Hampir dua abad sebelum Colombus menjelajahi dunia, seorang pemuda Maroko bernama Ibnu Batuta telah melakukannya. Perjalanan yang awalnya hanya akan menunaikan ibadah haji di Mekkah, tetapi kemudian dilanjutkan dengan mengunjungi berbagai negara dibenua Asia dan Afrika, dan kembali pulang ke Maroko setelah 29 tahun kemudian menjadikannya sebagai salah satu pengelana terhebat sepanjang masa. Karena rasa penasaran dan keyakinannya pada Al Quran, Ibnu Batuta telah mengunjungi berbagai negara, dari ujung utara benua Afrika, melewati gurun Sahara yang maha luas sampai kenegara China dan balik kembali ke Maroko.

Ibnu Batuta (Sumber : National Geographic)

Ibnu Batuta bernama lengkap Sheikh Abu Abdallah Muhammad Ibnu Abdallah Ibnu Muhammad Ibnu Ibrahim Al-Lawati, telah berkelana selama 29 tahun mengunjungi tiga benua dan 44 negara yang ada pada peta sekarang ini dan menempuh perjalanan sejauh 75.000 mil (± 120.000 km) jauhnya. Sangat luarbisa hebat, mengingat bahwa perjalanannya dilakukan pada abad ke-14. “Saya meninggalkan Tangier, tanah kelahiran saya pada tanggal 13 Juni 1325, bermaksud menunaikan ibadah haji di Mekka…..meninggalkan sahabat sahabatku baik yang lakilaki maupun perempuan, meninggalkan rumahku ibarat seekor burung yang meninggalkan sarangnya.” Demikian catatan Ibnu Batuta pada awal naskah catatan perjalanannya. Perjalanan yang penuh tantangan, kekerasan alam, petualangan, dan juga memori indah yang direkam dan ditulisnya dalam catatan manuskripnya dalam bahasa Arab yang telah berusia hampir 700 tahun yang masih tersimpan di Bibliothèque Nationale (Perpustakaan Nasional) di Paris, Prancis.

Di Tangier Maroko tempat asal Ibnu Batuta, dia sangat terkenal. Dekat Stadion Tangier terdapat bentuk Globe kecil yang menandai kediaman Ibnu Batuta yang kecil. Juga terdapat Hotel Ibn Battuta di Jalan Rue Magellan, dibagian bawah perbukitan ada burger Ibn Battuta dan Cafè Ibn Battuta. Ferry yang menghubungkan Spanyol dengan Maroko menyeberangi Selat Gibraltar juga bernama M.V. Ibn Battuta.

Perjalanan Ibnu Batuta berawal dari Tangier, Maroko ke Mekka sejauh 3000 mil (± 4800 km) dengan menggunakan Caravan dan beberapa unta menyeberangi negara Algeria, Tunisia dan Libya selama sepuluh bulan lamanya baru sampai di Alexandria (Iskandariah) Mesir. Ibnu Batuta menggambarkan pelabuhan laut Alexandria yang indah dan reruntuhan lampu mercusuar yang terkenal sebagai salah satu dari tujuh keajaiban dunia waktu itu. Disetiap daerah persinggahannya, dia selalu menemui ulama atau tokoh agama dan tokoh masyarakat setempat. Pada saat bermalam di lembah Delta sungai Nil di Mesir, disebuah kampung kecil bernama Fuwa, Ibnu Batuta menginap ditempat (semacam tenda) Sheikh Abu Abdullah Al-Murshidi seorang peramal. Pada malam itu, Ibu Batuta menulis dicatatannya, “Saya bermimpi berada diatas sayap seekor burung raksasa yang menerbangkanku sampai ke Mekka, dan kemudian membawaku ke Yaman….kemudian membawaku terbang jauh ke negri timur yang masih gelap dan hijau dan meninggalkanku disana.” Anehnya keesokan harinya, Sheikh Abu Abdullah ternyata mengetahui mimpi Ibnu Batuta tanpa diberitahu sebelumnya dan meramalkan bahwa Ibnu Batuta akan berkelana ke negri Orient (Timur Jauh). Ibnu Batuta juga dengan gembira berminat melakukan perjalanan sesuai dengan mimpinya dan memberinya sejumlah bekal kue kue dan koin perak. Selanjutnya Ibnu Batuta melanjutkan perjalanan ke Kairo yang digambarkannya lewat catatannya bahwa penduduk Kairo, “mengalir bagaikan ombak dilautan dijalan jalan sempit Kairo dan ada 12.000 pembawa air, 30.000 porter pengangkut barang, ada 36.000 perahu memenuhi Sungai Nil, dan terdapat Rumah Sakit yang gratis untuk rakyat…” Yang mengherankan, nampaknya Ibnu Batuta tidak sempat ke Piramida Giza karena pada catatannya, disebutkan Piramida Mesir yang terkenal itu berbentuk seperti kerucut.

Rute Perjalanan Ibnu Batuta:

1325 – 1327 : Berangkat dari Tangier (Maroko) menuju Mekka (Arab Saudi) dengan melewati kota: Algiers (Aljazair), Tunisia, Tripoli, Benghazi, Alexandria, Fuwa, kota kota kecil di Mesir, dan melanjutkan ke Jeddah, Mekka dan Medina. Kemudian melanjutkan ke Betlehem, Jerussalem, Gaza, An-Najaf, Shiraz, Basrah, Mosul, Baghdad dan Tabriz (kota kota terakhir ini ada di Iraq sekarang).

