Oleh: Muhammad Sadar*

Korporasi multi nasional yang tersebar pada 180 negara di dunia yang bergerak di bidang riset dan pengembangan, hilirisasi tembakau atau industri rokok serta pemasaran dan distribusi hingga manufaktur lainnya yaitu British American Tobacco (BAT). Joint venture ini yang berbasis di London telah berdiri sejak tahun 1902 silam dan melakukan ekspansi secara global utamanya dalam memproduksi rokok putih atau sigaret brand internasional seperti dunhill dan lucky strike. Bahkan BAT telah mengakuisisi kepemilikan saham mayoritas pabrik rokok kretek legendaris PT. Bentoel menjadi BAT Indonesia pada tahun 2009 lalu
(Katadata.co.id, 2021).

Produksi rokok dunia dan industri kretek domestik tentunya ditopang oleh hasil perkebunan tanaman tembakau rakyat atau yang diusahakan secara manajemen tani modern oleh swasta nasional atau internasional. Komoditas tembakau telah lama dibudidayakan secara tradisional oleh petani di negeri ini, terutama di wilayah Kabupaten Barru walaupun masih dalam skala tidak luas. BAT atau Barru Agricultural
Tobacco telah menjadi usaha tani spesifik pada tingkat lokalita yaitu di Desa Lempang dan Desa Lompo Tengah.

Usaha tani lokal pertembakauan secara tradisional pada kedua desa di Kabupaten Barru tersebut telah berkembang sebelum kemerdekaan Republik Indonesia. Komersialisasi hasil panen dan produksi daun tembakau dikuasai oleh para pedagang rajangan dari Kabupaten Soppeng dengan harga antara Rp 60 ribu-70 ribu per kilogram. Di daerah tujuan penjualan, telah berdiri usaha industri rokok kretek atau rokok putih dalam skala kecil hingga besar. Sektor industri tersebut telah membuka lapangan kerja bagi penduduk di kawasan pabrik maupun di sistem budidaya tanaman tembakau baik hulu maupun hilir yang mampu menopang ekonomi masyarakat setempat.

Pada awal sejarah usaha tani tembakau di Lempang dan Lompo Tengah, ketika para penduduk memulai budaya “Mangngico” yang berarti setiap waktu dilakukan kegiatan tanam tembakau setelah proses harvesting padi rendengan di lahan sawah tadah hujan. Istilah lokal mangngico atau ICO/ISO bisa juga bermakna sebagai mengisap rokok dari hasil usaha bertani tembakau dimana rangkaian kegiatannya dimulai pekerjaan pesemaian, penanaman, pemeliharaan, petik/ panen, pelayuan, perajangan daun tembakau dan pengeringan selanjutnya dilinting dan diusap secara alami menggunakan tangan dan tercipta sebatang rokok lalu diisap.

Sistem budidaya tanaman tembakau di Lempang dan Lompo Tengah tergolong relatif semi intensif karena cara pengelolaannya masih menganut tradisi turun temurun dari para generasi pendahulu di kampung. Oleh karena itu, program intervensi pemerintah beberapa tahun terakhir seiring dengan alokasi dana bagi hasil-cukai hasil tembakau (DBH-CHT) Kementerian Keuangan setiap tahun, maka dilakukan kegiatan pengembangan SDM petani berupa pelatihan budidaya tembakau dan bantuan sarana produksi maupun alat mesin pengolahan hasil panen. Salah satu kegiatan yang dilakukan adalah studi tiru dan pelatihan pengolahan hasil tembakau di Kabupaten Soppeng.

Lokus kunjungan studi tiru pengembangan tanaman tembakau di Kabupaten Soppeng adalah pada hamparan perkebunan tembakau milik kelompok tani Calawe Desa Tetewatu Kecamatan Lilirilau.
Jenis tembakau yang dikembangkan di daerah ini adalah varietas Virginia dalam bahasa lokal disebut Ico’se. Pengalaman petani bertembakau di desa ini merupakan warisan para leluhur nenek moyang yang menurunkan ilmu dan kearifan mangngico sejak beberapa dekade silam. Konteks tembakau Soppeng utamanya kawasan Cabbenge maupun sekitarnya adalah legenda hidup penuh sejarah hingga titisan generasi saat ini dalam manajemen tobacco.

Selain kunjungan lapangan petani tembakau Barru di lokasi hamparan tembakau rakyat, kemudian dilakukan praktik operasional perajangan daun tembakau secara mekanis oleh petani tembakau Soppeng.
Pasca atraksi olahan daun tembakau dilanjutkan sesi diskusi dan sharing pandangan maupun pengalaman antara petani tembakau Barru dan Soppeng. Kegiatan berikutnya adalah kunjungan ke sentra industri olahan tembakau di Bentengnge Kecamatan Lalabata.

