Oleh : Gusnawati Lukman

Leluhur kita mewariskan banyak tradisi dan kepercayaan kepada anak cucunya. Banyak yang sudah hampir tergerus oleh zaman, namun banyak pula yang masih bertahan sampai zaman modern ini. 

Orang-orang yang sudah sepuh, masih memiliki kepercayaan yang begitu kuat pada tradisi atau kepercayaan lama seperti halnya ilmu pengobatan tradisional “Mappangiso”.  Mungkin bagi anak-anak zaman sekarang itu merupakan hal yang biasa saja, tidak percaya dengan hal-hal mistis seperti itu. Dan memang kalau dihubungkan dengan ilmu pengetahuan, tidak ada yang istimewa pada praktek “Mappangiso” ini. Mereka, anak-anak muda mungkin belum pernah menyaksikan secara langsung magic dari Mappangiso ini.

Dari beberapa sumber informasi yang kebanyakan adalah orang yang sudah berumur, semuanya sudah membuktikan dengan terang benderang keampuhan dari praktek pengobatan tradisional  Mappangiso ini. Ada juga yang mengatakan kalau ia masih ingat ketika mamanya melakukan itu untuk mengusir makhluk halus yang masuk ke tubuhnya saat dia masih kecil dulu. Dan itu terbukti, bahwa ia sudah sehat kembali setelah dipangiso.

Dan banyak lagi sumber hidup termasuk penulis sendiri sudah membuktikannya.

Mengenai Mappangiso, biasanya dilakukan ketika seseorang cueq – cuereng / Ampa ampareng. Mappangiso adalah praktek pengobatan metafisik yang dipercaya mampu mengobati gangguan dari jin atau makhluk halus. 

Adapun media yang digunakan dalam mappangiso biasanya terdiri dari, Katoang bessi (Baskom besi), Fakkola (Takaran beras), air, korek, kertas, dan cabe rawit. 

Cara Mappangisoq

1.Menyiapkan air dalam katoang bessi disertai Cabe rawit 1 buah.

Note * Air tidak ditaruh full, cukup ¼ dari besar fakkola 

2.Menyiapkan fakkola dan diisi kertas hingga terasa padat

3. Membakar kertas dalam fakkola, sekaligus doa – doa khusus dalam mappangiso. Lazimnya, didapati kata, “idi ro manuengngi, idi mangkonariwi, idi maccueriwi,” dst. 

4. Memasukkan fakkola dalam katoang bessi. 

Orang tua kita dulu, kalau menganggap bahwa yang maccueri itu haus, maka mereka melihat dari banyaknya air yang terhisap oleh fakkola. 

Sahabat, kearifan lokal / budaya/adat istiadat/kepercayaan suatu daerah yang turun temurun, patut kita pelihara dan lestarikan. Percaya atau tidak, ataukah hal tersebut kita anggap bertentangan atau tidak sesuai lagi dengan ilmu pengetahuan modern, dibutuhkan kebijaksanaan dan kearifan kita. 

Semoga dengan keberagaman budaya kita dari Sabang sampai Merauke akan semakin memperkuat rasa persatuan dan kesatuan bangsa kita.

Watansoppeng, 21 Januari 2022

  • Diolah dari berbagai sumber
(Visited 934 times, 3 visits today)
One thought on “Mappangiso”

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.