1327 – 1330 : Pelayaran ke Afrika timur dari Mekka menyeberang ke Suakin (di Mesir), berlayar ke Sanaa (Yaman), Taiz, Aden, lanjut ke Mogadishu di Afrika, Mombasa, Kilwa (Tanzania sekarang), kembali ke Zafar (Arab Saudi atau Yaman (?)) kemudian ke Sur dan Muscat (di Oman) dan ke Hormuz lagi Bahrain dan berakhir di Arabia.

1330 -1333 : Perjalanan panjang ke India, melalui Anatolia (Turki sekarang) dan kota Asia tengah, kota kota di Rusia, Uzbekistan, Bukhara, Samarkand, Kunduz, Balkh, Herat, Neyshabur, Kabul dan Ghazni di Afghanistan, Mustand, Lahari dan berakhir di Kesultanan Delhi di India.

1333 – 1341 : Menetap selama beberapa tahun di India, dan mengunjugi kota kota di India seperti Alligarh, Ujjain, Daulatabab, Gandhar, Cambay Honavar, Calicut (Kalkutta?), kemudian berlayar ke negara kepulauan Maldives (Maladewa) dan mengunjungi Ceylon (Srilangka).

1341 – 1349 : Berlayar ke Bengal (Bangladesh) Shyhet, Sonargaon, Chittagong, ke Samudra Pasai di Aceh (Sumatra, Indonesia sekarang), melewati selat Malaka dan Laut China Selatan, singgah di Vietnam, lanjut ke Guang Zhou (Canton), melanjutkan Hangzhou dan sampai ke Beijing, kemudian balik dengan jalur sama, Lautan Hindia, laut Arab, teluk Persia, lanjut dengan jalan darat ke Hormuz, Isfahan (Iran), Basra, Baghdad, Palmyra, Damascus, Palestina dan Israel, kembali ke Medina dan Mekka, , menyebrang ke Mesir, Libya, singgah di Cagliari dikepulauan Sardinia sebelum kembali ke Maroko ke kampunghalamannya di Tangier.

1349 – 1354 : Menyeberang ke Spayol mengunjungi Malaga dan Granada, kembali ke Maroko, dan lanjut ke Marrakech, lalu berkelana ke kerajaan kecil di gurun Sahara seperti Sijilmasa, Terhazza, Oualata, Kesulatanan Mali, Timbuktu, Gao, Azelik, pegunungan Hoggar di Sahara lalu kembali ke Fez dan berakhir di Tangier.

Peta Perjalanan Ibnu Batuta (Sumber: National Geographic)

Banyak nama kota dalam catatan Ibnu Batuta yang mungkin sudah berubah nama sekarang. Tentang kota Gaza di Palestina, Ibnu Batuta mencatat, “kotanya luas dan penduduknya banyak alun alun kota yang indah dan juga banyak Mesjid.” Palestina diuraikan oleh Ibnu Batuta, “Saya mengunjungi Betlehem tempat kelahiran Isa Al Masih.” Dalam catatannya Ibnu Batuta juga banyak menceritakan tentang perjalanannya ke Mekkah menunaikan ibadah haji. Ibnu Batuta juga sempat menjadi Hakim selama tujuh tahun di Kesultanan India, dan juga pernah diangkat Hakim di Maldives oleh Ratu Maldives yang bernama Khadija waktu itu. Selama di Maldives atau Maladewa, Ibnu Batuta mencatat detail tumbuhan dan ikan serta bagaimana pakaian atau fashion wanita. “Kebanyakan penduduk hanya mengenakan penutup alat vital, dan dengan santainya berjalan jalan di pasar dengan pakaian seperti ini. Sebagai hakim di pulau ini, saya menganjurkan para wanita untuk lebih menutup tubuhnya tapi tidak berhasil.” Demikian yang catatannya tentang Maldives. Di negara pulau ini, Ibnu Batuta sempat punya istri 4 orang dan beberapa selir.

Ibnu Batuta sempat singgah di Kerajaan Samudra yang menurut sejarahwan, di Aceh sekarang. Sayang sekali karena tidak banyak catatannya tentang kota Samudra dan Sumatra. Dicatatannya, Ibnu Batuta sempat menulis tentang Pelabuhan Tawalisi, yang tidak bisa ditemukan namanya di peta, baik peta yang lama maupun yang baru. Di pelabuhan ini, dia disambut oleh seorang Putri raja yang “cakap berperang seperti laki laki dan memiliki banyak budak perempuan.” Ibnu Batuta diberi hadiah jeruk lemon, beras, lada dan dua ekor kerbau untuk bekal berlayar ke negeri China.

Pengalamannya di negeri China banyak ditulisnya dalam catatan. “China adalah negeri teraman dan terbaik dalam aturan aturan (regulasi) untuk para pengelana (turis).” Dia mencatat, “…sutra banyak dipakai bahkan oleh para biksu maupun pengemis. Porselinnya adalah yang terbaik yang pernah dibuat.” Bahkan Ibnu Batuta terheran heran dengan unggas yang ada di China, “ayam di China lebih besar daripada angsa di negeri kami.”

Masih banyak lagi catatan Ibnu Batuta selama berkelana, termasuk ketika berada di kerajaan Islam di gurun Sahara, saat kapal perahunya terkena badai dan menewaskan salah seorang anaknya di perairan India dan pengalaman lainnya dinegara lain. Catatan itu terlalu panjang untuk diuraikan di blog ini. Namun penulis tetap berharap bahwa tulisan ini bisa menambah khasanah pengetahuan kita terutama tentang petualangan seorang muslim bernama Ibnu Batuta kuranglebih 700 tahun lalu.

(Tulisan ini saya terjemahkan dan sarikan dari Majalah National Geographic Volume 180, No. 6 Desember 1991, ditulis oleh Thomas J. Abercrombie, penulis senior di National Geographic.

signature
(Visited 61 times, 1 visits today)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

%d blogger menyukai ini: