Judul: Soppeng, Dari Tomanurung Hingga Penjajahan Belanda
Penulis: Syahrir Kila, Sahajuddin & Muhammad Amir
Editor: Andi Wanua Tangke
Penerbit: Pustaka Refleksi
Tahun Terbit: 2018
Jumlah Halaman: xii + 238
ISBN: 9786025887048
Topik utama pembahasan buku ini adalah sejarah Soppeng mulai masa Tomanurung, masa kerajaan, dan masa pasca kemerdekaan. Soppeng adalah salah satu kabupaten yang ada di Provinsi Sulawesi Selatan, dengan ibukotanya Watang Soppeng. Kabupaten Soppeng termasuk salah satu kabupaten di Sulawesi Selatan yang kaya akan artefak dan fosil peninggalan masa pra-sejarah.
Buku ini terbagi menjadi 3 bagian, yang masing masing bagian ditulis oleh orang yang berbeda. Penulisnya masing masing adalah : Syahrir Kila, Sahajuddin dan Muhammad Amir. Diawali dengan Pengantar dari Penerbit, dan Pengantar dari Editor. Kemudian bagian pertama di tulis oleh Syahrir Kila yang mengupas tentang berdirinya Kerajaan Soppeng hingga masuknya Agama Islam ke daerah tersebut.
Penulis pertama menguraikan berbagai fragmen sejarah Soppeng, mulai dari berdirinya Kerajaan Soppeng, masa Tomanurung, terbentuknya Kerajaan Soppeng, asal usul penamaan wilayah, terbentuknya Persekutuan Tellumpoccoe, sampai pada masuknya Agama Islam di Kerajaan Soppeng. Diuraikan oleh penulis bahwa sejak ratusan tahun silam, Soppeng telah dihuni oleh manusia purba, dengan bukti ditemukannya berbagai alat alat batu yang sederhana. Tentang Tomanurung, yang dalam hal ini dimaksudkan sebagai seorang dewa yang turun kebumi, yang kemudian menjadi raja pertama. Disebutkan bahwa ada dua Tomanurung di Soppeng yaitu, Tomanrurung Goarie dan Tomanurung di Sekkanyili.
Pergolakan dan perkembangan Kerajaan Soppeng pada masa pra- dan pasca perang Makassar adalah topik pembahasan kedua. Bagian ini ditulis oleh Sahajuddin. Pada bagian ini diuraikan secara ringkas tentang pergolakan sebelum Perang Makassar, keadaan Soppeng pada masa Perang Makassar, strategi Soppeng pada masa perang Makassar dan Soppeng pada masa VOC hingga Hindia Belanda. Perang Makassar yang dimaksud pada bagian ini adalah Perang yang terjadi antara 1666 – 1669. Disebutkan bahwa pasca Perang Makassar, Kerajaan Bone mengambil alih Supremasi Kerajaan Gowa Tallo dan mengubah tatanan sosial dan politik di daerah Soppeng.
Terakhir dibahas Soppeng dibawah kekuasaan Pemerintah Hindia Belanda 1905-1942. Pada bagian ini, kembali diulas tentang Kerajaan Soppeng secara ringkas, Soppeng dalam mata rantai ekspedisi militer Belanda, penataan Wilayah Kekuasaan Belanda dan pelaksanaan pemerintahan. Pada bagian terakhir ini, dibahas tentang bagaimana pemerintah kolonial Belanda berusaha memperluas wilayah kekuasaannya di Sulawesi Selatan, termasuk menguasai kerajaan Gowa, Bone, dan Soppeng.
Masing masing bagian buku ini ada daftar isi, sehingga pembaca dapat menambah daftar referensi yang digunakan penulis. Pembaca juga dapat membaca bagian mana saja yang dianggap perlu, karena ketiga bagian dalam buku masing masing membahas topik yang berbeda meskipun semua berkaitan dengan daerah Soppeng.
Buku ini cukup lengkap membahas tentang sejarah Soppeng, karena membahas Soppeng sejak masa Tomanurung, sampai masa kolonialisme Belanda. Pembaca yang ingin mengetahui lebih dalam tentang Soppeng dapat direkomendasikan buku ini.
Buku ini akan lebih baik jika dilengkapi dengan illustrasi menarik, baik berupa gambar, foto, maupun sketsa. Akan lebih baik lagi jika dilengkapi dengan indeks, sehinggap pembaca dapat dengan mudah menemukan topik apa yang dibutuhkannya dalam buku ini.
Secara umum, buku ini perlu dibaca khususnya warga kabupaten Soppeng, maupun warga lain secara umum.
Buku ini koleksi Deposit, Bidang Pembinaan Perpustakaan, Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Sulawesi Selatan.
