Karya Dev Seixas 1125

Suatu ketika aku terliliti banyak hutang, karena terjerumus dalam jebakan orang itu yang aku tahu kala itu. Saat terliliti hutang yang aku pikir sanak saudara dan keluarga bisa membantuku kala itu. Akan tetapi fakta yang aku dapatkan justru terbalik dari apa yang aku pikirkan.

Aku tidak mengira bahkan berpikir jika saat itu aku bisa membantu orang yang butuh bantuanku melalui pria yang aku anggap cinta sejatiku. Ia meminta pinjaman dana sebanyak yang mereka butuhkan dengan alasan demi membangun negara ini dengan membuat stadiun bola di sebuah distrik.

Di pikiranku apabila aku membantu bukan masalah persen yang bakalan aku dapatkan itu yang utama, tapi orang itu adalah keponakan tante yang memelihara pria yang menikahi diriku alias mantan suamiku.

Usai mengambil dana ia tak lagi mau membayar bunganya dan hanya duduk memerintah suamimu dan suamiku mengajak aku untuk mengambil dana yang lain agar menyelesaikan masalahnya dulu karena kata orang tersebut mereka masih menunggu datangnya uang yang akan di kirim dari Australia.

Terus menunggu aku Justru jadi korban ketika aku mempelajari seluk-beluk orang-orang tersebut adalah Mafia Psikologi dimana mereka akan mencari tahu informasi, dari orang-orang siapa saja yang memiliki modal mereka akan memakai cara untuk mengambilnya dengan upaya bahwa demi membangun negara ini.

Pada tiga bulan pertama aku masih bantu mengambil dana dari pihak lain, untuk membantunya tapi bulan berikutnya aku sudah kapok. Namun karena terus di intimidasi aku harus ambil dari satu tempat ke tempat lain, demi menutupi bunga dari dana pinjaman karena aku pikir mereka adalah orang baik.

Ternyata bukan hanya mereka tapi ada label tertentu yang sedang memasang produk ide untuk memanipulasiku. Aku jadi terjebak kala itu. Nama baikku hancur bahkan orang-orang semua menyangkalku lebih-lebih orang-orang yang dulu, aku kasih makan dalam piringku dan tinggal bersamaku selama bertahun-tahun.

Adik-adikku satu persatu meninggalkan aku hingga rumah yang dulu seperti universitas atau asrama sosial, berubah jadi lian kubur. Hanya aku dan ketiga anakku Kiki, Jack dan Mona serta suamiku. Tiba-tiba hadir lagi Zeca dan Nora mereka adalah keponakanku dari kakak-kakak aku.

Mau menolak karena jujur kami hanya makan nasi kering tiap hari, tapi hati kecilku masih benar-benar hati seorang manusia yang dapat didikan dari ayah dan ibu. Selalu tersenyum dan menyebut tanpa berpikir mau kasih makan apa, karena aku harus terus berbuat baik. Sesuai dengan ajaran ayahku yang orang sebut sebagai anak haram, karena ia tak memiliki ayah atau merasakan kasih sayang ayah kandung tapi justru mendidik kami supaya tahu mencintai orang lain.

Kami tetap menerima dan menanamkan benih kebaikan. Orang-orang yang menjadikanku buah bibir di mana-mana. Aku sudah rapuh entah mengapa, lalu aku bertanya dalam hati, jika membantu orang itu salah, mengapa masih ada sopan-santun? mengapa masih ada etika dan moral? mengaoa masih ada agama yang berbicara tentang kebaikan?

Aku bingung salah apa aku akhirnya aku dimanipulasi dan akhlak baikku di monopoli, oleh orang-orang hina! Lalu aku berserah pada Tuhan agar terus menguatkanku dalam segala hal demi bisa menyelesaikan masalah hutang-piutang itu.

Semua orang-orang di sekelilingku menjadikanku sebagai objek pembicaraan dan aku justru heran, apa ini yang orang sebut sebagai habis manis sepah dibuang, atau masih ada lagi kata-kata lain yang lebih asyik di dengar dan di baca.

Waktu terus berjalan pada akhirnya aku sadar tidak semua makanan dan minuman manis yang kita berikan ke orang lain, akan mendapatkan balasan dengan rasa manis yang sama, karena rasa makanan dan minuman manis itu realitasnya sama, tapi yang mengkonsumsi itu bukan orang yang sama.

Selama lima tahun aku jadi buah bibir orang dari luar pintu rumah serta dari jendela kamar dimana aku berbaring di tempat tidur sambil memikirkan solusi, gimana caranya aku bisa bangkit.

