…aku mau hubungan ini harus berakhir dalam tahun ini dan aku tidak mau melihat kamu datang lagi ke rumahku Yano. Hehehe kalau Aku tidak mau, kamu mau buat apa ke aku? jawab Yano.
Sambil minum kopi Yano berkata jika dia ingin makan buah pepaya. Aku respect sebagai teman karena sudah tidak ada rasa sama sekali. Yano masih duduk sambil minum aku langsung berlalu ke dapur untuk bisa membawa buah yang diminta oleh Yano.
Tidak tahu tiba -tiba Yano sudah duduk di teras dan berkata, jika dia merasa tidak enak karena ada tetangga sedang berlalu lalang. Aku terseyum melihat karakter Yano. Usai membersihkan buah pepaya aku membawa ke meja dimana Yano sedang duduk.
Sambil menatap aku Yano ucapin terima kasih. Aku duduk dan masih menemani Yano. Aku menjelaskan pada Yano. Yan, aku mohon padamu jangan pernah berharap lebih lagi. Aku hanya mau kita jadi teman dan lupakan relasi special lima tahun lalu, sejak dua tahun kita chat dan tiga tahun kita melewati rasa romantis ini. Yano aku tahu sulit kita menghindarinya bahkan melupakan moment itu, tapi kita harus belajar mengikhlaskan pada waktu.
Tidak Art, ujar Yano. Aku Tidak tahu harus menjelasakan dengan cara apa karena aku tidak harus hidup terus menerus seperti itu. Akhirnya aku mencoba berjalan menuju dapur entah kenapa, Yano tiba-tiba mengikuti aku, tanpa ijin ia merasa aku adalah seorang yang begitu berharga baginya.
Yaap langsung memelukku. Aku anggap relasi itu sudah tidak berharga lagi seperti hari-hari sebelumnya sejak lima tahun lalu. Aku merasa pelukan Yano tak ada lagi artinya buat aku. Aku benar-benar melihat Yano seperti orang lain yang tidak pernah aku kenal seperti awal mula.
Aku langsung marah dan melepaskan pelukan itu. Yano langsung tersingung. Kenapa Art, kamu mulai berbeda? Tanya Yano. Aku tetap aku Yano, aku mau kamu mencintai anak dan istrimu. Tiba -tiba Yano menceritakan sebuah kisah, jika dia telah menghamili seorang wanita yang berasal dari daerah mereka.
Aku hanya anggap semua itu lelucon saja, karena Aku tidak butuh dengar kisahnya. Aku tahu caranya agar menghilankan konsentrasiku. Kadang aku pikir, aku butuh teman hidup tapi bukan Yano yang Aku impikan dalam hidup. Diak adalah pria gila yang aku kenal dalam hidupku. Setelah bercerita kisahnya Aku bukan mengusirnya tapi aku mengajaknya untuk pulang ke rumahnya.
Yano sengaja menjawab ya. Tiba-tiba Yano membawa gelas ke tempat. Ia tidak balik-balik akhirnya aku memanggil. Yano terus saja tidak menjawab. Karakter Yano sungguh membuat aku takut. Aku mengira sesuatu telah terjadi padanya. Aku langsung berlari ke arah dapur, yang kutemukan justru Yano tak ada di dapur. Aku baru balik badan untuk masuk ke kamar, setelah itu justru Yano langsung mendekap erat tubuhku dengan gairah yang makin membara.
Yano tolong lepaskan aku please. Aku langsung menangis di pelukan Yano. Boleh tidak kita berhenti dan akhirnya semuanya Yano, please mengerti aku Yano. Tidak Art kita akan terus begini sampai maut memisahkan kita Art, ujar Yano. Please lepaskaan aku Yano. Justru bukannya Yano melepaskan aku melainkan Ia terus memelukku erat-erat dan menciun sekujur tubuhku meskipun Ia melihat air mataku sedang berlinan di hadapannya.
Aku justru berharap Yano bisa melepaskan tubuhku. Namun, aku makin lemah di hadapan Yano entah mengapa khemistri yang begitu kuat tetap terjaling ketika kami bertemu. Hari itu aku mengemis dengan Yano, agar tidak terjadi apa-apa meskipun aku sudah berada di dekapannya, Yano tapi tetap saja terjadi kejadian seperti hari-hari sebelumnya. Yano tahu meskipun aku Ingin menghidarinya, karena dia juga merasakan apa yang aku rasakan bermasalah, bahkan sebaliknya. Terjadi lagi hubungan romantis pada pada tanggal 26/12/ 2024.
Usai kami menikmati rasa itu, Yano langsung memeluk aku serta mengecup keningku sambil berkata Art aku mau lanjut kuliah apa kamu setujuh? Ya tentu bahkan jauh lebih baik, agar kamu biasa menjadi pria yang berwawasan dari pada primitif pemikiran, yang nantinya akan dapat merusak seluruh ragamu.
Jadi kamu setujuh ya Art? Yaap setuju bangat Yano, itu yang selama ini aku harapkan dari kamu belajar itu penting. Tapi kalau ada tugas, apa anda bisa membantuku? Tentu bisa Yano, sambil kami kembali ke ruang tamu dan berbincang seadanya.
Aku rasa Yano kamu butuh belajar banyak, karena selama lima tahun aku mengenal kamu, pikiran kamu begitu primtif. Buktinya ketika aku menyadarkan kamu untuk menjauhi diriku untuk selamanya kamu tetap saja keras kepala. Yano terseyum sambil memelukku, Art jujur, aku tidak tahu mengapa aku tidak bisa move on dari kamu.
Ya karena kamu memperlakukan aku seperti wanita di luar sana, dimana kau jadikan sebagai tempat pelampisan nafsu birahimu bukan? Itu hanya pikiran Kamu Art, bukan pikiranku. Kamu tetap berbeda dengan semua wanita yang aku kenal sepanjang aku masih bernafas Art, ujar Yano. Art kalau ada tugas aku kontak ya. Aku bingung kenapa Yano malahan manja ke aku bukan istri sahnya ya!
Jujur Art kamu bisa minta hal lain tapi meminta untuk mengakhiri hubungan kita aku tetap tidak mau, karena aku juga tidak tahu saja, sebab kamu wanita yang memiliki perbedaan definisi di antara jutaan wanita yang aku kenal dalam hidupku Art.
Jujur Yano, aku sebenarnya terkejut jika ada salah seorang teman remajaku yang mencoba memberikan nasehati ke aku Yano, agar aku bisa fokus pada karir, juga anak-anakku. Aku pikir nasehatnya begitu berharga buat aku, tapi jika cintamu lebih produktif maka aku hanya pasrahkan semua pada Tuhan yang mengambil keputusan bagi relasi gila ini
bersambung….