Terasa percaya diri, namun nampak insecure (tidak aman), terasa kuat namun nampak lemah, terasa bahagia namun nampak menderita. Itulah manusia, sosok luar biasa dengan segudang kekurangan yang juga luar biasa. Pernahkah kita berpikir mengapa hal – hal tersebut terjadi? bahasa anak zaman sekarang adalah hal – hal receh, ada lagi yang menyebutnya : “Kenapa sih harus bohong dengan hal – hal kecil kaya gini”. Kutipan tersebut sebetulnya bisa dikaitkan dengan berbagai hal. Dalam hal ini pada manusia yang syarat akan berbagai hal yang bisa kita sebut sebagai kekurangan atau justru sebagai keunikan.
Dalam dualisme sudut pandang pada manusia yaitu dari sisi kekurangan maupun kelebihan/keunikan muncullah kata sempurna namun tidak sempurna. Mengapa hal ini bisa terjadi? bukankah manusia diciptakan Allah sebagai makhluk yang sempurna? lantas dari mana sebutan sempurna?apa alasannya manusia dikatakan sempurna?. Manusia dikatakan sempurna karena Allah membekali manusia dengan akal, berbeda dengan hewan yang tidak diberi akal. Apa fungsi akal tersebut? fungsi akal itu adalah supaya manusia bisa berpikir. Berpikir dari hal yang tidak baik dan baik, berpikir dari hal yang mudharat dan manfaat, berpikir untuk bisa merancang, membangun, dan banyak berbuat kebenaran. Sebagaimana salah satu Firman Allah mengatakan bahwa : ” Dalam penciptaan langit dan bumi, serta silih bergantinya siang dan malam, terdapat tanda-tanda bagi orang yang berakal”. Kata berpikir atau berakal sering disebut oleh Allah SWT.
Selain karena dibekali akal, manusia pun dibekali nafsu. Itulah yang membedakan manusia dengan Malaikat. Mengapa manusia dibekali nafsu? supaya manusia memiliki rangsangan semangat untuk meraih sesuatu yang positif. tidak kehilangan harapan, dan tidak selalu menuruti terhadap hal yang tidak baik. Sedangkan Malaikat tidak memiliki nafsu, karena Malaikat tidak menempati bumi seperti manusia, yang mana Allah katakan akan banyak tantangan dan ujian yang harus dilewati manusia. Di dalam bentuk penciptaannya, manusia diciptakan sempurna dengan memiliki jiwa sebagai isi dalam manusia dan raga sebagai alat penggerak manusia dalam tugas – tugasnya sebagai khalifah (pemimpin) di muka bumi.
Saat manusia diciptakan dengan begitu sempurnanya, lantas mengapa manusia tidak sempurna?. Manusia tidak sempurna bukan tanpa sebab, akan tetapi Allah ingin agar manusia selalu bersikap tawadhu (rendah hati), tidak boleh sombong, jika pun harus sombong, yang patut sombong hanyalah Allah SWT. Alasan lain adalah supaya manusia tahu batasan/ mawas diri terhadap Allah SWT bahwa status manusia hanyalah seorang hamba (seperti yang dikatakan wali band). Sehebat apa pun manusia, tidak akan bisa menerjang batasan yang sudah diciptakan Allah, Jika manusia hebat, tidak akan mati (meninggal dunia). Namun faktanya manusia dapat meninggal dunia, bahkan dengan penyakit keras.
Masih dalam ketidaksempurnaannya, di dalam hubungan dengan manusia lainnya, Allah menginginkan supaya manusia menghargai keragaman, dalam istilah antropologi dan filsafat ilmu muncullah sebutan manusia sebagai makhluk sosial. Sebagai makhluk sosial artinya manusia selalu membutuhkan orang lain. Ada yang pandai Fisika tetapi lemah di Bahasa Indonesia, ada yang pandai merancang bangunan tetapi sulit mengimplementasikan, dan sebaliknya. Lagi dan lagi agar manusia tidak sombong. Lemah loh manusia itu, yang memberikan kekuatan hanyalah Allah SWT.
Sehingga dalam menjalani hidupnya manusia selalu membutuhkan Allah sebagai penopang, pemberi petunjuk, bahkan tempat mengadu. Semua yang terjadi di dunia ini, dengan kesempurnaan manusia namun tidak sempurna adalah supaya manusia dapat belajar dari dilahirkan hingga kembali ke tanah, semuanya adalah belajar. Bahkan Baginda Rasulallah SAW ketika mendapat wahyu yang pertama dari Allah melalui Malaikat Jibril adalah disuruh belajar. Iqro’ (BACALAH) makna bacalah pada surat al – alaq tersebut dapat bermakna denotatif (makna yang sebenarnya) dan konotatif (makna yang tidak sebenarnya). Makna sebenarnya adalah memang disuruh membaca, sedangkan makna tidak sebenarnya/luas bisa bermakna belajar, lakukan segala sesuatu dengan akal, aturlah segala sesuatunya, kondisikanlah, pimpinlah dunia ini.
Wahai manusia, marilah menjadi manusia yang banyak berbuat kebajikan dengan menyadari kesempurnaan dan ketidaksempurnaan yang kita miliki.