Tiba-tiba ada yang datang berteriak lagi, akhirnya hal paling menyakitkan bukan dari orang lain melainkan saudara kandungmu yang sudah pura-pura tak mengenal kamu atau tak ingin namamu di sebut oleh orang lain di matanya, karena menurut mereka kita orang yang tak mampu lagi untuk bangkit. Saat itulah aku mulai sadar, satu hal meskipun fisikku rapuh aku bahkan sakit dari dalam yang tak di ketahui oleh siapapun.

Tiba-tiba aku melihat bayangan Tuhan Yesus Kristus melalui positingan seseorang lewat status. Aku mencoba berpikir apakah aku sekarang ada di posisi Engkau, saat Engkau di tangkap demi kesalahan orang lain semua orang menjauh darimu, bahkan meninggalkan Engkau seorang diri. Apakah aku kini berada di posisiMu ya Tuhan Yesus Kristus. Diam sejenak, aku mulai berpikir lagi. Ke esokan harinya benar ya aku kok sama kayak kisah Yesus Kristus. Saat kamu Yesus melakukan kebaikan para murid bahkan orang-orang yang mengenalMu menyebut Yesus dengan nama Guru, Raja atau Rabi. Namun ketika Yesus di tangkap justru yang menyangkal pertama adalah murid kesayangannya yakni Petrus.

Selain berpikir badai dahsyat itu terus datang menghantui hidupku. Lalu suatu ketika aku duduk sambil menyalakan lilin dan mengitari diriku sambil aku berdoa, salah apakah aku terhadap Engkau?

Lalu aku baca injil dimana ada sebuah kalimat yang membuat aku tersadar, bahwa Tuhan mampu menguji iman kita lewat orang lain. Aku mulai memeluk diriku dengan perasaan haru untuk membuang jauh-jauh perasaan marah pada mereka, yang telah memonopoli kehidupanku. Tiba-tiba aku mengalihkan perhatianku untuk membaca Injil. Aku temukan lagi kata-kata, “ketika anda bersahabat dengan dunia maka anda akan bermusuhan dengan Tuhan dan sebaliknya“.

Perlahan-lahan waktu telah mendidikku menjadi sadar. Sudah hampir sadar aku justru hidup lagi dengan sebuah masalah yang beda versi lagi. Bingun aku, apa Tuhan lebih sayang ke aku, daripada orang lain atau Tuhan memang sedang ada mood untuk mengujiku sepanjang sejarahku?

Pakaianku di robek semua entah apa yang terjadi akhirnya bukan harga diriku atau nama baikku yang di injak-injak dan dijadikan buah bibir oleh keluarga, tetanga bahkan orang lain, melainkan semua pakaian yang ketika kita mati, menjadi kain kafan pun dijadikan sampah oleh mantan suamiku.

Lalu di situlah mulai datang cahaya kehidupan baru dari Tuhan, lewat jaringan internet melalui teman SD yang sejujurnya bukan teman terbaikku melainkan musuh terbaikku.

Ia datang bukan lagi di posisi musuh kecilku dulu namun, ia datang dan menyapaku melalui rangkaian kata lalu mengakui kebaikan yang pernah aku lakukan baginya ketika EBTANAS, membuatku harus meneteskan air mata, hingga meninggalkan semua jejak luka, dan bangkit pada masa itu.

Sebuah penyembuhan yang terjadi atas diriku melalui ucapan kata-kata, dimana ia berkata bahwa ada seorang wanita yang tidak bisa aku lupakan dalam kehidupanku, hingga aku mati sampai ke lian kubur pun aku akan selalu mengenang kebaikannya.

Aku bingung akhirnya aku masih bertanya siapakah wanita itu? Pacar pertamamu, pacar kedua dan selanjutnya, ibu atau istrimu? Namun dia menjawab, tidak ada seorang sosok wanita yang dulu aku anggap hebat, dan saat ia tak ada, aku baru sadar dan merasa kehilangan sosoknya. Aku justru makin bingung sipa dia, jangan membuatku penasaran. Dia adalah wanita yang sedang membalas chat aku ini.

Terkejut, kok bisa ya Tuhan… bukankah dia dulu adalah musuh kecilku, kok musuh bisa merasa kehilangan? Apa benar, pikirku dalam hati sambil aku loncat dari tempatku berbaring, karena waktu itu aku sakit bagai mayat hidup. Tetesan air mata itu buat aku sadar bahwa sesungguhnya pujian itu benar-benar aku sadar, akan banyak hal bahwa aku pernah membantu tapi aku sudah lupa.