Beberapa point penting yang bisa ditiru petani tembakau Barru dari hasil kunjungan lapang di perkebunan tembakau rakyat dan sentra industri olahan tembakau Kabupaten Soppeng antara lain;

  1. Pada sistem budidaya utamanya perlakuan persemaian benih dilakukan metode sungkup sehingga bibit tembakau terhindar percikan anasir asing baik air maupun sejenisnya dari luar. Gangguan cemaran dari luar area semaian berpotensi mengakibatkan pertumbuhan bibit terserang oleh rebah kecambah atau layu fusarium. Persemaian tembakau rakyat di Barru paling sering terdampak OPT jenis ini, petani biasa menyebutnya ” Pedda “. Pemasangan sungkup plastik sebagai salah satu cara menghindari bakteri dumping off pada persemaian bibit tembakau sebagaimana yang dilakukan para petani di Tetewatu.
  2. Pergiliran penggunaan lahan yaitu pertanaman tembakau dilakukan jeda tanam musim berikutnya dengan menanam komoditas lain seperti jagung atau bawang merah atau sekaligus diberakan dari usaha tani tembakau. Teknis ini dilakukan untuk memutus siklus perkembangan organisme pengganggu tumbuhan tertentu. Pola gilir lahan tersebut sangat efektif didalam mengamankan pertanaman pada musim tanam yang akan datang.
  3. Sistem perajangan daun tembakau dilakukan dengan cara mekanis sehingga olahan hasil menjadi lebih berserabut dan slice yang fleksibel. Mutu hasil olahan ini turut menentukan daya tawar harga tembakau rajangan di tingkat pabrikan serta pengeringan hasil rajang yang efektif dalam pelepasan kadar air. Pada proses tersebut dilakukan perlakuan tambahan untuk menentukan taste hasil olahan tembakau berupa sauce rasa dan aroma tembakau.
  4. Perlakuan teknis yang lebih spesifik adalah sistem pemangkasan daun tanaman tembakau dengan hanya menyisakan 12-15 helai daun per pohon. Dengan demikian translokasi nutrisi pembentuk vigor daun lebih optimal. Dengan mengurangi jumlah vegetatif daun setiap pohon, akan berimplikasi terhadap akumulasi nutrisi pada daun yang dipertahankan, sehingga volume daun menjadi berat dan tebal serta syarat kualitas daun terpenuhi.
  5. Nilai kunjungan lain yang sangat fantastis dan membuka wawasan terkait produksi rokok adalah melihat dan menyaksikan proses pabrikasi olahan daun tembakau menjadi ciptaan rokok paripurna yang siap dibakar, diisap dan langsung dinikmati. Wajar saja jika proporsi
  6. DBH-CHT Kementerian Keuangan di Kabupaten Soppeng tertinggi di Sulawesi Selatan hingga menghampiri 4 milyar per tahun.

Memperhatikan point studi tiru tersebut diatas, maka seyogyanya para petani tembakau rakyat Kabupaten Barru mampu menduplikasi item kegiatan yang diharapkan untuk meningkatkan optimalisasi tanaman tembakau yang diusahakan pada setiap musim tanam. Terbangunnya areal, Barru Agricultural Tobacco atau BAT yang meluas hamparannya menjadi kawasan tembakau rakyat akan menghela semua sektor untuk mendukungnya. Jika petani menghendakinya ditambah political will pemerintah, bukan mustahil industri hasil tembakau bisa terwujud di Desa Lempang atau Lompo Tengah.

Dukungan SDM petani dan lahan maupun teknologi atau pasar yang sudah tersedia penting dilakukan basis penguatan atau penerimaan di tingkat lokal terkait transformasi hilirisasi tembakau hingga ke kasta industri. Dukungan investasi besar masih menjadi pertimbangan kapitalisasi para pemodal untuk mewujudkan suatu kawasan pabrikasi. Namun dengan pola pengembangan yang diterangkan oleh manajemen sentra pengolahan hasil tembakau Soppeng dilakukan penyertaan modal dan fasilitasi sarana infrastruktur maupun mekanisasi pengolahan oleh Perusda Soppeng.

Harapan besar untuk melahirkan BAT di sentra tembakau rakyat Tanete Riaja akan mendorong komoditas ini sebagai salah satu sumber pertumbuhan ekonomi baru yang lebih luas dan fleksibel. Penguasaan ilmu bercocok tanam tembakau pada dasarnya telah dikuasai dan dengan teknologi dewasa ini akan lebih memperkuat lagi terhadap metode budidaya intensifnya. Kemajuan dan gerak langkah dalam suatu inovasi akan selalu ditentukan oleh sikap para pelakunya dalam hal ini adalah petani sebagai aktor untuk melakukan perubahan.

Barru Agricultural Tobacco yang sejak awal telah diimpikan menjadi sebuah sumber bahan baku industri rokok lokal hingga obsesi yang lebih besar lagi untuk diwujudkan sebuah sentra industrialisasi rokok domestik hingga global. Presentasi ini adalah energi moral bagi atmosfer pengembangan BAT di Barru. Bahkan BAT (Barru Agricultural Tobacco) yang berspektrum lokal ini, suatu waktu nanti akan menjadi kompetitor atau kolaborator dan paling tidak menjadi mitra strategis bagi BAT (British American Tobacco) dunia.

Tetewatu, 19 September 2025

*Penelaah Teknis Kebijakan Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Barru.

(Visited 37 times, 37 visits today)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.