Dengan perpisahan 20 tahun yang lalu atas kehadirannya, bukan kehadirannya, akan tetapi bagai malaikat yang sedang menyapaku kala itu. Hari itu aku sembuh tanpa sebuah obat. Baru aku sadar ternyata aku sudah menderita amnesia selama hampir 10 tahun, yang aku sendiri tidak paham ketika terjadi kecelakaan motor.

Kehadiran musuh kecil itu benar-benar membuatku merasakan betapa berharganya hidup ini. Meskipun kita memberi, akan tetapi kita tidak akan mendapatkan value yang sama, justru kita akan menerima hasil dari orang lain yang sebenarnya kita anggap musuh, datang menyapa kita sebagai teman.

Kebangunan itu membuatku teringat akan kebaikan yang ayah & ibu taburi selama ini ke orang lain, bahwa benar kata orang tua kita, bahwa kami hanya memberi tanpa mengharapkan imbalan, akan tetapi di atas sana jauh lebih mengetahui. Kehadiran beliau bukan lagi musuh, teman melainkan Malaikat buatku, karena dari kata-kata itulah aku mampu bangkit dari pembaringan, karena emang tak ada harapan yang tersisa.

Waktu itu sempat izin lalu aku tulis novel dan di kirim ke Komunitas Penulis Kreatif KPKers Indonesia atas nama akun lain. Lalu bertemulah aku lewat via Internet dengan penulis dan trainer juga motivator Ir. J Haryadi.

Suatu ketika sebelum aku membuka cabang KPKers aku duduk sambil berpikir, apa yang sesungguhnya telah terjadi padaku selama ini? Baru aku menyadari, jika aku sebenarnya kehilangan ingatan saat tertabrak motor 10 tahun silam, dan aku menderita amnesia selama 10 tahun tidak ada yang tahu akan hal itu.

Tiba-tiba gosip masih berkobar aku duduk dan mencium bau busuk yang datang dari sampah yang bertumpuk lalu aku berimajinasi kenapa semua orang hanya memberi perhatian pada sejarah sampah ya?

Sedangkan sampah-sampah itu juga sebenarnya ada faedahnya, sama seperti diriku yang jadi buah bibir banyak orang, serta orang-orang dekatpun sampai menyangkalku bagai sampah.

Padahal sampah-sampah itu bisa saja berubah jadi pupuk organik yang berkualitas di suatu hari. Hari itu aku langsung bangkit, bawha sesungguhnya aku seperti sampah selama ini\, dan jika sampah bisa berubah jadi pupuk organik berkualitas bagi banyak orang, tentu aku juga bisa, pikirku dalam hati kala itu.

Maka jangan heran filosofi sampah itu berasal dari diriku yang hina bagai sampah, tapi Tuhan itu adil tak menutupi kemungkinan, akhirnya aku bagkit dan mampu menulis kisah hidupku. Dan aku akhirnya menjadikan sampah sebagai motto hidupku untuk selamanya, karena apa yang aku alami sebenarnya sudah terjadi pada ayah ibuku dan pada akhirnya sampailah pada diriku.

Sejak hari itu aku tidak ingin berkecil hati hingga muncul pikiranku harus berdiri kuat, untuk menampung orang-orang yang terdampar seperti aku, agar bisa melangkah bersama secara perlahan seperti sampah, agar berubah dan kelak menjadi pupuk bagi banyak orang, bukan bagi mereka yang High class, akan tetapi bagi mereka yang lemah dan sering dihina dan dibuli.

Dengan pandangan itulah akhirnya aku memilih motto hidup “JANGAN MALU KETIKA ORANG LAIN MENJADIKAN KITA SAMPAH KARENA DENGAN BERJALANNYA WAKTU SAMPAH-SAMPAH ITU AKAN BERUBAH KETIKA TERJADI PENGURAIAN DAN MENJADI PUPUK ORGANIK YANG BERKUALITAS BAGI BANYAK ORANG DI SEKELILING KITA”.

Jadi sejarah sampah memang bau busuk, tapi di balik sejarahnya tersebut kita juga tak menduga bahwa sampah juga bisa berubah menjadi pupuk di kemudian hari.

(Visited 23 times, 1 visits today)
Avatar photo

By Devinarti Seixas

Penulis dan Pendiri KPKers Timor Leste, dengan mottonya: "Kebijaksanaan bukan untuk mencari kehidupan melainkan untuk memberi kehidupan dan menghidupkan". Telah menyumbangkan lebih dari 100 tulisan berupa; berita, cerpen, novel, puisi dan artikel ke BN sejak 2021 hingga sekarang.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.